Sabtu, 21 April 2018

Opini_Cinta dalam Bertauhid


Cinta dalam Bertauhid
Oleh: Aji Muhammad Said

via unsplash

Ada beberapa pilihan di dunia ini, manusia diberikan kebebasan dalam memilih. Diantaranya agama sebagai pedoman, pekerjaan, dan pasangan hidup. Ketiganya ini menuju muara kepada yang paling utama adalah akherat berupa surga atau neraka. Untuk memilih dengan benar dan tepat, ada beberapa hal yang bisa diusahakan
1. Niat dan Tujuannya benar, mengarah kepada ridho Allah SWT (surat An-Nahl 97).
2. Berdoa dengan memohon petunjuk, kekuatan, kelancaran, dan kemudahan kepada Allah.
3. Membaca 'Iqro' surat Al-'Ala' ayat 1 dengan hati dan akal.
4. Husnudlon, berprasangka positif.
5. Menjalani lika-liku kehidupan dengan optimisme, sukacita, dan penuh harapan. Selalu mengambil hikmah dibalik itu semua kejadian, kondisi, maupun peristiwa.
6. Istiqomah bertindak dengan tekun, bersungguh-sungguh  dan tanggung jawab.
7. Tidak takut gagal, karena maupun keberhasilan merupakan sebuah proses, sama seperti hidup (surat Az-Zumar 53). Setiap kegagalan memberikan pelajaran untuk melangkah kedepan.
8. Tawakkal berserah diri kepada Allah menerima secara lahir dan batin
Mengapa setiap orang bisa mengkategorisasikan atau memiliki pandangan tersendiri. Tentu saja itu semua memiliki dasar referensi maupun asal-muasal kerangka berpikir. Seperti 8 cara diatas. Darimana, tentu saja Al-quran yang terbagi menjadi tiga bagian, di alam semesta, di dalam dirimu, dan muskaf tertulis menjadi sebuah kitab. Inilah karya di alam semesta yang langsung dari Allah SWT yang dijaga ke originalitasnya. Ayat-ayat yang terkandung dalam Al-quran pun merupakan tanda-tanda kebesaran Allah. Sebagai manusia yang terpenting bukan hidup semata namun memperbaiki memahami karakter diri untuk hidup yang lebih baik. Dalam Al-quran terdapat istilah 'iqro' yang artinya bacalah. Ini tidak hanya menjadi sebuah makna, disisi lain merupakan perintah, dan pedoman.
Hal tersebut mengantarkan kita pada cara bertauhid yang dilakukan secara bijaksana. Tauhid adalah proses penyatuan diri manusia kepada Allah, dalam artian nyawiji. Cara menyatukannya adalah mentaati segala yang Iya tentukan, termasuk hukum alam. Mengakui segala ciptaannya termasuk hukum-hukumnya.  Sebagai manusia tentu saja cinta dihadirkan dalam segala aspek termasuk dengan alam. Penting memhami kalimat tauhid lailahailaullah, yang artinya adalah kekuatan keberuntungan yg dapat mengantarkan manusia pada pintu surga. Inilah bagaimana bertauhid itu, ketika diri sudah tidak punya jarak iman lagi, namun diri ini hidup dalam keimanan itu. Maka jangan sampai terjebak dalam musuh ilmu yakni ilusi, kita harus sadar akan haqqul yakin, ilmul yakin, dan ainul yakin.
Ada lagi istilah “Manunggaling kawulogusti”, ini merupakan nilai tauhid yang artinya mempersatukan.  Sebagai contohnya adalah pemimpin dengan rakyat yang menjadi satu kesatuan.  Dalam memandang tidak akan pernah ada nilai objektifnya.  Akan tetapi kita bisa menggambil baiknya, paling penting nilai belajarnya, bukan perkara benar atau salahnya. Ada istilah wahada-wahidun artinya nyawiji.  Disitu hatinya bersatu menjadikan sebuah cinta melalui pikiran dan fisik.
Hal-hal yang menyangkut aqidah, amal, maupun tauhid merupakan tanggung jawab masing-masing orang kepada Allah. Sedangkan ahlak menjadi bagian dari tanggung jawab amar maruf nahimungkar kepada sesama manusia maupun muslim. Sebagai kunci tambahan, kita mesti tahu bahwa Alat menjadi seorang muslim sebenarnya bukan terletak pada syariat, qur'an-hadist namun pada akal pikiran dan hatinya (afala tak kunun-afala tak kinun).
Ketika berpikir dari itu semua menjelaskan bahwa, Tauhid dasarnya adalah iman, ihsan, dan islam. Iman berkaitan dengan meyakini rukun iman. Ihsan melakukan sesuatu dengan landasan dan dasar segalanya untuk Allah dari Allah. Islam, ini adalah rukun Islam berkaitan dengan tuntunan dan syariat. Setiap manusia menempuh jalannya masing-masing dalam menjalankan tauhid, untuk itulah dalam menuju ke arah sana diperlukan koordinat yang tepat.
Ada beberapa kalimat dari malaikat Jibril yang menarik untuk dipahami. Suatu ketika Malaikat Jibril pernah berkata kepada Nabi Muhammad; "Ya Muhammad, silahkan sesuka hatimu, bagaimana kamu akan menjalani hidup ini, yang terpenting ingatlah suatu saat nanti kamu akan mati. Dan silahkan mencintai apa saja,  termasuk cinta terhadap anak istri,  namun perlu diingat,  apa yang kamu cinta itu,  suatu saat akan terpisah,  karena kamu tinggalkan atau mereka meninggalkanmu, Dan silahkan mau suka terhadap apa saja termasuk harta benda,  kemewahan,  dan lain sebagainya, yang semua itu selamanya tidak akan bersamamu. "


 *Apabila mengutip tulisan ini, mohon sertakan sumber yang lengkap dari penulis, dan gunakan pengutipan yang baik dan benar, terima kasih.