Kata-kata
Yang Tak Dijelaskan
Oleh: Aji Muhammad Said
Allahul Kafi, Rabbunal Kafi
Allah yang mencukupi, Tuhan
kita yang mencukupi
Qosodnal Kafi, Wajadnal
Kafi
Tujuan kita adalah
Allah yang mencukupi, dan kita menemukannya yang mencukupi
Likulli Kafi, kafanal
kafi
Terhadap segala sesuatu
Allah lah yang mencukupi, yang memenuhi segala kebutuhan kita adalah Allah
Wani’mal kafi, Alhamdulillah
Dan Allah itu
sebaik-baik Zat yang mencukupi, segala puji bagi Allah.
Syekh Abdul Qadir
Jaelani meriwayatkan bahwa manusia terbagi menjadi empat golongan;
Pertama, manusia yang
tidak mempunyai lisan dan hati, senang berbuat maksiat, menipu serta dungu.
Berhati-hatilah terhadap mereka dan janganlah berkumpul dengannya, karena mereka
adalah orang-orang yang mendapat siksa.
Kedua, manusia yang
mempunyai lisan tapi tidak mempunyai hati. Ia suka membicarakan hikmah dan ilmu,
tapi tidak mau mengamalkannya. Ia mengajak manusia ke jalan Allah SWT, tetapi ia
sendiri lari dariNya. Jauhi mereka agar tidak terpengaruh dengan manisnya ucapan,
sehingga kalian terhindar dari panasnya kemaksiatan yang telah dilakukannya dan
tidak akan terbunuh oleh kebusukannya.
Ketiga, manusia yang
mempunyai hati, tapi tidak mempunyai ucapan (tidak pandai berkata-kata). Mereka
adalah orang-orang yang beriman yang sengaja ditutupi Allah SWT., dari
mahlukNya diperlihatkan kekurangannya, disinari hatinya, diberitahukan
kepadanya akan bahaya berkumpul dengan sesama manusia dan kehinaan ucapan mereka.
Mereka adalah golongan kekash Allah atau waliyullah yang dipelihara dalam tirai
ilahiNya, dan memiliki segala kebaikan. Maka layanilah ia, cintaillah ia,
cukupi kebutuhannya, maka engkau akan dicintai Allah.
Keempat manusia belajar
mengajar dan mengamalkan ilmunya. Mereka mengetahui Allah ayat-ayatnya. Allah
memberikan ilmu asing kepadanya melapangkan dadanya agar mudah menerima ilmu.
Maka, takutlah untuk berbuat salah kepadanya, menjauhi serta meninggalkan
segala nasihat yang ia berikan.
Allah Mahawadah, Mahagelembung,
tempat apapun. Termasuk kita dan jagat raya yang terletak di dalamnya. Semua
orang ingin tumbuh dengan jalannya sendiri, kadang ilmu dan hidayah bisa masuk
ke dalam diri seseorang apabila orang tersebut telah siap menerima. Semakin kita
siap semakin banyak kita menerima, dan akan semakin luas hati kita. Tentunya
cinta pun bisa masuk dan menjadi bagian yang menguatkan dalam segala hal. Cinta
memiliki dua dimensi yakni pertama adalah arrahman cinta yang memiliki makna
yang meluas, kemudian arrahimmi yakni cinta yang memiliki makna mendalam.
Alasan kita melakukan berbagai hal dan tindakan di bumi, adalah innaullaha fatta biunni, yakni mencintai
Allah dan mengikuti Kanjeng Nabi. Allah berkata “apabila engkau mencintai kekasihku
(muhammad) maka engkau akan ku ampuni, sederhananya ingatlah Allah dalam
keadaan apapun, dan pakailah metode Kanjeng Nabi untuk menyelami kehidupan dengan
sentuhan cinta.
Nabi Muhammad
menjelaskan bahwa jalur cinta bisa tumbuh dengan
mengikuti kata dan perilakunya. Nabi muhammad bersabda: “Berupaya adalah
jalanku dan beriman kepada Allah adalah keadaanku”. Maka kita berada di antara
upaya dan keadaan. Jika imanmu lemah, kamu mesti berupaya, dan jika imanmu
teguh kamu mesti menggunakan keadaanmu, yakni kebergantungannya kepada Allah.
Allah berfirman ”Dan kepada Allah-lah kamu mesti berharap”(QS. Al-Insyirah 8),
“Barang siapa beriman kepada Allah, maka ia mencukupinya (QS.At-Talaq:3)
”Sesungguhnya Allah mencintai mereka yang beriman kepada-Nya”(QS. Al-Imran:158).
Mencari rezeki pun
demikian, rezeki sudah ada yang menggariskan, namun sebagai manusia tentunya
harus berusaha untuk menjemputnya. Ketahuilah, bahwa bagian yang diberikan
kepada dirimu takkan lepas darimu dengan pengupayaanmu terhadapnya, sedang yang
bukan bagianmu takkan kau raih walau kau berupaya keras. Maka dari itu,
bersabarlah dan ridalah dengan keadaanmu. Jangan mengambil atau memberikan
sesuatu pun sebelum diperintahkan. Demikianlah, barang siapa meninggalkan
dunia, sibuk dengan ilmu dan bersabar dalam kesulitan, dia akan dicintai
syariat, Allah SWT.
Jadikanlah kehidupan
setelah matimu sebagai modal dan kehidupan duniawimu sebagai keuntungan. Jika
masih ada waktu lebih, habiskanlah demi kehidupan duniawimu, yaitu dengan
mencari nafkah. Jangan kau buat kehidupan duniawimu sebagai modalmu, dan
kehidupan setelah matimu sebagai keuntunganmu, dan sisa waktumu kau habiskan
untuk memperoleh kehidupan setelah mati dan memenuhi kewajiban salat lima
waktu.
Sabar
Sebab, bagi segalanya
ada pertentangan dan akhir. Maka, kesabaran adalah kuncinya, awalnya, akhirnya,
dan jaminan kebahagiaannya. Inilah yang terungkap dalam sunah Nabi saw;
“Kesabaran adalah keseluruhan Iman”. Hadiah tak selalu terbungkus dengan indah,
kadang Tuhan membungkus dengan masalah tapi di setiap masalah pasti ada berkah.
Carilah cara agar
kesabaran bisa dinikmati. Sengsara karena sabar hanya soal sudut pandang. Jika
diakhiratkan akan menjadi membahagiakan. Sabar, sebab kita tidak pernah tahu,
kejutan apa yang telah Allah persiapkan, di ujung jalan berliku yang di sebut
kesabaran. Kita menderita karena mempunyai target yang tidak tercapai, maka
dari itu jangan menargetkan sesuatu yang tidak abadi jika tidak ingin
menderita.
Mengapa semua butuh
proses? Karena di setiap peroses butuh pembelajaran, jika dipercepat, Allah
ingin kita bersyukur, jika diperlambat Allah ingin kita bersabar. Nikmatnya
makan ketika kamu lapar, nikmatnya tidur ketika kamu ngantuk, nikmatnya bertemu
ketika kamu benar-benar rindu. Lakukan hal-hal dalam hidupmu, semampumu. Bukan
lakukan segalanya semaumu, semua itu ada aturannya.
Jadikan ini prinsip
hidupmu. Berbagilah, dan jangan mengharap agar engkau dibalas dengan yang lebih
baik. Maafkanlah meski engkau dizalimi. Memberilah, dan jangan mengharap agar
engkau diperlakukan sama.
Dan jika sesuatu yang
baik harus berakhir, percayalah yang lebih baik akan dimulai. Terkadang,
mungkin Allah membuat hambaNya merasa kecewa, namun percayalah ia hanya ingin
engkau kembali berharap hanya kepada-Nya.
Raga selalu berpisah
namun doa selalu bertemu dan setiap doa
semoga terkabulkan. Andai Allah tidak menghendaki untuk mengabulkan doamu,
pastilah Allah tidak akan menggerakan hatimu untuk berdoa. Ya Allah jagalah hatiku
dan apa yang ada di dalamnya. Yang baik akan datang, inilah keyakinanku terhadap
Allah. Jangan khawatir tentang hari esok, karena segala yang terbaik telah Tuhan
siapkan untukmu. Jangan Lelah, melangitkan doa, membumikan ikhtiar. Pasti ada
titik bahagia jika kita mau bersabar. Bagian dari doa yang harus kita pahami
adalah, kita sering lupa bahwa fungsi do’a itu untuk meminta, bukan memaksa.
Penerimaan
Ucapan alhamdulillah
memenuhi timbangan, sedangkan subhanallah dan alhamdulillah memenuhi apa yang
ada di langit dan di bumi. Salat adalah cahaya, dan sedekah adalah bukti. Sabar
adalah pelita, Al-quran adalah hujjah yang membenarkan atau menentang kamu.
Syukur adalah berupa hati yang tetap cinta kepada sang pemberi nikmat. Syukur
terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu syukur dengan mulut, artinya selalu
mengucapkan alhamdulillah, syukur dengan anggota badan, artinya selalu
melakukan perintah-perintah-Nya, syukur dengan hati, artinya selalu menjaga
iman kepada Allah.”Dan apa pun nikmat yang ada padamu, berasal dari Allah” (QS.
An-Nahl :53).
Bukan hanya penerimaan
apa adanya yang Allah anugrahkan, bahkan memaknai dirinya sendiri, menentukan batas
yang rendah hati atas kehidupan. Hidup bukanlah mencapai apa yang ada di dunia,
melainkan mencari dibukakannya ridha oleh Sang Maha Pencipta. Semua unsur dan
peristiwa dalam kehidupan ini adalah embusan belaka dari kemauan Maha Pencipta.
Semua daya upaya dan pencapaian manusia tetap berada dan patuh di dalam kuasa Tuhan,
takdir, nasib, lahul Mahfudh, serta fenomena “hidayah” dan “amr”. Mahluk hidup
adalah anak-anak panah yang diluncurkan oleh Maha Pemanahnya. Mahluk tidak
berkuasa atas busurnya dan tidak pernah mengerti titik tempat ujung panahnya
menacap. Allah mengajari langsung kepada
manusia, apa yang dia belum ketahui. “Allamal
insana ma lam ya’lam”.
Ongkos paling mahal
untuk mendapatkan sukses dari Allah adalah mensyukuri kehidupan dengan
menikmati kerja, gerak, ilmu, segala pemandangan ciptaanNya, dari pagi sampai
siang, dari siang sampai sore, dari sore sampai malam, dari malam sampai pagi.
Seandainya langit tak menurunkan hujan, bumi tak menumbuhkan apapun. Lalu aku
mencemaskan sesuatu dari rezekiku (yang sudah dijamin oleh Allah), sungguh aku
khawatir jika aku sudah jatuh ke dalam lubang kufur nikmat
Dalam kesadaran,
manusia bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk mencapai keselamatan
di dunia dan akherat. Hal tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu
bersemangat sesuai kemampuan, mensyukuri nikmat kemurahan Tuhan dalam bentuk
apapun. Sikap dan perilaku yang diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Tuhan
YME.
Pencarian Sejati
Perumpamaan kehidupan
di dunia ini menjadikan bahwa tidak masalah mereka membanggakan jabatan dan
kekayaan mereka. Tapi yang perlu kita sadari adalah kita adalah komponen dari suatu
lingkaran cinta dengan fitri diciptakan oleh Allah. Kita hanya sebuah
instrument dari orchestra kemesraan keluarga.
Dalam tradisi budaya kebanyakan orang mencari setatus, padahal lebih mulia
orang yang mampu memberikan manfaat.
Kesejatian itu viewnya adalah Tuhan. Apabila menjalani
Idul Fitri dan mudik kepada Tuhan, satu-satunya jalan adalah memakai cara pandang Tuhan. Materi,
Kekayaan, Kumpulan modal, citra, hamparan uang, pangkat, jabatan dan periode,
semua yang tampak mata adalah mata uang yang tidak laku di dalam pola pikir
Idul Fitri, yakni di hadapan Allah.
Hidup itu bagaikan daun
yang hanyut di sungai. Daun itu adalah kita, dan sungai itu adalah takdir.
Jangan banyak berharap, karena harap kita takkan mengubah takdir. Semakin
harap, semakin banyak angan, hidup akan semakin sumpek, takut kehilangan, tidak
kesampaian, takut keduluan orang. Tujuan benar itu harus dilakukan dengan baik,
Tujuan yang baik harus dilakukan dengan benar. Ibadah, Ahlak, Ilmu, dan Pekerjaan
adalah empat pilar kesuksesan dalam kehidupan manusia. Maka jangan sampai kita
kehilangan salah satunya apalagi kehilangan semuanya. Bekerja dengan tulus
lahir dan batin akan mendapatkan kebahagiaan walaupun hasilnya belum terlihat.
Orang hidup itu gampang,
pokoknya membuat baik terus, dimana saja, sama siapa saja. Begitu kamu baik,
Allah kasih hidayah kepadamu. Harus melakukan apa, melangkah kemana. Allah
kasih panduan. Apabila Anda ikhlas menerima apapun yang ditentukan Allah, maka
Allah tidak akan menghilangkan sesuatu yang engkau cintai. Justru Allah akan
menambahnya dengan sesuatu yang lain. Allah itu Maha Unik dan Asyik, terkadang
jika ia dimintai tidak dikabulkan, dan jika tidak dimintai tiba-tiba ada.
Agama itu dimulai dari
kesenangan, bahagia, faroh dalam bahasa arab, karena agama sendiri adalah jalan
dan ruang yang indah penuh dengan kedamaian. Jika memulai sesuatu karena Allah,
maka jangan menyerah karena manusia.
Berodoalah seperti ini, “Karuniakanlah kepada kami,
kecintaan kepada-Mu, kecintaan kepada Rasul-Mu, juga kecintaan orang-orang yang
mencintaimu. Selama kamu serius beribadah kepada Allah. Jangan khawatir, Allah
akan menjamin segala hal yang ada di dalam hidupmu.” Cinta ialah ruh dari agama.
Setiap yang mengaku beragama, pasti menebar cinta. Mereka yang menebar benci
bagaimana mungkin dikatakan beragama. Kebahagiaan tidak dapat dilihat dari
seberapa hartanya, seberapa kayanya. Melainkan dilihat dari rohaninya.
Katakan hati
Jika kebijaksanaan
menunjukkan kebaikan. Maka kesucian menunjukkan hal yang indah. Bila mengenalmu
adalah kebaikan. Maka, mencintaimu adalah anugrah terindah. Semakin Dewasa
kehidupan kita semakin banyak urusan. Kita harus senantiasa menata berbagai
hal, dari diri, pasangan, orang tua, hingga anak, melakukannya memang harus
serius agar apa, agar tidak menimbulkan masalah atau membikin repot di kemudian
hari.
Kebencian boleh membatu
karang, namun cinta harus terus menetes yang kelak akan melubangi. Setia itu
bukan rasa cinta yang meluap-luap, tapi bagaimana tetap bertahan di dalam naik
turunnya kehidupan, kita kenal dengan istiqomah. Ada kalanya dalam setiap doa
kita, tidak meminta siapa-siapa hanya minta diberi yang terbaik. Ketika ada dua
pilihan, pilihlah yang baik. Ketika dua-duanya sama baik, pilihlah yang mau
bersamamu. Saat dua-duanya ingin bersama, ketahuilah mana yang akan membuatmu
lebih dekat kepadanya. Cinta itu bukan melepas tapi merelakan. Bukan memaksa
tapi memperjuangkan. Bukan menyerah tapi mengikhlaskan. Bukan merantai tapi
memberi sayap. Kau akan belajar dengan membaca tapi kau paham dengan cinta.
Cinta mungkin terkadang
membuatmu rapuh, tapi berterima kasihlah kepadanya, karena cinta darinya bisa
membuatmu lebih kuat dari sebelumnya. Cinta bukanlah bertahan seberapa lama.
Tapi seberapa jelas dan arahnya kemana. Cinta adalah salah satu bunga yang
tumbuh tanpa bantuan musim. Cinta bukan seberapa lama engkau mengenal seseorang.
Tapi tentang seseorang yang membuatmu tersenyum, sejak pertama engkau
mengenalnya.
Rahmat Allah SWT turun
karena sebab ikhtiar. Sebagai contoh adalah mawaddah, rahmah, dan sakinah akan
muncul ketika seseorang sudah ikhtiar untuk menikah. Mawaddah konsepnya adalah
ketika dua insan memilih berpasangan maka, mawaddah adalah tempat untuk
kembali, tempat untuk berteduh. Seperti rumah yang nyaman, teman berbagi
cerita, bahu untuk bersandar. Kemudian ada rahmah, bagian dari Tuhan yang
berupa kasih sayang, jika mencintai seseorang maka rahmah ini adalah, rasa yang
dirasakan, seperti tempat meletakkan kebaikan dan keberkahan. Mencurahkan perhatian cinta, rindu, dan kasih
sayang. Ketika kekasih kita sakit kita yang menderita, ketika kekasih kita
haus, kita yang sibuk mencarikan minum. Sedangkan sakinah adalah usaha, ikhtiar
kita secara istiqomah agar cinta yang kita miliki itu menyatu, ada kalanya
cinta itu berjarak, merengang, cara kita menjaganya dan mengusahakannya inilah
yang disebut sakinah. Kesungguhan dari itu semua adalah cinta yang menghubungkan
dengan Allah dan Kekasihnya Kanjeng Nabi Muhammad.
Kita sering diberi
masalah oleh Allah yang tidak ada jalan keluarnya lagi. Maka sebenarnya Allah
mendatangkan masalah itu untuk mendudukan diri kita kepada Rasa tidak ada lagi
yang bisa menolong selain Allah. Rasa inilah anugrah dan nikmat yang luar biasa
yang kita minta kepada Allah agar tidak dicabut rasa ini. Apabila kita mendapat
masalah besar seperti apapun. Jangan bingung, karena ketika bingung itu berarti
terbiasa mengandalkan yang lain daripada Allah, mengantungkan harapan kepada
selain Allah. Cobalah belajar memiliki pengertian, karena dengan mengerti mulut
ini akan mampu mengamalkan diam dan memahami bahwa dibalik hajat yang tidak
qobul, pasti ada hikmah. Dibalik hajat yang tidak qobul, ada kasih sayang Allah
kepada hambanya. Cintailah permasalahan yang kamu hadapi, karena yang memberi
masalah juga mencintai kamu. Yakinlah bahwa yang menjamin semuanya itu adalah Tuhan,
bukan logika. Carilah cara berdekatan dengan Tuhan, dengan caramu sendiri. Tuhan
memberikan banyak cara dan banyak pintu, tinggal apa yang kamu pilih, dan apa
yang kamu perjuangkan. Allah akan memberikan pertolongan pada hamba-Nya, selama
hamba itu mau mau menolong saudaranya.
Nabi Musa pernah berdoa
lama, namun tak kunjung dikabulkan. Namun ketika ia berkata ‘Masya Allah”
seketika apa yang ia minta dalam doa sudah tersedia di depannya. “Gusti Allah,
doaku itu sudah lama, namun kenapa baru dikabulkan sekarang?!” Allah berfirman:
“Wahai Musa, aku merasa bangga ketika kau bilang masya Allah (semua hal atas
restu Allah). Itulah yang membuat-Ku mengabulkan doamu.” Dia yang mencintaimu
akan menemukan seribu cara untuk menjangkaumu. Hidup itu tidak berdasarkan
seleramu, tapi hidup itu berdasarkan apa yang terbaik, tersehat, dan apa yang
benar-benar kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.
Harta adalah rezeki
yang paling rendah. Kesehatan adalah rezeki yang paling tinggi. Anak soleh
adalah rezeki yang paling utama. Sedangkan mendapat ridho Tuhan adalah rezeki
yang sempurna. Untuk
kesehatan yang baik kendalikan makananmu, untuk jiwa yang baik kendalikan
dosa-dosamu, dan untuk keimanan yang baik kirimkan sholawat kepada Nabi SAW. Disisi
keinginanmu ada keinginan Allah atas hidupmu. Cara menempuh hidup terbaik
adalah mengkerjasamakan antara keduanya. Penjelasan lisan membuat banyak hal
menjadi jelas, namun cinta yang tak dijelaskan sungguh jauh lebih jelas.