PERSPEKTIF
ETIKA DALAM ILMU KOMUNIKASI
Oleh: Aji Muhammad Said
BAB
I
PENDAHULUAN
1. 1. Lattar
belakang
Komunikasi
merupakan sesuatu yang penting yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Seseorang melakukan komunikasi bertujuan untuk menyampaikan pesan, maksud, dan
apa yang diinginkannya kepada orang lain. Dalam ilmu komunikasi menjelaskan
mengenai prinsip-prinsip bagaimana pesan disampaikan. Ada dua pemahaman dalam
menjelaskan komunikasi. Penjelasan bahwa komunikasi merupakan sebuah proses
transmisi dan interaksi pesan, dan komunikasi sebagai suatu hal yang dimaknai
sebagai suatu bentuk komunikasi.
Komunikasi dapat
dikatakan menjadi suatu proses dikarenakan sifatnya yang dapat kita lihat,
yaitu berkesinambungan, tidak memiliki ahkir, selalu dinamis atau berubah-ubah,
kompleks, dan unik. Hal ini sesuai dengan model komunikasi yang disampaikan
oleh Lasswell yaitu bahwa model komunikasi yang sederahan yakni siapa (who),
kemudian berbicara apa (Say’s what), dalam saluran apa (In which channel),
kepada siapa (to whom), dan pengaruh seperti apa (what that effect). Model ini
dikemukakan Harlod Lasswell 1948 yang menggagmbarkan proses komunikasi dan
fungsi-fungsi yang diembannya dalam masyarakat. Lasswell mengemukakan tiga
fungsi komunikasi, yang pertama, pengwasan lingkungan-yang mengingatkan
anggota-anggota masyarakat akan bahaya dan peluang dalam lingkungan; kedua,
korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespons lingkungan;
dan ketiga, transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya
(Lasswell dalam Mulyana, Deddy 2010: 147)
Sebagai suatu
makna komunikasi dipahami dan bergantung bagaimana setiap orang memaknai sebuah
pesan. Pesan ini dapat diartikan sesuatu yang memiliki banyak makna (apa yang
kita terima dari simbol itu). Dalam hal ini yang dimaksud adalah komunikasi
menjadi suatu makna, dimana tidak semua makna dapat disampaikan saat pesan
disampakan. Komunikan tidak selalu tahu apa yang dimaksudkan komunikator,
sehingga harus menjelaskan lagi, menggulangi dan mengklasifikasikan.
Pemahaman
komunikasi tidak hanya berhenti disini, namun dapat dijabarkan secara meluas
melalui etika filsafat komunikasi. Melalui ruang lingkupnya, etika
filsafat komunikasi memandang
ilmu koumunikasi. Menjabarkan bagaimana mengkaji ilmu komunikasi, dari
penjelasan ontologinya (kita bisa melihat bagaimana sifat teorinya,
karakteristik-karakteristik
ilmu komunikasi.), epistemologi (kita memandang cara memperoleh pengetahuan) dan aksiologi (apa yang
layak diketahui).
Setelah
menjelaskan berdasarkan penjabaran komunikasi, selanjutnya adalah bagaimana
memandang perspektif etika dalam ilmu komunikasi. Menutut Katsof, O.Louis
(2004: 341) etika disini merupakan salah satu cabang dari aksiologi pada
pokoknya membicarakan masalah predikat-predikat nilai’betul’ (‘right’) dan
‘salah’ (‘wrong’) dalam arti ‘susila’(‘moral’) dan ‘tidak susila’(immoral).
Sebagai pokok bahasan yang khusus, etika membicarakan sifat-sifat yang
menyebabkan orang dapat disebut susila atau bajik. Kualitas-kualitas dan
atribut-atribut ini dinamakan ‘kebajikan-kebajikan’(‘virtues’), yang dilawankan
dengan ‘kejahatan-kejahatan’ (‘vicies’), yang berarti sifat-sifat yang
menunjukkan bahwa orang yang mempunyainya dikatakan sebagai orang yang tidak
susila.
Menurut
Katsof, O. Louis (2004: 343) Istilah etika dipakai dalam dua macam arti. Yang
satu tampak dalam ungkapan seperti “Saya pernah belajar etika”. Dalam
penggunaan seperti ini etika dimaksudkan sebagai suatu kumpulan pengetahuan
mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Makna kedua seperti
yang terdapat pada ungkapan “ia bersifat etis” atau “ia seorang yang jujur,”
atau “pembunuhan merupakan sesuatu yang tidak susila,” atau “kebohongan
merupakan sesuatu yang tidak susila,” dan sebagainya. Dalam hal-hal tersebut
‘ia bersifat etik’ merupakan predikatyang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan,
atau manusia-manusia tertentu dengan hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau
manusia-manusia yang lain. Dalam arti yang demikian ini, ‘bersifat etik’ setara
dengan ‘bersifat susila’.
Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering kali mendengar istilah etika. Baik dalam
kehidupan bermasyarakat ataupun hidup sebagai seorang individu, manusia tidak
akan terlepas dari adanya interaksi, interaksi merupakan sebuah proses tukar
informasi yang saling terkait satu sama lainnya. Dari sanalah muncul sebuah nilai-nilai,
norma-norma, serta etika dalam komunikasi. Melalui makalah ini, perspektik
etika dalam Ilmu Komunikasi akan dijelaskan.
1.
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup makalah ini mencakup
kajian ilmu komunikasi, filsafat, etika filsafat komunikasi.
1.3.
Tujuan penulisan makalah
1. Memahami
perspektif etika dalam Ilmu Komunikasi.
2. Menerapkan
pengetahuan terkait perspektif etika dan ilmu komunikasi untuk digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
1.4
Manfaat penulisan makalah
1.
Menambah wawasan dan
membuka pikiran untuk memahami terkait dunia Ilmu komunikasi.
2.
Menjadikan makalah
sebagai bahan referensi untuk penelitian dan kegiatan pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2. 1. Landasan teori
1. Filsafat
Menurut
Katsof, O. Louis (2004: 4) Merupakan suatu
analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran mengenai suatu masalah,
dan penyusunan secara sengaja serta sistematis atas suatu sudut pandang yang
menjadi dasar suatu sudut pandang yang menjadi dasar suatu tindakan
(perenungan). Karakteristik Berpikir;
1. Sifat menyeluruh
Merupakan sifat yang membuat seseorang merasa tidak
puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin
melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan lainnya, ingin tahu kaitan
ilmu dengan moral, kaitan ilmu dengan agama, ingin yakin apakah ilmu itu akan
membawa kebahagiaan kepada dirinya.
2. Sifat mendasar
Hal ini membuat seseorang berpikir bahwa dia tidak
lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Dia akan bertanya, mengapa ilmu
itu sebut benar? Apa kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu apa?
Seperti sebuah lingkaran dan pertanyaan itu melingkar. Dan menyusur sebuah
lingkaran, kita harus memulai dari satu titik, yang awal dan pun sekaligus
akhir.
3.Sifat spekulatif
Dalam sifat berpikir ini, yang penting adalah bahwa
dalam prosesnya, baik dalam analisis maupun pembuktiannya, kita harus bisa
membedakan spekulasi mana yang bisa diandalkan dan mana yang tidak. Dan tugas
utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan. Apakah yang
disebut logis? Apakah yang disebut benar? Apakah yang disebut sahih? Apakah
alam ini teratur atau kacau? Apakah hidup ini ada tujuannya atau absurd? Adakah
hukum yang mengatur alam dan segenap sarwa kehidupan?
Cabang-Cabang Tradisional
Dari Filsafat
1.
Logika. Adalah pengkajian yang
sistematis tentang peraturan-peraturan untuk menggunakan sebab secara benar.
Peraturan-peraturan itu membedakan argumen yang lain dari argumen yang tidak
baik.
2.
Metafisika. Membicarakan watak-watak
sesungguhnya dari benda-benda/ realitas yang berada dibelakang pengalaman yang
langsung.
3. Epistemologi,
pada umumnya adalah cabang filsafat yang mempelajari sumber-sumber, watak &
kebenaran suatu pengetahuan.
4. Etika.
Membicarakan soal-soal mobilitas, dalam etika terdapat tiga lapangan yang luas
yaitu etika deskriptif, normatif & metafisika.
2.
Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa
Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio dan bersumber dari
kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna
(Effendy, 2004: 9). Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas
sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus
mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal
karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain
mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia
menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan.
Untuk memahami
pengertian komunikasi sehingga dapat disampaikan secara efektif dan efisien,
pengutipan paradigma sering digunakan, yang dikemukakan oleh Harold Lasswell.
Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah
menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To
WhomWith What Effect? (Effendy, 2004 : 10).
Paradigma
Lasswell dia atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur, yaitu:
·
Komunikator (communicator,
source, sender)
·
Pesan (message)
·
Media (channel)
·
Komunikan (communicant,
communicatee, receiver, recipient)
·
Efek (effect,
impact, influence)
Jadi,
berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek
tertentu.
3. Filsafat Ilmu Komunikasi
Filsafat
merupakan suatu tindakan untuk menjelaskan dan menjabarkan suatau kajian,
terkait dengan ilmu komunikasi. Filsafata komunikasi menjabarkannya melalui
unsur-unsur yang terdapat dalam ilmu komunikasi. Dalam kajiannya filsafat
komunikasi menerangkan bagaimana ilmu komunikasi bisa dikatakan sebagai ilmu,
bagaimana unsur-unsur yang terdapat dalam filsafat komunikasi, dan bagaimana
proses terjadinya menjadi ilmu komunikasi, sejarah ilmu komunikasi, yang
sifatnya menyeluruh.
Filsafat
Komunikasi merupakan filsafat yang mencoba mengkaji ilmu komunikasi dari
ciri-ciri dan cara-cara pemerolehannya. Jadi filsafat ilmu memberikan sejumlah
pertanyaan terhadap ilmu tersebut agar ilmu itu berkembang, berada dalam
kerangka yang lebih luas, memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu lain, dan dapat
menjadi sistematis dan memiliki kebenaran. (Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Anees, 1982: 72 – 76).
2.
2. Ulasan
materi
Menutut
Katsof, O.Louis (2004: 341) etika disini merupakan salah satu cabang dari
aksiologi pada pokoknya membicarakan masalah predikat-predikat nilai’betul’
(‘right’) dan ‘salah’ (‘wrong’) dalam arti ‘susila’(‘moral’) dan ‘tidak
susila’(immoral). Sebagai pokok bahasan yang khusus, etika membicarakan
sifat-sifat yang menyebabkan orang dapat disebut susila atau bajik.
Kualitas-kualitas dan atribut-atribut ini dinamakan
‘kebajikan-kebajikan’(‘virtues’), yang dilawankan dengan ‘kejahatan-kejahatan’
(‘vicies’), yang berarti sifat-sifat yang menunjukkan bahwa orang yang
mempunyainya dikatakan sebagai orang yang tidak susila.
Menutut Katsof,
O.Louis (2004: 344-346) Perlu diketahui juga bahwa etika sebagai ilmu
pengetahuan dapat berarti pendidikan mengenai pendapat atau tanggapan-tanggapan
kesusilaan, sedangkan etika sebagai sauatu ajaran berkaitan dengan tindakan
membuat tanggapan-tanggapan kesusilaan.
Hubungan
etika dengan Ilmu
Etika ini erat
kaitanya dengan ilmu. Kebebasan nilai atau tidaknya ilmu adalah masalah yang
cukup rumit, yang tidak bisa dijawab dengan jawaban iya atau pun tidak namun
menggunakan pertimbangan yang didasarkan pada nilai diri yang diwakili oleh
ilmu yang bersangkutan. Kebebasan tidak pasti dapat diartikan secara mutlak,
namun memilik 2 makna yang berbeda. Makna tersebut adalah kemungkinan untuk
memilih keduanya, dan kemampuan atau hak untuk menemukan subjeknya sendiri.
Kelayakan
komunikasi sebagai ilmu
Komunikasi
merupakan suatu keterampilan yang dapat berubah mnejadi sebuah ilmu melalui
persyaratan-persyaratan. Suatu persyaratan dapat dikatakan sebagai sifat
ilmiah. Sifat ilmiah ini yaitu memiliki metodis. Metodis disini berarti
merupakan cara atau rencana tertentu untuk mencapai sebuah tujuan. Tujuan
disini berupa penjelasan secara deskriptif, eksplanatif, prediktif. Kemudian objektif
yaitu memiliki objek kajian yang sama sifat dan hakikatnya. Sifat dari objek
ini ada atau harus diuji sifat kebenarannya. Ketiga adalah sistematis, maksud
dari sistematis disini merupakan penjelasan mengenai suatu objek yang terurai
dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu
sistem. Setelah sistematis kemudian adalah Universal yaitu bersifat umum,
sifatnya tidak secara khusus atau tertentu saja, namun umum.
Sebagai
sebuah ilmu, komunikasi awalnya merupakan sebuah ketrampilan dan kemudian
berubaha menjadi sebuah ilmu, perubahan ini berkaitan dengan syarat-syarat
sebuah ilmu, berikut penjelasannya
1.
Secara Objektif Komunikasi memiliki objek tertentu yaitu masyarakat dan media.
2.
Secara Metodis Komunikasi memiliki metode penelitian tertentu, yaitu menggunakan metode penelitian ilmu sosial.
Menggunakan penelitian ilmu sosial dikarenakan pada awalnya komunikasi
merupakan bagian dari paradigma ilmu sosial.
3.
Secara Sistematis Komunikasi mempunyai setruktur yang jelas, memiliki prinsip- prinsip yang sudah disepakati.
4.
Secara Universal Komunikasi telah disepakati merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang pernyataan antarmanusia.
Prinsip-Prinsip dalam ilmu Komunikasi
- Komunikasi adalah proses simbolik. Komunikasi menunjukan lambang sesuai dengan kesepakatan.
- Setiap perilaku berpotensi sebagai komunikasi.
- Komunikasi mempunyai dimensi isi dan hubungan
- Komunikasi berbagai tinggkatan kesenjangan(kejadian sepontan)
- Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
- Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
- Komunikasi bersifat Sistematik. Pada prinsip komunikasi bersifat sistematik ini menjelaskan mengenai dua sistem komunikasi yaitu sistem komunikasi internal berdasar serapan dunia luar kepada diri kita, dan sistem eksternal berkaitan dengan unsur-unsur diluar individu (lingkungan).
- Komunikasi efektif-semakin mirip sosial budaya
- Komunikasi nonsekuensial. Komunikasi selalu terjadi dua arah meski umpan baliknya tidak bisa ditrima orang lain
- Komunikasi prosesual,dinamis,transaksasional
- Komunikasi Ireversible
- Komunikasi bukan Panasea
BAB III
KESIMPULAN
Jadi kesimpulanya adalah komunikasi layak dijadikan
sebuah ilmu. Melalui analisa secara hati-hati terhadap
penalaran-penalaran mengenai suatu masalah, dan penyusunan secara sengaja serta
sistematis atas suatu sudut pandang yang menjadi dasar suatu sudut pandang yang
menjadi dasar suatu tindakan (perenungan) komunikasi dibahas dan dikaji menjadi
sebuah ilmu. Dalam Etika yang erat
kaitanya dengan ilmu. Menjelaskan mengenai kebebasan nilai dalam sebuah ilmu
yang menjadi masalah yang cukup rumit, yang tidak bisa dijawab dengan jawaban
iya atau pun tidak namun menggunakan pertimbangan yang didasarkan pada nilai
diri yang diwakili oleh ilmu yang bersangkutan. Pertimbangan yang dapat menjadi
sebuah ilmu ini merupakan syarat ilmu secara ilmiah. Dalam hal ini Komunikasi
sudah memunhi syarat-syarat yang dapat dikatakan menjadi sebuah ilmu yaitu
objektif, metodis, sistematis, dan universal.
DAFTAR
PUSTAKA
Effendi,
Onong. U. 2004. Teori dan Praktek Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyana,
Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi suatu penggantar. Bandung: Rosda Karya
Kattsoff,
Louis O. 2004. Pengantar Filsafat/Louis A. Kattsoff; penerjemah: Soejono
Soemargono. Yogyakarta: Wacana Yogya.
S.
Suriasumantri, Jujun. 2001. Ilmu dalam perspektif. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Ardianto,
Elvinaro, dan Q-Anees, Bambang. 2011. Filsafat Ilmu komunikasi. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
*Apabila
mengutip tulisan ini, mohon sertakan sumber yang lengkap dari penulis, dan
gunakan pengutipan yang baik dan benar, terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar