Tombo
Ati
Oleh
Aji Muhammad Said
via unsplash
Barang
siapa mengenal dirinya, kelak akan mengenal Tuhannya ((Man 'arafa nafsahu faqad' arafa Rabbahu), hadis Nabi Muhammad Saw.
Hadist ini menjadikan cara berpikir yang sederhana. Menuntun manusia kepada jalan hidupnya, bahwa
ciptaan itu mengikuti sang Penciptannya. Apa yang Allah kehendaki manusia hanya
mengikuti, menerima, menjalankan sesuai tugasnya. Khalifah yakni mengelola bumi
dengan segala isinya. Membangun bumi, menciptakan generasi, beribadah. Tapi
ketika relasi tersebut terjadi, apakah berhenti dalam perintah dan kewajiban
saja? Coba berpikir secara relasi spiritual, tidak ada kah sesuatu yang lain?
Tentunya ada, namun penemuan setiap orang tingkatannya berbeda-beda dalam
berhubungan dengan Tuhannya. Hubungan ini memang takkan tercapai
rasionalitasnya oleh akal atau hitungan, namun apapun bisa terjadi, karena ada cinta.
Menyapa, menyebut nama, bahkan berdoa, menjadi suatu wujud eksistensi manusia
terhadap Rabbnya.
Berdoalah di saat longgar maupun saat sempit, niscaya akan
dimudahkan di saat-saat membutuhkan. Mengobrol
dengan Tuhan, tidak hanya
saat susah atau butuh. Tapi kapanpun ketika teringat, Dia akan memenuhimu, melengkapimu, menyeimbangkanmu
kembali. Ali bin Abi
Thalib Ra pernah berkata, "Bukan kesulitan yang membuat
kita takut, tapi ketakutan yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah
mencoba untuk menyerah dan jangan pernah menyerah untuk mencoba, dalam amanah, keikhlasan
dan kejujuran. Maka jangan katakan pada Allah aku punya masalah, tetapi, katakan
pada masalah Aku Punya Allah Yang Maha Segalanya".
Selain
melalui wujud relasi komunikasi dengan Sang Pencipta, hal sederhana yang dapat
kita lakukan adalah selalu menghadirkan Allah dalam pikiran kita. Alasannya, cinta adalah ketika dia tidak terlihat, tapi tetap
ada di pikiranmu. Implementasi
nyatanya dengan bersyukur apapun kondisi dan keadaannya. Syukur adalah salah
satu maqam (derajat atau stage) yang paling tertinggi dari sabar, khauf (takut) kepada Allah SWT. Secara teori syukur merupakan maqam yang mulia dan pangkat yang tinggi
sebagaimana telah ada dalam Al-quran
Al-Nahl, : 114. Perlu
diketahui bahwa, yang
diminta Allah dari manusia adalah usahanya, bukan hasilnya. Hidup itu penuh keterbatasan, maka nikmatilah,
apabila disyukuri maka akan ditambah.
Namun
apakah setiap Doa itu didengarNya? Apakah doa yang disampaikan terkabul? Allah
itu Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sebuah doa bisa terkabul atau tidaknya
itu tergantung faktor sebab-akibat hidup manusia. Sebagai manusia tentunya
tidak bisa mengelak bahwa proses dan kejadian yang ada dihidupnya adalah transaksional (jual-beli). Berkaitaan
dengan terkabul atau tidak itu ada kuncinya. Doa yang makbul adalah doa yang dibarengi dengan Sholawat, konsep mengenal Sholawat adalah dengan cinta, tidak akan pernah cukup hanya dengan
ilmu dan syariat. Sholawat
itu menyapa kekasih Allah yakni Rasullulah, dengan Sholawat itu sendiri membawa syafaat.
Syafaat itu adalah sesuatu yang tidak terkabul menjadi terkabul karena faktor
Rasullulah kekasih Allah.
Sholawat merupakan sebuah ibadah yang tidak terbatas
jumlah, waktu, maupun jaraknya. Maknanya yaitu apabila kita mengucapkan
sholawat maka ia akan menembus jagat raya, didengar oleh para malaikat yang
kemudian turut menyampaikan do’a manusia yang mengucapkannya, serta mampu
menembus alam kubur hingga sampai kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Hal ini terdapat di dalam
hadits, berikut lafadznya: “Tidak ada
salah seorang di antara kamu yang mengucapkan salam kepadaku sesudah aku mati
melainkan Malaikat Jibril datang kepadaku seraya mengucapkan: “wahai Muhammad,
ini Filan bin Fulan mengucapkan salam untukmu, maka aku menjawab: “dan atasnya
salam dan rahmat serta berkah dari Allah”. {HR. Abu Daud}.
Sebagai
manusia ketika relasi terjadi maka menimbulkan aspek lain yang timbul. Inilah
rasa, itu semua bisa mengkrucut dan dikategorisasikan;
-Perasaan emotif sifatnya emosional.
-Perasaan intelektual sifatnya dari regulasi pemikiran kita
tentang diri dan dunia kita.
-Perasaan spiritual merupakan bentuk rasa,
ketika manusia bertemu dengan
Allah tanpa perantara apapun.
Karena manusia punya akal, kemampuan berpikir tentang
kewajiban dan hak, serta membuat keseimbangan, menjadikan
nilai baik dan buruk sebagai kelengkapan manusia. Melalui kejadian dan rasa
ini manusia berproses dan mendapat hidayah.
Keberlangsungan hidup manusia ini mengantarkan manusia
kepada proses yang panjang dan tak berkesudahan. Titik temunya adalah pada
kebenaran yang Allah hadirkan. Jangan melihat benar salah seseorang dengan ilmu katon. Karena benar salahnya seseorang
terletak di dalam hatinya. Manusia itu tempatnya keliru dan lupa. Sama halnya
ciptaan Allah lainnya, keliru dan lupa ada hikmahnya. Dengan keliru orang bisa
belajar kebenarannya. Dengan lupa orang bisa menghilangkan rasa sakitnya luka
lama.
Manusia terkadang mudah mencari kesalahan, namun paling penting adalah mencari
kebenaran. Mengedepankan akal pikir jangan emosi semata.
Yang Allah kasih hidayah maka Allah akan kasih yang
Allah sesatkan maka akan Allah sesatkan. Dalam keadaan apapun bukannya manusia
tetap bergantung pada Allah. Kekasih Allah adalah orang-orang yang tetap
bersujud kepada Allah dalam keadaan susah maupun senang, gelap maupun
terang.
Lipurlah hati sesekali, karena hati jika lelah bisa
menjadi buta (hadist rasul). Pada
ilmu Magrifat jawa ada falsafah hidup
yang begitu bijaksana. Raden maulana makdum ibrahim atau lebih di kenal
"Sunan bonang" membawa suluk
yang mengandung pesan tasawuf “ Tombo ati”. Berikut “Tombo Ati” dan
artinya;
Tombo
ati iku limo perkarane : Obat hati ada lima perkaranya.
Kaping
pisan moco Quran lan maknane : Yang pertama baca Qur’an
dan maknanya.
Kaping
pindo sholat wengi lakonono : Yang kedua, dirikanlah shalat
malam.
Kaping
telu wong kang sholeh kumpulono : Yang ketiga,
berkumpullah dengan orang sholeh.
Kaping
papat kudu weteng ingkang luwe : Yang keempat
perbanyaklah berpuasa.
Kaping
limo dzikir wengi ingkang suwe : Yang Kelima, perbanyaklah
dzikir malam.
Salah
sawijine sopo bisa anglakoni : Salah satunya siapa
bisa menjalankan.
Mugi-mugi
gusti Allah nyembadani : Semoga Allah mengambulkan harapan
dan doa kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar