Risallah Cinta Insan Kamil
Oleh: Aji Muhammad Said
ilustrasi gambar: Aji Muhammad Said
Dalam hidup ada banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan cinta.
Sebagai insan kamil itu menjadi puncak tertinggi dari rasa yang diberikan sang
Kholik. Alasannya karena cinta menghadirkan rindu, romantisme, ketaatan,
kangen, pembuktian, dan berbagai peristiwa tentang cinta. Kehadiran cinta dalam
hati menghadirkan sesuatu yang logis menjadi tidak logis, menghadirkan hal yang
bernalar rasional menjadi tidak rasional. Cinta bisa membutakan segala sesuatu.
Manusia tidak pernah lepas dari cinta. Adanya cinta membuat
manusia mengingat, menyembut-nyebut nama, memberikan apresiasi, mematuhi segala
tindak dan perkataan. Cinta seperti menjatuhkan diri tanpa pilihan demi
memberikan kenyamanan, kesenangan, kebahagiaan untuk hal yang dicintai. Namun
cinta itu ada beberapa tingkatan kelevelan. Jika masih menjatuhkan cinta pada
mahluk saja itu belumlah lengkap. Kesadaran diri akan ciptaan dan sang pencipta
bisa menjadi jembatan memahami konsep cinta (Man 'arafa nafsahu faqad' arafa
Rabbahu).
Cinta juga dapat berarti pilihan. Terkadang kamu
harus meyakini apa yang kamu pilih atau memilih apa yang kamu yakini. Bahwa apa
yang menjadi pilihanmu itu kamu harapkan benar, dan berharap benar juga pada
apa yang orang lain pilih. Bergeraklah
dengan dasar semoga apa yang kita lakukan itu benar. Jadilah subyek dari dirimu sendiri jangan
gantungkan segala sesuatu atas dasar yang lain. Hidup itu la'ala’kum tatakum,
yakni (siapa tahu). Sampaikan cinta kepada manusia melalui munajat dan yang hal
disenangi Allah.
Syekh Abu Yazid al-Bushthami pernah berkata "jika semua yang
wujud di dalam dan di sekitar 'Arasy (Luasnya Mahluk-mahluk Allah) diletakkan
di sudut hati Insan Kamil, maka insan kamil itu tidak akan merasakan berat
karenanya." Melihatnya adalah anyawiji awujudiah satu yakni hanya Allah
Keesaan itu sendiri. Demikian keadaan para Kekasih Allah.
Manusia yang meletakkan
risalah cintanya pada Allah dan Rasulullah, pasti akan tumbuh rasa
cinta pada orang tua, guru, anak, sahabat, suami dan kepada sesama mahluk
Allah, sebagai bagian buah dari cinta Allah dan Rasulnya. Jika itu
terjadi maka kemulian, ketenangan, kebaikan akan selalu menyelimuti hatinya
setiap saat.
(Qul
in kuntum tuhibbunallah,fattabi 'uni yuhbib kumullah, wayagh fir lakum
dzunubakum wallahu ghafurur rahim)
" Katakanlah: “Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku (Nabi Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian”,dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(QS Ali’Imrân : 31).
Setiap keadaan itu perlu keajaiban dari Allah. Bagaimana caranya
adalah dengan proses jual beli yang ada pada hidup. Setiap manusia adalah
manusia yang tidak berdaya. Beli itu dengan prihatinmu, beli itu dengan imanmu,
beli itu dengan usahamu. Agar Allah membeli semua itu. Dekati ia, sapa ia, dan
selami ia dalam hidupmu. Doa besar dan kecil itu tiada maknanya. Yang paling
penting adalah doa yang makbul dan tidak makbul. Agar makbul maka lengkapilah
dengan bersholawat. Jadikanlah sebuah ketulusan dalam berlaku karena semua itu
melahirkan hal yang tidak disangka-sangka. Inilah letak cinta kepada Allah.
Allah selalu menawarkan kemesraan kepada kita manusia karena
didalamnya ada cinta untuk kita. Urusannya adalah cinta. Letakkan segalanya
atas cinta pada Allah. Hati memang naik turun tapi kalau manusia sudah tahu apa
yang ia cintai, maka kemesraan Allah itu yang akan ada. Temukan Allah dalam hal
apapun. Terpesonalah dengan cinta Allah, jangan hanya akibatnya surga, pahala,
atau kenikmatan. Caranya Allah hadir dalam hidup kita itu harus dikira-kira,
ditandai, agar kita paham bahwa hidup ini adalah dalam kesenangan yang
ditemukan dalam kondisi yang Allah hadapkan. Manusia tidak bisa memberikan
petunjuk kepada orang lain sekali pun ada orang lain yang sangat dicintai,
kecuali Allah menghendaki orang tersebut mendapat hidayah yang memang diberikan
kepadanya.
Berbagai cara Allah hadirkan adalah dengan, memerintah, menguji,
menyesatkan, mengingatkan, menegur, sampai melarang. Sibuklah ridho pada yang
Allah harapkan, bukan yang kamu harapkan. Ilmu itu berbahaya, cinta pun juga.
Disana harus ada jalan tengah memilih cinta melalui ilmu. Hiduplah pada
semestaa Allah jangan hidup dalam egomu.
*Apabila mengutip tulisan ini, mohon sertakan sumber yang lengkap dari penulis, dan gunakan pengutipan yang baik dan benar, terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar