Rabu, 07 November 2018

Opini_Risallah Cinta Insan Kamil



Risallah Cinta Insan Kamil
Oleh: Aji Muhammad Said




ilustrasi gambar: Aji Muhammad Said





Dalam hidup ada banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan cinta. Sebagai insan kamil itu menjadi puncak tertinggi dari rasa yang diberikan sang Kholik. Alasannya karena cinta menghadirkan rindu, romantisme, ketaatan, kangen, pembuktian, dan berbagai peristiwa tentang cinta. Kehadiran cinta dalam hati menghadirkan sesuatu yang logis menjadi tidak logis, menghadirkan hal yang bernalar rasional menjadi tidak rasional. Cinta bisa membutakan segala sesuatu.
Manusia tidak pernah lepas dari cinta. Adanya cinta membuat manusia mengingat, menyembut-nyebut nama, memberikan apresiasi, mematuhi segala tindak dan perkataan. Cinta seperti menjatuhkan diri tanpa pilihan demi memberikan kenyamanan, kesenangan, kebahagiaan untuk hal yang dicintai. Namun cinta itu ada beberapa tingkatan kelevelan. Jika masih menjatuhkan cinta pada mahluk saja itu belumlah lengkap. Kesadaran diri akan ciptaan dan sang pencipta bisa menjadi jembatan memahami konsep cinta (Man 'arafa nafsahu faqad' arafa Rabbahu).
Cinta juga dapat berarti pilihan. Terkadang kamu harus meyakini apa yang kamu pilih atau memilih apa yang kamu yakini. Bahwa apa yang menjadi pilihanmu itu kamu harapkan benar, dan berharap benar juga pada apa yang orang lain pilih.  Bergeraklah dengan dasar semoga apa yang kita lakukan itu benar.  Jadilah subyek dari dirimu sendiri jangan gantungkan segala sesuatu atas dasar yang lain. Hidup itu la'ala’kum tatakum, yakni (siapa tahu). Sampaikan cinta kepada manusia melalui munajat dan yang hal disenangi Allah.
Syekh Abu Yazid al-Bushthami pernah berkata "jika semua yang wujud di dalam dan di sekitar 'Arasy (Luasnya Mahluk-mahluk Allah) diletakkan di sudut hati Insan Kamil, maka insan kamil itu tidak akan merasakan berat karenanya." Melihatnya adalah anyawiji awujudiah satu yakni hanya Allah Keesaan itu sendiri. Demikian keadaan para Kekasih Allah.
Manusia yang meletakkan risalah cintanya pada Allah dan Rasulullah, pasti akan tumbuh rasa cinta pada orang tua, guru, anak, sahabat, suami dan kepada sesama mahluk Allah, sebagai bagian buah dari cinta  Allah dan Rasulnya. Jika itu terjadi maka kemulian, ketenangan, kebaikan akan selalu menyelimuti hatinya setiap saat.
(Qul in kuntum tuhibbunallah,fattabi 'uni yuhbib kumullah, wayagh fir lakum dzunubakum wallahu ghafurur rahim)

" Katakanlah: “Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku (Nabi Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian”,dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(QS Ali’Imrân : 31).
Setiap keadaan itu perlu keajaiban dari Allah. Bagaimana caranya adalah dengan proses jual beli yang ada pada hidup. Setiap manusia adalah manusia yang tidak berdaya. Beli itu dengan prihatinmu, beli itu dengan imanmu, beli itu dengan usahamu. Agar Allah membeli semua itu. Dekati ia, sapa ia, dan selami ia dalam hidupmu. Doa besar dan kecil itu tiada maknanya. Yang paling penting adalah doa yang makbul dan tidak makbul. Agar makbul maka lengkapilah dengan bersholawat. Jadikanlah sebuah ketulusan dalam berlaku karena semua itu melahirkan hal yang tidak disangka-sangka. Inilah letak cinta kepada Allah.
Allah selalu menawarkan kemesraan kepada kita manusia karena didalamnya ada cinta untuk kita. Urusannya adalah cinta. Letakkan segalanya atas cinta pada Allah. Hati memang naik turun tapi kalau manusia sudah tahu apa yang ia cintai, maka kemesraan Allah itu yang akan ada. Temukan Allah dalam hal apapun. Terpesonalah dengan cinta Allah, jangan hanya akibatnya surga, pahala, atau kenikmatan. Caranya Allah hadir dalam hidup kita itu harus dikira-kira, ditandai, agar kita paham bahwa hidup ini adalah dalam kesenangan yang ditemukan dalam kondisi yang Allah hadapkan. Manusia tidak bisa memberikan petunjuk kepada orang lain sekali pun ada orang lain yang sangat dicintai, kecuali Allah menghendaki orang tersebut mendapat hidayah yang memang diberikan kepadanya.
Berbagai cara Allah hadirkan adalah dengan, memerintah, menguji, menyesatkan, mengingatkan, menegur, sampai melarang. Sibuklah ridho pada yang Allah harapkan, bukan yang kamu harapkan. Ilmu itu berbahaya, cinta pun juga. Disana harus ada jalan tengah memilih cinta melalui ilmu. Hiduplah pada semestaa Allah jangan hidup dalam egomu.


*Apabila mengutip tulisan ini, mohon sertakan sumber yang lengkap dari penulis, dan gunakan pengutipan yang baik dan benar, terima kasih.






Tidak ada komentar: