Nasaha
Oleh:
Aji Muhammad Said
via
unsplash
Orang yang memiliki
pandangan hidup ke arah kebaikan sudah barang tentu dirinya dapat menyikapi
persoalan hidup hidup dengan bijak. Mendasarkan segala perbuatan itu memiliki
nilai manfaat. Tapi beda orang yang berpandangan negatif. Hidupnya pesimis suka
mengeluh, selalu melihat persoalan dari sisi keburukan. Lebih suka marah dari
pada bersifat ramah, lebih suka menyulut perpecahan dari pada mendamaikan.
Orang dengan pandangan negatif tidak percaya pada kekuatan dirinya, karena
tidak mengenal dirinya sendiri, dan celakanya tidak mengenal Tuhannya pencipta
alam semesta.
Maka dari itu,
kenalilah betul-betul diri kita, sehingga mengenali Tuhan yang kita sembah (Man Arafa Nafsahu Faqqad Arafa Rabbahu).
Mulai dari mengenal, mengerti, menghayati, meyakini, baru kemudian, mengabdi.
Pengabdian merupakan perwujudan seseorang dalam menghamba (abdun). Dengan mengabdi manusia akan memainkan peran maksimal
sebagai sosok (khalifah) yang
senantiasa menyebarkan kebaikan dalam kehidupan, melahirkan keamanan dan
keharmonisan.
Kebahagiaan hidup itu
hanya dirasakan oleh mereka yang percaya pada kesungguhan hati. Yang paling
mendasar dari semua kebutuhan manusia adalah kebutuhan untuk memahami dan
dipahami. Dan cara terbaik untuk memahami adalah dengan mendengarkannya. Carilah
nasehat dari orang tua karena mata mereka telah memandang wajah-wajah tahun dan
suara mereka telah mendengar suara-suara kehidupan. Bila suara mereka tidak
membuatmu tentram, cukuplah engkau menyimak mereka.
Beranilah keluar dari
zona nyaman, Beranilah melakukan apapun yang tidak kamu sukai asalkan itu untuk
kebaikan. Karena itu yang akan membangun akalmu, hatimu, dan karaktermu. Jika
kita memaksakan diri untuk kebaikan maka itu baik. Ahlak tidak akan tercipta
tanpa kebiasaan dan awal dari membiasakan adalah dengan memaksa. Kunci
keberkahan adalah pada kemampuan hati kita dalam memposisikan kehendak Allah
pada diri kita.
Sejatinya derajat
nilai manusia terletak pada apa yang diciptakan, tidak pada sebanyak apa yang
telah dikumpulkan dan dimilikinya. Sebenarnya yang paling penting bagi manusia
terletak pada keinginannya bukan hasil dari usahanya. Sedangkan Allah
menginginkan manusia pada usaha dan kerja kerasnya.
Kebanyakan orang yang
memiliki kebesaran, mempunyai sesuatu yang kecil dalam dirinya; sesuatu yang
kecil itu yang mencegah dirinya dari kegilaan, keputus asaan, dan bunuh diri.
Dikala kamu berakhir pada apa yang tidak kamu ketahui dan meskipun hal-hal
tersebut harus kamu ketahui, maka kamu berada pada awal dari sesuatu yang harus
kamu rasakan. Bagian
dirimu yang lain selalu iba kepadamu, meskipun ia berkembang dari nestapa; maka
seimbangkanlah semuanya.
Seseorang yang putus
asa akan melihat bayangan yang dekat dan kecil lalu menyimpulkannya menjadi
keputusan yang mutlak sebagai pilihan. Kalau kamu tidak bisa mengatasi masalah,
minimal jangan menambahi masalah, atau jangan sampai kamu sendiri yang menjadi
masalah. Apalagi mengulang masalah yang pernah terjadi. Cinta akan tetap
tinggal selama teguran masih berlangsung. Ketahuilah bahwa teguranmu itu tidak
berarti kebencian. Justru teguran menjadi penegas akan luhurnya hubungan antar
manusia. Jangan rendahkan dirimu untuk mendapatkan sesuatu, tapi rendahkan
hatimu untuk memberikan sesuatu. Doa-doamu akan dikabulkan ketika kamu siap,
bukan ketika kamu ingin.
Hidup
Apapun yang kamu
lakukan berakibat juga pada orang lain. Berpikirlah secara luas. Benar-salah
itu mendasarkan pada sistem kepercayaan yang kamu pegang. Apapun yang kamu
alami adalah ekspresi kehidupan. Sengsara itu tidak masalah, asalkan tidak
memadamkan api kehidupan, tapi menghidupankan hidupmu. Hidup adalah hadiah dari
Tuhan, setiap yang kamu alami merupakan ekspresi kehidupan yang pasti ada
akhirnya. Benar dan salah itu ada diantara hidup.
Syukur
Jangan suuzon terhadap
apapun yang kamu terima. Hidup tidak hanya cari untung. Rasa syukur dihadirkan
adalah sebagai keuntungan, dan merupakan kebahagiaan yang sejati. Seperti rizki
yang tidak hanya berwujud materi saja. Rizki bisa menjadi sebuah kekurangan
maupun kelebihan. Apapun yang kamu alami jadikan momennya penuh dengan rasa
syukur. Bersyukur itu berarti juga tidak mengharapkan sesuatu yang berlebih
maupun sedikit, namun cukup.
Jangan mengharapkan sesuatu diluar diri, berharaplah senantiasa pada ketetapan
yang
Allah beri.
Keinginan
yang Kuat dan Pilihan
Hidup itu adalah
perlombaan untuk berbuat baik. Menata hidup artinya adalah perubahan dari yang
belum baik menjadi baik. Manusia dibekali akal dan perasaan untuk produktif maupun kolektif, perbuatan baik artinya tidak merugikan orang lain. Dalam
setiap perubahan ada jangkauan dan tujuan, niat kuat dan baiklah yang membentuk
sebuah karakter. Ini mengantarkan pada pilihan lingkungan, pekerjaan, hubungan,
maupun religiusitas. Idealnya adalah
seperti ini, namun ada orang yang melihat, duduk, berjalan, berlari, atau
tidur. Mereka berada dalam kedaulatan mereka sendiri. Mau sebagus apapun sebuah
pesan, hanya akan melahirkan jawaban diterima atau ditolak. Manusia pun seperti
ini, ada yang condong ke hatinya, ada ke nafsunya, ada yang ke akalnya.
Perpecahan dimulai dari adanya perbedaan, tapi bukan berarti tidak ada solusi
ketika manusia menumbuhkan kebijakan dengan menyamakan. Karakter boleh berbeda
namun harus ada niatan dan pilihan untuk menjadi baik secara kolektif, jika tidak jangan salah
memilih, hidup juga butuh keseimbangan.