Rabu, 13 Februari 2019

Opini_Jalan Cinta Abadi


"Jalan Cinta Abadi"
Oleh: Aji Muhammad Said




via unsplash


Al-Quran menyatakan bahwa dunia ini adalah permainan (la'ibun), tipuan, dan kebohongan (lahwun) serta perhiasan yang menyilaukan mata kebenaran (ziinatun). Banyak manusia yang berhasil dipermainkan oleh dunia, ditipu dan dibohongi oleh keduniaan, serta larut ke dalam ornamen (hiasan) yang dijadikan tujuan hidup. Kebahagiaan yang tampak indah itu merupakan simpul kebahagiaan semu (QS. Al-Hadid). Kebahagiaan semu tersebut biasanya berupa kenikmatan yang bersifat nominal (harta dan anak-anak). Kesuksesan sesungguhnya adalah selamatnya seseorang dari api neraka dan keberhasilan menempuh Siratholmustakimmi menuju surga.
Ibarat sepotong cerita dalam sebuah novel; ada seorang Penjual kopi di seberang sana, memiliki kelopak mata yang indah. Sayang, hanya pura-pura, sebab kelopak mata yang dihitam-hitamkan tidak seperti kelopak mata yang benar-benar hitam. Dalam proses menyingkap kepura-puraan, kita pasti akan menghadapi kesulitan-kesulitan, derita. Jangan sekali-kali mengeluh, sebab siapa pun dia, selama ia manusia, tentu akan dibuntuti dengan yang namanya derita. Meski demikian, derita tidak akan berefek terhadap orang yang berilmu, yakni ia yang paham ke mana muara tujuan perjalanannya. Di hati orang yang berilmulah keyakinan membangun rumahnya.
Cinta akan tetap tinggal selama teguran masih berlangsung.’Ketahuilah, teguran seseorang terhadap sesama itu tidak berarti kebencian. Justru teguran itu menjadi penegas akan luhurnya hubungan antar manusia. Lalu apa yang menjadi penegas dari sebuah teguran, yakni adalah Agama sebagai Nasiha (nasehat). Agama mengajarkan kepedulian, dan disitulah letak cinta itu tumbuh. Sesuatu yang dicintai dan yakin tidak bisa dipisah yaitu cinta dengan Nabi Muhammad SAW, mencintai keluarga Nabi dan mencintai Al-Qur’an. Ajarkan cinta ini kepada anak-anak, dan sesama.
Suka

Kepedulian bisa terlahir dari perasaan manusia untuk menyukai. Sebuah perasaan bisa ditumbuhkan atau dihilangkan, itu seperti sunatullah dalam alam semesta. Sepesifik lagi perasaan itu merupakan ekspresi yang bisa melahirkan ekspresi lanjutan. Dalam hubungan manusia antar lawan jenis, ada doa ada pembuktian. Seperti kalau sayang doakan dia dunia dan ahkirat. Kalau cinta, bimbingan lah dia kejalan yang benar. Mencintai tanpa mengikuti itu dusta, mengikuti tanpa mencintai itu hampa. Lalu prinsip bagi kaum adam, paras membuat laki-laki menatap, namun Ahlak membuat laki-laki menetap. "Wanita dinikahi karena 4 perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita karena agamanya.

Dari perasaan suka ini juga mengantarkan kepada pilihan, pikiran, yang menjadi habituisasi. Dimana menjadikan manusia kedalam beberapa tipe; pertama anusia jangka pendek, ngomongnya politik. Manusia jangka menengah ngomongnya iptek dan filsafat. Tapi manusia jangka panjang ngomongnya cinta. Dalam cinta tidak butuh dekatnya jarak. Namun dekat membutuhkan cinta. Dalam bahasa sunyi cinta, yang berbicara adalah perilaku bukan kata. Semakin mendalam keimanan dan semakin mantap pengetahuan, semakin besar pula rasa cinta. Untuk menemukan cinta sejati, kadang-kadang merasakan kepahitan yang lebih dalam terlebih dahulu. Untuk menemukan cahaya kita harus menyadari adanya kegelapan terlebih dahulu. Inilah rasa suka yang sering kita timbulkan.


Benci

Kebencian merupakan ekspresi yang hampir sama seperti rasa suka, namun didalamnya ada poin yang besar yakni adalah perbedaan diri, ekspetasi kita sendiri. Kebencian ini mempunyai magnit yang besar yang juga dapat menimbulkan ekspresi lanjutan. Mengapa kebencian lebih mudah menarik kita dari pada (cinta) kearifan? Karena kebencian memperbolehkan kita untuk menuruti ego, sementara kearifan mensyaratkan kita untuk berlapang dada dan berbagi dengan yang lain.

Dari benci kaitannya pada perbedaan dan kekecewaan. Ekspektasi dan harapanlah yang paling mudah membuat kita kecewa. It is not the eyes that are blind, but the hearts (Quran Surah 22:46). Semua orang di dunia ini harus paham, bahwa mencintai di dunia ini bukan hanya berkaitan denganh hati, waktu, keberanian, dan kesempatan saja. Tapi cinta dasarnya adalah tentang keimanan dan ketakwaan. You can do anything as hard as you can do tapi pada akhirnya, Allah tau yang terbaik untuk kita.

Ketika kita mendapatkan sesuatu yang biasa, saat itu kita mendapatkan sesuatu yang terbaik, maka selalu lah bersyukur karena kita tidak mendapatkan yang terburuk. Perbedaan dan kegagalan adalah sebuah peluang untuk mendapatkan yang terbaik dan lebih baik. Anggaplah kegagalan adalah batu loncatan untuk pengalaman yang berharga. Pada suatu hari nanti kita pasti akan mengingatnya dan bersyukur untuk kegagalan yang pernah kita alami dimasa lalu. Do not lose hope nor be sad. Percayalah ketika satu pintu tertutup untuk kita, sebenarnya pintu-pintu lain terbuka untuk kita. Allah tidak berjanji dalam hidup ini mudah, tapi Allah berjanji disetiap kesulitan pasti ada kemudahan.

this is just dunya

Kehidupan ini bukan miliki kita (manusia) melainkan milik Allah. Kalau kita menolak sesuatu yang Allah tidak suka, maka Allah memberi ganti yang Ia suka. Itu akan menjadi berlipat ganda dan menjadi hal yang kamu (kita) sukai. Kita berada disebuah tempat, bukan karena kita ingin, tapi Allah lah yang mengantarkan kita sampai disini. Dunia menjadi tempat dimana ditakdirkannya manusia untuk terus berjuang, dan kehidupan yang abadi adalah kehidupan diakhirat kelak.

Adanya kekecewaan akan menimbulkan sakitnya hati atau berujung pada patah hati. Jangan jadikan itu masalah, beban atau penderitaan, itu hanya menyempitkan diri, apabila memperluas maka tidak akan khawatir karena masih ada kesempatan, jadikan itu sebuah kenikmatan karena merasa sebegitu mengenanya, tinggal menyiapkan mental diri, dan hidup teruslah berjalan.

Jangan kemudian menjadi, orang yang menyesatkan (orang-orang yang tidak mau bergaul dan menganggap dirinya benar sendiri). Ada hal di dunia ini yang membawa kemuliaan. Diantara semua yang mulia adalah perang melawan diri sendiri.  Perbanyaklah dalam hidup ini untuk tidak selalu menang. Namun yang paling penting lagi bukan kamu menderita, kalah, sedih, tapi kamu mampu untuk bersyukur setiap keadaan yang kamu alami.

Ilmu, Iman, Hati
Dari cinta dan rasa suka melahirkan efek lanjutan tindakan kebaikan, dengan dasar adalah ilmu. Pahamilah bahwa otak agama berada pada pertama akal, dan yang kedua adalah hati. Harta apabila diberikan maka akan selalu berkurang, namun ilmu apabila diberikan maka akan bertambah. Kita berada pada pencarian ilmu dan itulah nuansa keabadian Allah.
Dalam berilmu harus matang secara intelektual, matang secara mental, matang secara moral, dan matang secara sepiritual, dan disitulah kita akan menemukan letak sebuah keseimbangan. Melalui Sekolah lah keseimbangan tersebut dibentuk. Ilmu itu pasti baik, tapi harus tau dulu ketepatannya; Tepat secara waktu, Tepat secara tempat, Tepat secara aturan. Sehingga apabila ditemui sebuah kebaikan dalam berilmu, belum tentu baik, karena kebaikan tidak ditempatkan pada waktunya maka akan menjadi sebuah keburukan.
Ilmu tiada artinya tanpa iman. Apabila tidak ada "iman" maka kita tidak akan bisa melakukan "Amal Sholih". Kita bisa melaksanakan ibadah, Sholat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Quran, sholawat dan lainnya. Itu karena didorong oleh "Iman". Kita juga bisa meninggalkan perbuatan maksiat, itu juga didorong oleh "Iman". Tetapi "Iman" itu ada yang kuat dan ada yang lemah. "Al-Imani Yazidu Wa Yanqush" Iman itu kadang bertambah kadang berkurang, bahkan iman bisa habis sama sekali.
Ilmu, Iman sudah, selanjutnya adalah hati. Memahami hati manusia tidak mudah. Namun paling penting dalam memahami manusia dan kehidupan merujuk pada istilah jawa; Aja gumun, Aja kaget, Aja dumeh. Dan harus optimis, orang-orang jawa mengemban prinsip bondo nekat, tapi ada lagi yang lebih hebat, yakni  bondo bismillah. “Tak bismillahi kapok koe”.
Apa yang penulis sampaikan sebenarnya telah ada di hatimu selama ini. Penulis telah kehabisan kata-kata, kini yang kurasakan hanyalah cinta. Have you fallen in love? Penulis akan menjawab; Five times a day. Ini seperti perkataan bahwa, apabila agama sudah tidak ada lagi (di hatimu), maka dengan apalagi engkau bisa berbahagia?

Mahabbah
Sekuat apapun aku, pasti tetap akan jatuh dan runtuh dihadapmu
Aku tak akan pernah bisa, tidak merasa apa-apa dikala aku tidak memiliki atau bahkan merasa rindu
Kau hanya kefanaan yang Kekasihku ciptakan untuk tertawa denganku
Kau hanya semua bentuk yang sampai sekarang belum bisa ku maknai sebagai tulang rusuk
Sekarang aku dalam kesadaran abadi, bahwa hati yang ku miliki hanyalah milik Kekasihku
Kau hanya goresan pada sebuah kertas sebagai tanda bahwa cinta, keindahan itu ada
Engkau hanya perantara Kekasihku untuk aku mencintaiNya, kau bukan punyaku, miliku, atau rasaku. Kau milikNya
Aku diam, tanpa berbicara karena aku paham, seluruh rasaku dan dayaku, hanya untuk Kekasihku, meski dirimu mengambil beberapa rasa dan rindu, yang membuatku tahu, bahwa aku harus menjadi manusia tanpa rasa.
Semuanya, perasaanku, inginku, hatiku, harapku, cintaku, milikNya milik Kekasihku.
Melihatmu, merasamu hanyalah cara ia menyapaku, bahwa ia ada, cintaNya ada, tapi aku tak pernah tau engkau bagaimana.
Boleh aku berdoa? Agar aku dan engkau sama-sama? Dalam Mahabbah Cinta Kekasihku.


*Apabila mengutip tulisan ini, mohon sertakan sumber yang lengkap dari penulis, dan gunakan pengutipan yang baik dan benar, terima kasih.

Tidak ada komentar: