Kamis, 21 Februari 2019

Opini_Nasaha


Nasaha
Oleh: Aji Muhammad Said





via unsplash

Orang yang memiliki pandangan hidup ke arah kebaikan sudah barang tentu dirinya dapat menyikapi persoalan hidup hidup dengan bijak. Mendasarkan segala perbuatan itu memiliki nilai manfaat. Tapi beda orang yang berpandangan negatif. Hidupnya pesimis suka mengeluh, selalu melihat persoalan dari sisi keburukan. Lebih suka marah dari pada bersifat ramah, lebih suka menyulut perpecahan dari pada mendamaikan. Orang dengan pandangan negatif tidak percaya pada kekuatan dirinya, karena tidak mengenal dirinya sendiri, dan celakanya tidak mengenal Tuhannya pencipta alam semesta.

Maka dari itu, kenalilah betul-betul diri kita, sehingga mengenali Tuhan yang kita sembah (Man Arafa Nafsahu Faqqad Arafa Rabbahu). Mulai dari mengenal, mengerti, menghayati, meyakini, baru kemudian, mengabdi. Pengabdian merupakan perwujudan seseorang dalam menghamba (abdun). Dengan mengabdi manusia akan memainkan peran maksimal sebagai sosok (khalifah) yang senantiasa menyebarkan kebaikan dalam kehidupan, melahirkan keamanan dan keharmonisan.

Kebahagiaan hidup itu hanya dirasakan oleh mereka yang percaya pada kesungguhan hati. Yang paling mendasar dari semua kebutuhan manusia adalah kebutuhan untuk memahami dan dipahami. Dan cara terbaik untuk memahami adalah dengan mendengarkannya. Carilah nasehat dari orang tua karena mata mereka telah memandang wajah-wajah tahun dan suara mereka telah mendengar suara-suara kehidupan. Bila suara mereka tidak membuatmu tentram, cukuplah engkau menyimak mereka.

Beranilah keluar dari zona nyaman, Beranilah melakukan apapun yang tidak kamu sukai asalkan itu untuk kebaikan. Karena itu yang akan membangun akalmu, hatimu, dan karaktermu. Jika kita memaksakan diri untuk kebaikan maka itu baik. Ahlak tidak akan tercipta tanpa kebiasaan dan awal dari membiasakan adalah dengan memaksa. Kunci keberkahan adalah pada kemampuan hati kita dalam memposisikan kehendak Allah pada diri kita.

Sejatinya derajat nilai manusia terletak pada apa yang diciptakan, tidak pada sebanyak apa yang telah dikumpulkan dan dimilikinya. Sebenarnya yang paling penting bagi manusia terletak pada keinginannya bukan hasil dari usahanya. Sedangkan Allah menginginkan manusia pada usaha dan kerja kerasnya.

Kebanyakan orang yang memiliki kebesaran, mempunyai sesuatu yang kecil dalam dirinya; sesuatu yang kecil itu yang mencegah dirinya dari kegilaan, keputus asaan, dan bunuh diri. Dikala kamu berakhir pada apa yang tidak kamu ketahui dan meskipun hal-hal tersebut harus kamu ketahui, maka kamu berada pada awal dari sesuatu yang harus kamu rasakan. Bagian dirimu yang lain selalu iba kepadamu, meskipun ia berkembang dari nestapa; maka seimbangkanlah semuanya.
Seseorang yang putus asa akan melihat bayangan yang dekat dan kecil lalu menyimpulkannya menjadi keputusan yang mutlak sebagai pilihan. Kalau kamu tidak bisa mengatasi masalah, minimal jangan menambahi masalah, atau jangan sampai kamu sendiri yang menjadi masalah. Apalagi mengulang masalah yang pernah terjadi. Cinta akan tetap tinggal selama teguran masih berlangsung. Ketahuilah bahwa teguranmu itu tidak berarti kebencian. Justru teguran menjadi penegas akan luhurnya hubungan antar manusia. Jangan rendahkan dirimu untuk mendapatkan sesuatu, tapi rendahkan hatimu untuk memberikan sesuatu. Doa-doamu akan dikabulkan ketika kamu siap, bukan ketika kamu ingin.

Hidup
Apapun yang kamu lakukan berakibat juga pada orang lain. Berpikirlah secara luas. Benar-salah itu mendasarkan pada sistem kepercayaan yang kamu pegang. Apapun yang kamu alami adalah ekspresi kehidupan. Sengsara itu tidak masalah, asalkan tidak memadamkan api kehidupan, tapi menghidupankan hidupmu. Hidup adalah hadiah dari Tuhan, setiap yang kamu alami merupakan ekspresi kehidupan yang pasti ada akhirnya. Benar dan salah itu ada diantara hidup.

Syukur
Jangan suuzon terhadap apapun yang kamu terima. Hidup tidak hanya cari untung. Rasa syukur dihadirkan adalah sebagai keuntungan, dan merupakan kebahagiaan yang sejati. Seperti rizki yang tidak hanya berwujud materi saja. Rizki bisa menjadi sebuah kekurangan maupun kelebihan. Apapun yang kamu alami jadikan momennya penuh dengan rasa syukur. Bersyukur itu berarti juga tidak mengharapkan sesuatu yang berlebih maupun sedikit, namun cukup. Jangan mengharapkan sesuatu diluar diri, berharaplah senantiasa pada ketetapan yang Allah beri.

Keinginan yang Kuat dan Pilihan
Hidup itu adalah perlombaan untuk berbuat baik. Menata hidup artinya adalah perubahan dari yang belum baik menjadi baik. Manusia dibekali akal dan perasaan untuk produktif maupun kolektif, perbuatan baik artinya tidak merugikan orang lain. Dalam setiap perubahan ada jangkauan dan tujuan, niat kuat dan baiklah yang membentuk sebuah karakter. Ini mengantarkan pada pilihan lingkungan, pekerjaan, hubungan, maupun religiusitas. Idealnya adalah seperti ini, namun ada orang yang melihat, duduk, berjalan, berlari, atau tidur. Mereka berada dalam kedaulatan mereka sendiri. Mau sebagus apapun sebuah pesan, hanya akan melahirkan jawaban diterima atau ditolak. Manusia pun seperti ini, ada yang condong ke hatinya, ada ke nafsunya, ada yang ke akalnya. Perpecahan dimulai dari adanya perbedaan, tapi bukan berarti tidak ada solusi ketika manusia menumbuhkan kebijakan dengan menyamakan. Karakter boleh berbeda namun harus ada niatan dan pilihan untuk menjadi baik secara kolektif, jika tidak jangan salah memilih, hidup juga butuh keseimbangan.


 *Apabila mengutip tulisan ini, mohon sertakan sumber yang lengkap dari penulis, dan gunakan pengutipan yang baik dan benar, terima kasih.

Tidak ada komentar: