Lebih Indah dari 100 Makna
Oleh: Aji Muhammad Said
dok pribadi; salah satu masjid di Kab. Musirawa
"Semua yang dicintai itu cantik, tapi tidak semua yang cantik
itu dicintai". Cantik adalah bagian dari sifat sesuatu yang kita cintai,
dan sifat sesuatu yang kita cintai itulah asalnya. Ketika seseorang dicintai,
maka orang itu akan menjadi cantik di mata orang yang mencintainya; bagian dari
sesuatu tidak akan terpisah dari keseluruhannya, sesuatu yang melekat pada
bentuk keseluruhannya."
Maulana Rumi berkata, siang-malam kau terus berperang, berharap akan
mampu memperbaiki ahlak seorang perempuan dan menyucikan amal perbuatannya
melalui dirimu. Akan lebih baik kiranya kalau engkau memperbaiki melalui dia,
ketimbang mencoba memperbaiki ahlaknya melalui dirimu. Ubahlah dirimu dengan
perantaraan dia. Datanglah padanya dan terima semua yang ia katakan, sekalipun apa
yang ia ucapkan adalah mustahil. Buanglah kecemburuan meskipun cemburu sifat
yang melekat pada laki-laki. Karena itu membuat sifat baik dan buruk pada
dirimu bersatu.
Kita belajar dari Rasullulah bahwa kamu harus mampu memikul rasa sakit, menyingkirkan
kecemburuan, dan agresivitas, beban dalam menafkahi dan memberi pakaian pada
istri, serta ribuan kepedihan lainnya yang tak berkesudahan. "Inilah dunia
Muhammad". Sedangkan cara Nabi Isa a.s adalah bergelut dengan kesendirian,
menundukkan hawa nafsu, sedangkan cara Rasulullah adalah dengan memikul ketidak
adilan, penderitaan yang terjadi dalam berpasangan.
Jika kamu memiliki ketenangan maka kamu akan menentramkan hati untuk
memikul seratus pukulan, dan kamu juga akan menemukan buah dan hasilnya, atau
kamu akan percaya hatimu yang tersembunyi bahwa “sesuatu akan terjadi sesuai dengan apa yang akan mereka
katakan dan kabarkan, dan aku akan bersabar hingga sampai tiba waktunya."
Meski saat ini aku tidak mendapat hasil apa pun dari penderitaan
ini, pada akhirnya nanti kita akan sampai ke gudang-gudang itu. Itu akan terjadi ketika kamu
menjadi lebih dewasa. Itulah perbedaan antara perempuan dan cendekiawan. Entah
kamu mau mengajak perempuan bicara atau tidak, mereka akan masih sama tidak
akan merubah tabiat dan wataknya. Kata-katamu tidak akan berpengaruh pada
mereka, bahkan bisa lebih buruk.
Ketika engkau memerintahkan perempuan, engkau akan duduk di tengah,
dan hasratmu bertambah pada dua hal yang berbeda, dan kamu menggangap dirimu
benar. Itu adalah pandangan yang salah. Jika dalam diri mereka terdapat jiwa
yang bisa mencegah mereka untuk berbuat jahat, maka hasilnya sama saja apakah
kamu mencegahnya apa tidak, mereka akan berjalan sesuai dengan tabiat dan watak
mereka. Jadi kosongkanlah pikiranmu dari kesedihan dan kegelisahan. Jika tidak
maka kamu akan menjadi sama saja seperti mereka, yang terjadi bukanlah kamu
mencegahnya, tapi justru membuat masalahnya semakin besar.
Jika teguran pergi begitu pula dengan cinta, dan cinta akan tetap
tinggal jika teguran terus ada. Solusinya adalah seseorang harus memiliki
pandangan hati, setelah itu ia dapat melihat duduk presisi ketepatan, kondisi
sebuah masalah. Jika tidak memiliki pandangan hati lantas bagaimana ia dapat
melihat sesuatu yang tersembunyi. Selain itu lakukanlah sesuatu itu secara
bertahap, pertama tawarkanlah nasihat kepada mereka, sedikit demi sedikit. Jika
tidak mau mendengar gunakanlah paksaan. Jika mereka belum mau mendengar,
tinggalkan saja dia, referensi Qs. Al-Nisa': 34.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar