Kamis, 14 November 2019

Opini_Lebih Indah dari 100 Makna


Lebih Indah dari 100 Makna
Oleh: Aji Muhammad Said

dok pribadi; salah satu masjid di Kab. Musirawa

"Semua yang dicintai itu cantik, tapi tidak semua yang cantik itu dicintai". Cantik adalah bagian dari sifat sesuatu yang kita cintai, dan sifat sesuatu yang kita cintai itulah asalnya. Ketika seseorang dicintai, maka orang itu akan menjadi cantik di mata orang yang mencintainya; bagian dari sesuatu tidak akan terpisah dari keseluruhannya, sesuatu yang melekat pada bentuk keseluruhannya."

Maulana Rumi berkata, siang-malam kau terus berperang, berharap akan mampu memperbaiki ahlak seorang perempuan dan menyucikan amal perbuatannya melalui dirimu. Akan lebih baik kiranya kalau engkau memperbaiki melalui dia, ketimbang mencoba memperbaiki ahlaknya melalui dirimu. Ubahlah dirimu dengan perantaraan dia. Datanglah padanya dan terima semua yang ia katakan, sekalipun apa yang ia ucapkan adalah mustahil. Buanglah kecemburuan meskipun cemburu sifat yang melekat pada laki-laki. Karena itu membuat sifat baik dan buruk pada dirimu bersatu.

Kita belajar dari Rasullulah bahwa kamu harus mampu memikul rasa sakit, menyingkirkan kecemburuan, dan agresivitas, beban dalam menafkahi dan memberi pakaian pada istri, serta ribuan kepedihan lainnya yang tak berkesudahan. "Inilah dunia Muhammad". Sedangkan cara Nabi Isa a.s adalah bergelut dengan kesendirian, menundukkan hawa nafsu, sedangkan cara Rasulullah adalah dengan memikul ketidak adilan, penderitaan yang terjadi dalam berpasangan.

Jika kamu memiliki ketenangan maka kamu akan menentramkan hati untuk memikul seratus pukulan, dan kamu juga akan menemukan buah dan hasilnya, atau kamu akan percaya hatimu yang tersembunyi bahwa sesuatu akan terjadi sesuai dengan apa yang akan mereka katakan dan kabarkan, dan aku akan bersabar hingga sampai tiba waktunya."

Meski saat ini aku tidak mendapat hasil apa pun dari penderitaan ini, pada akhirnya nanti kita akan sampai ke gudang-gudang itu. Itu akan terjadi ketika kamu menjadi lebih dewasa. Itulah perbedaan antara perempuan dan cendekiawan. Entah kamu mau mengajak perempuan bicara atau tidak, mereka akan masih sama tidak akan merubah tabiat dan wataknya. Kata-katamu tidak akan berpengaruh pada mereka, bahkan bisa lebih buruk.

Ketika engkau memerintahkan perempuan, engkau akan duduk di tengah, dan hasratmu bertambah pada dua hal yang berbeda, dan kamu menggangap dirimu benar. Itu adalah pandangan yang salah. Jika dalam diri mereka terdapat jiwa yang bisa mencegah mereka untuk berbuat jahat, maka hasilnya sama saja apakah kamu mencegahnya apa tidak, mereka akan berjalan sesuai dengan tabiat dan watak mereka. Jadi kosongkanlah pikiranmu dari kesedihan dan kegelisahan. Jika tidak maka kamu akan menjadi sama saja seperti mereka, yang terjadi bukanlah kamu mencegahnya, tapi justru membuat masalahnya semakin besar.

Jika teguran pergi begitu pula dengan cinta, dan cinta akan tetap tinggal jika teguran terus ada. Solusinya adalah seseorang harus memiliki pandangan hati, setelah itu ia dapat melihat duduk presisi ketepatan, kondisi sebuah masalah. Jika tidak memiliki pandangan hati lantas bagaimana ia dapat melihat sesuatu yang tersembunyi. Selain itu lakukanlah sesuatu itu secara bertahap, pertama tawarkanlah nasihat kepada mereka, sedikit demi sedikit. Jika tidak mau mendengar gunakanlah paksaan. Jika mereka belum mau mendengar, tinggalkan saja dia, referensi Qs. Al-Nisa': 34.


 *Apabila mengutip tulisan ini, mohon sertakan sumber yang lengkap dari penulis, dan gunakan pengutipan yang baik dan benar, terima kasih.





Tidak ada komentar: