Samudra Hikmah Dibalik Keluhan Dunia
Oleh: Aji Muhammad Said
via unsplash
Jadi apabila sesuatu telah
ditentukan bagimu, tentu sesuatu itu akan datang padamu, suka atau tidak suka.
Maka dari itu, sungguh tidak patut, kekuranglayakan dan kerasukan terwujud
padamu, kedua-duanya tertolak oleh akal dan ilmu. Jika sesuatu itu ditakdirkannya
bagi orang lain, mengapa kita bersusah payah meraih sesuatu yang tidak bisa
kita raih? Jika sesuatu tidak diturunkannya kepada siapa pun, hanya sebagai
cobaan, bagaimana mungkin seorang arif menyukainya dan berupaya keras meraih
itu? Terbuktilah bahwa seluruh kebaikan dan keselamatan terletak pada
menghargai keadaan yang ada. Memaksa diri untuk bahagia adalah cara mengimani
qadha dan qadar. Jangan sampai karena terlalu sering mengeluh menyebabkan kita
tidak percaya takdir. Terpaksa bahagia juga merupakan sebuah keberkahan, karena
kita mampu menerima keadaan, ridha dengan apa yang Allah kasih dan apa yang
Allah berikan pada kita pada keadaan kita.
Jangan berupaya menjarah suatu
rahmat dan jangan pula berupaya menangkis datangnya suatu bencana. Rahmat Allah
akan datang kepada kita jika ia sudah ditakdirkan bagi kita, baik kita suka
ataupun tidak suka. Bencana akan menimpa kita jika itu takdir bagi kita, tangkislah
semuanya dengan doa atau menghadapinya dengan kesabaran dan keteguhan hati demi
mendapatkan keridaan-Nya. Coba rasakanlah rahmat-Nya di dalam bencana atau
menyatulah sedapat mungkin dengan-Nya, lewat segala sarana spiritual yang kita
miliki. Sebuah bencana yang menimpa seseorang bukanlah untuk menghancurkannya,
tetapi itu adalah cobaan untuk kita. Cobaan untuk mengukuhkan iman kita. Menguatkan
pilar-pilar keyakninan yang kita miliki, dan memberikan kabar baik secara
rohani kabar baik dari-Nya tentang kehendak-Nya atasmu. Allah berfirman;
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian, agar kami
mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antaramu; dan agar Kami
nyatakan hal ihwal kalian.” (QS. Muhammad : 31).
Kita adalah korban segala yang
kita lihat. Jadilah orang yang terlepas dari ciptaan, nafsu duniawi, dan
kedirian. Dengan demikian mereka jadikan taat dan pemujaan sebagai kewajiban
mereka dan kukuh dalam keduanya dengan bantuan-Nya tanpa mengalami kesulitan.
Kepatuhan dapat dikatakan menjadi jiwa dan keseharian orang-orang yang saleh.
Akhirnya dunia menjadi rahmat dan menyenangkan bagi mereka. Sebab, bila mereka
melihat sesuatu, mereka melihat di balik sesuatu itu penciptaan-Nya. Maka,
orang-orang ini memberi daya kepada bumi dan langit untuk menyenangkan bagi
yang mati dan yang hidup.
Apabila ilmu hikmah kita tinggi,
keyakinan kita teguh, hati kita tercerahkan, maqam hati kita makin dekat dengan-Nya,
kita diberiNya kemampuan “melihat ke depan”, sebagai tanda kerelaan dan sebagai
penghargaan atas harkat kita. Ini hanyalah sebagian dari keridaan-Nya sebagai
rahmat dan petunjuk-Nya.
Ketahuilah, bahwa para guru amal
dan guru ilmu akan menunjukkan engkau jalan menuju Allah. Langkah tahap pertama
yaitu dengan perkataan. Pada tahap kedua, yaitu dengan mengamalkannya. Dengan
cara ini, engkau akan bertemu dengan Allah. Jangan mengharapkan balas meskipun
itu Pahala, tapi fokuskan hati kita pada Allah. Pahala yang sebenarnya adalah
keridaan-Nya kepadamu dan kedekatanmu kepada-Nya dunia dan akhirat.
Barang siapa di antara manusia
yang ingin menghidupkan hatinya, hendaklah dia membiasakan berzikir kepada Allah
di dalam hatinya itu dan hendaklah dia merasakan ketentraman bersama-Nya. Wahai
hamba, berdzikirlah engkau kepada Allah dengan hatimu sebanyak seribu kali dan
dengan lisanmu sekali. Zikir adalah zikir hati dan zikir batin, kemudian zikir
lisan. Berzikirlah, sehingga itu bisa melebur dosa-dosa kita. Dengan demikian,
dosa sama sekali.
Janganlah kita sebagai manusia
mengeluh tentang sesuatu bencana yang menimpa kita kepada siapapun, baik pada
kawan maupun kepada lawan. Jangan pula menyalahkan Tuhanmu atas semua
takdir-Nya kepadamu, dan atas ujian yang ditimpakan-Nya atasmu. Berikanlah
semua kebaikan yang dilimpahkan-Nya kepadamu dan segala puji syukurmu atas
semua itu. Kedustaanmu menyatakan puji syukurmu atas suatu rahmat yang
sesungguhnya belum datang kepadamu lebih baik ketimbang cerita-ceritamu perihal
kepedihan hidup. “Dan jika kamu hitung
nikmat-nikmat Allah, kamu tidak akan sanggup menghitungnya.”(QS. Ibrahim: 34).
Betapa banyak nikmat yang telah
kita terima dan tidak kita sadari. Jangan merasa senang dengan ciptaan, jangan
menyenanganginya, dan jangan menceritakan hal ihwalmu kepada siapa pun. Cintamu
harus kita tujukan hanya kepada-Nya, merasa senanglah dengan-Nya, dan
mengeluhlah hanya kepada-Nya. Jika Allah berkehendak menimpakan keburukan
untukmu, tidak seorangpun sanggup mencegahnya, selain ia sendiri. Jika ia
berniat melimpahkan kebaikan, tidak seorang pun sanggup menahan turunnya
rahmat-Nya.
Jika kita mengeluh terhadap-Nya,
padahal kita nimati rahmat-Nya, kita tamak, dan menutup mata atas yang apapun
yang kita milik, Allah murka kepada kita, mencabut kembali nikmat-Nya dari kita.
Mewujudkan segala keluhan kita, melipatgandakan kesusahan kita, dan memperhebat
hukuman, kemurkaan, dan kebencian-Nya kepada kita.
Sesungguhnya sebagian besar
musibah yang menimpa anak Adam dikarenakan oleh keluhan-keluhan mereka terhadapNya.
Kenapa menyalahkan-Nya. Padahal ia Maha Pengasih, Maha Adil, Maha Sabar, Maha
Penyayang, dan yang lemah lembut terhadap hamba-hamba-Nya. Dapatkah kita temui
suatu kesalahan pada diri seorang ayah atau ibu yang berhati mulia? Nabi Muhammad
bersabda: “Allah lebih penyayang terhadap
hamba-hamba-Nya ketimbang seorang ibu terhadap anaknya.”
Nabi Muhammad saw. bersabda: “Campakanlah segala yang menimbulkan
keraguan di benakmu, tentang yang halal dan yang haram, ambilah segala yang tak
menimbulkan keraguan pada dirimu.” Bila sesuatu yang meragukan berbaur
dengan segala sesuatu yang tidak meragukan, ambilah jalan yang didalamnya tidak
ada sedikitpun keraguan. Nabi bersabda: “Dosa
menciptakan kekacauan dalam hati.” Tunggulah bila dalam keadaan begini
perintah batin. Bila kau diperintahkan untuk mengambilnya, lakukanlah sesukamu.
Apabila dilarang, jauhilah, anggaplah itu tidak pernah terwujud (maujud) dan
berpalinglah ke pintu Allah, serta mintalah pertolongan dari Tuhanmu.
*Apabila mengutip tulisan ini, mohon sertakan sumber yang lengkap dari penulis, dan gunakan pengutipan yang baik dan benar, terima kasih.