Rahmat Tuhan itu adalah Waktu
Oleh: Aji Muhammad Said
"Dan tidaklah kehidupan
dunia ini melainkan hanyalah satu ilusi saja." (Qs. Al-Adid [57:20)". Sesungguhnya, jika seseorang itu dapat
melihat kebenaran melalui mata hatinya, sama dengan yang dilihatnya masih hidup
ataupun sudah mati, maka kebenaran itu tetap tidak akan hilang. Syekh Abdul Qadir Jaelani berwasiat
bahwa apabila kamu belum bisa menjadi musuh terhadap kesendirianmu, janganlah
kamu berharap menjadi orang yang saleh. Yang dimaksud dengan menjadi musuh
terhadap kesendirianmu, yaitu bahwa kamu benar-benar melepas segala kemaujudan,
baik gerak-gerikmu, diammu, pendengaranmu, pembicaraanmu, perilakumu,
pikiranmu, dan segala sesuatu yang muncul dari dalam dirimu.
Berbagai warna cahaya di dunia
ini berasal dari cahaya matahari sebagai pusat cahaya dunia, sedangkan cahaya
di dalam diri manusia itu berpusat di hati. Perhatikanlah dengan sungguh-sungguh
bahwa kehormatan seseorang itu terletak pada ucapannya dan kebaikan raganya itu
terletak pada kesopanannya dalam berbusana. Lain warna lain pula harapan. Orang
yang memiliki harapan dan dipenuhi dengan harap akan senantiasa terus mencari,
sementara orang yang penuh ketakutan akan melarikan diri. Kehidupan memiliki
mata pisau dua sisi, tidak ada hidup yang kejam, kecuali manusia yang malas.
Kejam itu konsep dari pikiranmu. Jangan malas menelaah segalanya. Tuhan dengan
sengaja menciptakan ‘malas’ agar kita hindari, bukan turuti. Agar kita bisa
ridha dengan segala ketentuan-Nya, mulai sekarang kita harus mulai belajar
menyiapkan ridha pada apa yang kita sangat tidak setuju. Allah tidak berjanji
hidup ini mudah, tapi Allah berjanji setelah kesulitan ada kemudahan, jadi
jangan menyerah.
Kita terjauhkan dari segala
sesuatu, kecuali kehendak Allah. Pada maqam
ini, keajaiban akan menimpa kita. Segala sesuatunya tampak seolah-olah dari
kita, padahal sebenarnya dari Allah. Dalam hadits
qudsi, Allah berfirman kepada Nabi Muhammad saw; “Hamba-Ku yang beriman senantiasa
mendekatkan diri kepada-Ku, dengan mengerjakan salat-salat sunah yang
diutamakan, sehingga Aku mencintainya, dan apabila Aku telah mencintainya, maka
Aku menjadi telinganya, dengannya ia mendengar, dan menjadi matanya, dengannya
ia melihat, dan menjadi tangannya, dengannya ia bekerja, dan menjadi kakinya,
dengannya ia berjalan.”
Pemilik otoritas sejati adalah
Allah SWT. Kita akan salah besar apabila memiliki otoritas akan sesuatu. Karena
sebenar-benarnya yang berhak atas sesuatu tersebut adalah Allah SWT. Ya Al-Yahdi Man Yasya. Jangan berpikir
bahwa hidayah Allah itu terbatas. Dalam keadaan apa saja, Allah senantiasa
memberikan pentunjuk dan rizqi, maka Allah disebut sebagai Al-Yahdi. Allah sebagai penguasa alam semesta Allah sebagai Al Malikul Haqqul Mubin. Semua tempat di
bumi merupakan saksi bagi kita dalam melakukan segala amal perbuatan.
Take for granted, Allah senantiasa memberikan rahmat, tapi jangan
jadikan itu otomatis, jika tidak diimbangi dengan perbuatan baik. Jangan
menunggu rahmat, tapi siapkan diri bahwa setiap kesempatan dan keadaan yang ada
adalah rahmat, itulah yang disebut kesadaran rahmat. Setiap rahmat yang
diberikan Allah itu merupakan cinta yang Ia beri. Seperti sebuah cinta yang
Allah ajarkan kepada manusia, setiap rasa atau cinta yang diberi itu kadang
hanya meminta kita membayar dengan kesanggupan tanpa syarat. Kehidupan ini
seakan tidak pernah adil tapi keajaiban akan selalu ada di dalamnya, karena tidak
ada satu orang pun yang luput dari perhatian dan rencana sang pencipta.
Sesungguhnya Allah memberi dunia pada orang yang Allah cintai maupun tidak.
Sedangkan iman hanya diberikan kepada orang yang Allah cintai.
Proses pencerahan rohani dalam
diri manusia hanya akan diketahui oleh manusia yang mengalaminya itu sendiri.
Cerahnya rohani akan membawa rahmat bagi pelakuknya, sedangkan rahmat tersebut
akan menyelamatkan dirinya. Wujud rahmat tersebut berupa hidayah, untuk
menangkap hikmah-hikmah yang terkandung dalam kehidupan sehari-hari, semua
peristiwa yang kita alami akan mampu kita ambil dan selami maksud kandungannya yang
kemudian akan menjadikan kita semakin dekat dengan Tuhan, lebih pasrah dan
sabar.
Waktu
Dunia ini seperti ular terasa
halus apabila dilihat namun terasa kasar dan beracun apabila dipegang. Waspadalah
pada dunia yang berisikan sesuatu yang cepat pergi dan cepat datang. Masa lalu
telah lewat, masa depan akan terjadi, dan masa sekarang adalah kesempatan untuk
menjadi yang terbaik. Jika engkau melembut, waktu tampak olehmu. Jika engkau
merengang membesar, engkau paham kebesaran ruang. Keluasan tidak ada batasannya
dan tak terjangkau olehmu. Maka kuda-kuda terbaik bagi setiap mahluk, apalagi
manusia, adalah kerendahan hati. Itulah “kesadaran debu”. Waktu tidak berarti
bagi orang yang dipenuhi cinta, jika kita bersama cinta maka waktu akan tidak terasa
dan mudah untuk di lewati.
Betapapun tinggi ilmu seseorang,
kalau penerapannya dengan cara yang tidak benar, maka tidak akan memberi
manfaat kepadanya. Ilmu yang dipelajarinya justru tidak menjadikan ia dekat
dengan Tuhan, bahkan malah bertambah jauh. Maka dapat diketahui sejauh mana
seseorang dalam mendalami agama, dapat diketahui dari budi pekertinya. Agama
tidak hanya dijadikan bahan pembicaraan saja, namun agama sesungguhnya
merupakan aturan yang diberikan kepada manusia agar manusia dapat hidup menurut
aturan kesopanan dan tata krama yang benar. Dan seutama-tamanya seorang yang
beriman adalah orang yang paling bagus ahlaknya. Sebagaimana pembawa risalahnya
sendiri, yaitu Rasullulah saw,
sebagai suri teladan umat, uswatun
hasanah, mengajarkan secara nyata kehidupan yang sakinah, mawaddah, warahmah, dan rahmatan lil’alamin.
Waktu memiliki rahasia di
dalamnya. Melalui waktu dapat membunuh seseorang secara perlahan, tapi di sisi
lain juga memberikan penyembuhan dengan perlahan. Syekh Abdul Qadir Jaelani juga berwasiat berkaitan dengan waktu. “Semua
ada waktunya. Tahukah engkau bahwa setiap kejadian pada diri manusia itu ada
waktunya, dan setiap musibah ada akhirnya? Keduanya tidak bisa dimajukan atau
dimundurkan”. Berbekallah pada ilmu, iman, dan ketaqwaan, waktu bukan untuk
dilawan, tapi dipersiapkan.
Saat Allah membatasi rezekimu
boleh jadi itu untuk menjaga agamamu. Asy-syaikh
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan; “Betapa kita
menyaksikan langsung bahwa kekayaan dapat jadi penyebab seseorang rusak, wal’iyaadzu billah. Ada orang yang kamu
lihat saat dia masih susah, taat pada Allah, selalu kembali kepada-Nya, hatinya
halus, dan ia tidak angkuh. Namun ketika Allah beri padanya harta yang lebih wal ‘iyaadzu billah lantas ia jadi
sombong dan angkuh karena hartanya.
Dalam doa pun ada waktu-waktu,
kapan doa-doamu terkabul. Ketika doamu belum dikabulkan, ketahuilah bahwa Allah
menaruh rasa sayangnya padamu, melalui proses panjangnya, makanya sebelum Allah
memberikan kelebihan kepadamu, pertama yang harus dilakukan adalah
persiapkanlah dirimu agar menjadi orang yang layak untuk mendapatkan kelebihan
itu. Selain doa manusia bergantung juga pada nasib. Allah sudah menentukan
nasib manusia, tetapi takdir adalah negosiasi antara harapan manusia dengan
kehendak Allah. Allah menasibkan padi, manusia menakdirkan nasi. Dalam waktu,
doa, dan nasib, setiap manusia pastilah menemukan jodohnya. Tuhan menciptakan
jodoh. Jadi kalau kita berbuat baik, jodohnya adalah berkah, kalau kita zalim,
jodohnya adalah azab. Jadi jangan sampai gampang melakukan keburukan karena
nanti akan ketemu jodohnya. Jangan takut terhadap nasib kita di dunia, karena kita
semua tidak bergantung pada nasib. Semua nasib kehidupan kita ada di Allah, maka
kunci utamanya mendekatlah kepada Allah. Jika Allah dapat membuat kita
kehilangan sesuatu yang tak terduga, Ia pun dapat memberikan kita sesuatu yang
tidak terduga pula.
Ada batas di mana kita harus
mengikuti ketentuan Allah, ada batas di mana kita merdeka menentukan langkah
kita sendiri. Sebuah opini yang dapat memberikan pengaruh yang luar biasa,
adalah anggapan bahwa pandangan bahwa besok-besok yang kita setorkan ke Tuhan bukan
kepintaran, kekayaan, kekuasaan. Yang ditunggu Tuhan dari kita hanya sejarah
cinta kita kepada-Nya, kasih sayang kepada manusia, dan alam.
*Apabila mengutip tulisan ini, mohon sertakan sumber yang lengkap dari penulis, dan gunakan pengutipan yang baik dan benar, terima kasih.
*Apabila mengutip tulisan ini, mohon sertakan sumber yang lengkap dari penulis, dan gunakan pengutipan yang baik dan benar, terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar