Rabu, 11 Maret 2020

Opini_Rahmat Tuhan itu adalah Waktu


Rahmat Tuhan itu adalah Waktu
Oleh: Aji Muhammad Said

via unsplash

"Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan hanyalah satu ilusi saja." (Qs. Al-Adid [57:20)". Sesungguhnya, jika seseorang itu dapat melihat kebenaran melalui mata hatinya, sama dengan yang dilihatnya masih hidup ataupun sudah mati, maka kebenaran itu tetap tidak akan hilang. Syekh Abdul Qadir Jaelani berwasiat bahwa apabila kamu belum bisa menjadi musuh terhadap kesendirianmu, janganlah kamu berharap menjadi orang yang saleh. Yang dimaksud dengan menjadi musuh terhadap kesendirianmu, yaitu bahwa kamu benar-benar melepas segala kemaujudan, baik gerak-gerikmu, diammu, pendengaranmu, pembicaraanmu, perilakumu, pikiranmu, dan segala sesuatu yang muncul dari dalam dirimu.

Berbagai warna cahaya di dunia ini berasal dari cahaya matahari sebagai pusat cahaya dunia, sedangkan cahaya di dalam diri manusia itu berpusat di hati. Perhatikanlah dengan sungguh-sungguh bahwa kehormatan seseorang itu terletak pada ucapannya dan kebaikan raganya itu terletak pada kesopanannya dalam berbusana. Lain warna lain pula harapan. Orang yang memiliki harapan dan dipenuhi dengan harap akan senantiasa terus mencari, sementara orang yang penuh ketakutan akan melarikan diri. Kehidupan memiliki mata pisau dua sisi, tidak ada hidup yang kejam, kecuali manusia yang malas. Kejam itu konsep dari pikiranmu. Jangan malas menelaah segalanya. Tuhan dengan sengaja menciptakan ‘malas’ agar kita hindari, bukan turuti. Agar kita bisa ridha dengan segala ketentuan-Nya, mulai sekarang kita harus mulai belajar menyiapkan ridha pada apa yang kita sangat tidak setuju. Allah tidak berjanji hidup ini mudah, tapi Allah berjanji setelah kesulitan ada kemudahan, jadi jangan menyerah.

Kita terjauhkan dari segala sesuatu, kecuali kehendak Allah. Pada maqam ini, keajaiban akan menimpa kita. Segala sesuatunya tampak seolah-olah dari kita, padahal sebenarnya dari Allah. Dalam hadits qudsi, Allah berfirman kepada Nabi Muhammad saw; “Hamba-Ku yang beriman senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku, dengan mengerjakan salat-salat sunah yang diutamakan, sehingga Aku mencintainya, dan apabila Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi telinganya, dengannya ia mendengar, dan menjadi matanya, dengannya ia melihat, dan menjadi tangannya, dengannya ia bekerja, dan menjadi kakinya, dengannya ia berjalan.”

Pemilik otoritas sejati adalah Allah SWT. Kita akan salah besar apabila memiliki otoritas akan sesuatu. Karena sebenar-benarnya yang berhak atas sesuatu tersebut adalah Allah SWT. Ya Al-Yahdi Man Yasya. Jangan berpikir bahwa hidayah Allah itu terbatas. Dalam keadaan apa saja, Allah senantiasa memberikan pentunjuk dan rizqi, maka Allah disebut sebagai Al-Yahdi. Allah sebagai penguasa alam semesta Allah sebagai Al Malikul Haqqul Mubin. Semua tempat di bumi merupakan saksi bagi kita dalam melakukan segala amal perbuatan.

Take for granted, Allah senantiasa memberikan rahmat, tapi jangan jadikan itu otomatis, jika tidak diimbangi dengan perbuatan baik. Jangan menunggu rahmat, tapi siapkan diri bahwa setiap kesempatan dan keadaan yang ada adalah rahmat, itulah yang disebut kesadaran rahmat. Setiap rahmat yang diberikan Allah itu merupakan cinta yang Ia beri. Seperti sebuah cinta yang Allah ajarkan kepada manusia, setiap rasa atau cinta yang diberi itu kadang hanya meminta kita membayar dengan kesanggupan tanpa syarat. Kehidupan ini seakan tidak pernah adil tapi keajaiban akan selalu ada di dalamnya, karena tidak ada satu orang pun yang luput dari perhatian dan rencana sang pencipta. Sesungguhnya Allah memberi dunia pada orang yang Allah cintai maupun tidak. Sedangkan iman hanya diberikan kepada orang yang Allah cintai.

Proses pencerahan rohani dalam diri manusia hanya akan diketahui oleh manusia yang mengalaminya itu sendiri. Cerahnya rohani akan membawa rahmat bagi pelakuknya, sedangkan rahmat tersebut akan menyelamatkan dirinya. Wujud rahmat tersebut berupa hidayah, untuk menangkap hikmah-hikmah yang terkandung dalam kehidupan sehari-hari, semua peristiwa yang kita alami akan mampu kita ambil dan selami maksud kandungannya yang kemudian akan menjadikan kita semakin dekat dengan Tuhan, lebih pasrah dan sabar.

Waktu
Dunia ini seperti ular terasa halus apabila dilihat namun terasa kasar dan beracun apabila dipegang. Waspadalah pada dunia yang berisikan sesuatu yang cepat pergi dan cepat datang. Masa lalu telah lewat, masa depan akan terjadi, dan masa sekarang adalah kesempatan untuk menjadi yang terbaik. Jika engkau melembut, waktu tampak olehmu. Jika engkau merengang membesar, engkau paham kebesaran ruang. Keluasan tidak ada batasannya dan tak terjangkau olehmu. Maka kuda-kuda terbaik bagi setiap mahluk, apalagi manusia, adalah kerendahan hati. Itulah “kesadaran debu”. Waktu tidak berarti bagi orang yang dipenuhi cinta, jika kita bersama cinta maka waktu akan tidak terasa dan mudah untuk di lewati.

Betapapun tinggi ilmu seseorang, kalau penerapannya dengan cara yang tidak benar, maka tidak akan memberi manfaat kepadanya. Ilmu yang dipelajarinya justru tidak menjadikan ia dekat dengan Tuhan, bahkan malah bertambah jauh. Maka dapat diketahui sejauh mana seseorang dalam mendalami agama, dapat diketahui dari budi pekertinya. Agama tidak hanya dijadikan bahan pembicaraan saja, namun agama sesungguhnya merupakan aturan yang diberikan kepada manusia agar manusia dapat hidup menurut aturan kesopanan dan tata krama yang benar. Dan seutama-tamanya seorang yang beriman adalah orang yang paling bagus ahlaknya. Sebagaimana pembawa risalahnya sendiri, yaitu Rasullulah saw, sebagai suri teladan umat, uswatun hasanah, mengajarkan secara nyata kehidupan yang sakinah, mawaddah, warahmah, dan rahmatan lil’alamin.

Waktu memiliki rahasia di dalamnya. Melalui waktu dapat membunuh seseorang secara perlahan, tapi di sisi lain juga memberikan penyembuhan dengan perlahan. Syekh Abdul Qadir Jaelani juga berwasiat berkaitan dengan waktu. “Semua ada waktunya. Tahukah engkau bahwa setiap kejadian pada diri manusia itu ada waktunya, dan setiap musibah ada akhirnya? Keduanya tidak bisa dimajukan atau dimundurkan”. Berbekallah pada ilmu, iman, dan ketaqwaan, waktu bukan untuk dilawan, tapi dipersiapkan.

Saat Allah membatasi rezekimu boleh jadi itu untuk menjaga agamamu. Asy-syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan; “Betapa kita menyaksikan langsung bahwa kekayaan dapat jadi penyebab seseorang rusak, wal’iyaadzu billah. Ada orang yang kamu lihat saat dia masih susah, taat pada Allah, selalu kembali kepada-Nya, hatinya halus, dan ia tidak angkuh. Namun ketika Allah beri padanya harta yang lebih wal ‘iyaadzu billah lantas ia jadi sombong dan angkuh karena hartanya.

Dalam doa pun ada waktu-waktu, kapan doa-doamu terkabul. Ketika doamu belum dikabulkan, ketahuilah bahwa Allah menaruh rasa sayangnya padamu, melalui proses panjangnya, makanya sebelum Allah memberikan kelebihan kepadamu, pertama yang harus dilakukan adalah persiapkanlah dirimu agar menjadi orang yang layak untuk mendapatkan kelebihan itu. Selain doa manusia bergantung juga pada nasib. Allah sudah menentukan nasib manusia, tetapi takdir adalah negosiasi antara harapan manusia dengan kehendak Allah. Allah menasibkan padi, manusia menakdirkan nasi. Dalam waktu, doa, dan nasib, setiap manusia pastilah menemukan jodohnya. Tuhan menciptakan jodoh. Jadi kalau kita berbuat baik, jodohnya adalah berkah, kalau kita zalim, jodohnya adalah azab. Jadi jangan sampai gampang melakukan keburukan karena nanti akan ketemu jodohnya. Jangan takut terhadap nasib kita di dunia, karena kita semua tidak bergantung pada nasib. Semua nasib kehidupan kita ada di Allah, maka kunci utamanya mendekatlah kepada Allah. Jika Allah dapat membuat kita kehilangan sesuatu yang tak terduga, Ia pun dapat memberikan kita sesuatu yang tidak terduga pula.
Ada batas di mana kita harus mengikuti ketentuan Allah, ada batas di mana kita merdeka menentukan langkah kita sendiri. Sebuah opini yang dapat memberikan pengaruh yang luar biasa, adalah anggapan bahwa pandangan bahwa besok-besok yang kita setorkan ke Tuhan bukan kepintaran, kekayaan, kekuasaan. Yang ditunggu Tuhan dari kita hanya sejarah cinta kita kepada-Nya, kasih sayang kepada manusia, dan alam.


 *Apabila mengutip tulisan ini, mohon sertakan sumber yang lengkap dari penulis, dan gunakan pengutipan yang baik dan benar, terima kasih.

Tidak ada komentar: