Sabtu, 05 Juni 2021

Opini_Blessing

Blessing

Oleh: Aji Muhammad Said, S.I.Kom.



via unsplash

 

Ada sebuah istilah yang saya sukai ketika saya mengaji, yakni “sibuk mencari tapi jangan lupa untuk menikmati”, dan “dunia tempatnya cari bayaran, dan akhirat adalah tempatnya cari ganjaran.” Kalau ingin bahagia, maka hidup itu memberi, bukan untuk menuntut, sebagaimana pun bahwa mahluk itu tidak mempunyai daya dan tiada bisa diharapkan, kurangi harapan pada mahluk karena pada dasarnya mahluk itu tempatnya kecewa, belajar untuk meninggalkan dunia, karena tempat harapan yang sebenar-benarnya adalah Tuhan.

Ketika kamu masuk sembilan jangan lupa menemukan 8,7, 6 dan seterusnya. Maka dari itu kita harus paham prinsip hitungan bahwa hidup itu ada urutannya. Jadi orang, jangan sampai tidak tahu diri, tapi dirinya sendirilah yang harus berusaha tahu. Hal primer yang harus diupayakan diutamakan adalah Allah Islam, dan Rasullullah, jangan sampai melihat dunia saja sampai lupa bahwa di dalam dunia ada mahluk Allah, ciptaan Allah, Allah, Malaikat, Rasulullah, Alam, dan sebagainya. Jangan sampai berpikir dunia hanya miliknya saja, hidup hanya miliknya saja, itu salah besar, bentuk kafir modern. Sehingga banyak-banyaklah meminta maaf. Berusahalah tahu apa yang menjadi lingkar kepedulian kita, lingkar perhatian kita, lingkar pengaruh kita, dan pasrah itu artinya percaya, sehingga ambil keputusanmu itu tepat, menjadi lebih bijaksana.

Ketika kamu ambil langkah yang tidak benar, setiap lingkar pengaruhmu tidak akan benar. Ketika itu terjadi hidupmu akan disertai berbagai masalah, sama halnya seperti kamu mencari rizki, apapun rizki yang kamu cari, sekalipun itu rizki yang tidak baik, maka segala lingkar pengaruh mu itu menjadi tidak baik.

Setiap manusia punya batasan, Tuhan senantiasa melihat dari niat kita, jangan sampai salah niat, karena Tuhan tidak melihat hasil kita, tapi Tuhan melihat perjuangan, dan niatmu, karena bagaimanapun Tuhan sayang pada kita, tidak tega pada diri kita, sehingga jangan pikirkan hasil, biarkan semuanya bekerja sesuai perannya masing-masing.

Berjuang untuk tepat itu adalah sebuah kebaikan, tidak tepat tidak dosa, yang dosa adalah kita tidak berusaha tepat. Semua urusan hidup yang paling fundamental adalah penderitaan. Semua keputusan harus kamu ambil sendiri, karena akan meminimalisir kemungkinan menyalahkan orang lain, dan orang yang paling baik adalah orang yang bersih hatinya. Tentunya ada hitungan yang tepat dari prediksi penderitaan yang akan kamu alami, kebahagiaan yang akan kamu alami.

Syahwat, Hati, dan Akal mempengaruhi perilaku manusia. Manusia bagian dari keinginan Allah. No 1 hidup adalah berperang melawan syahwat anda. Sebelum ngomong dipikir dulu, baru mulutnya bekerja, Kemudian menghasilkan output, yakni  tidak menganggu orang, seperti 1. tidak membunuh, 2. tidak menghina, 3. tidak mencuri. Belajarlah dari siapapun, tapi yang berdaulat atas diri anda ya anda sendiri. Ringankan apapun hal yang dunia, beratkan apapun yang berkaitan dengan hal di akhirat. Jangan jatuh cinta pada dunia.

Matang

Keberuntungan adalah kesiapan yang bertemu dengan kesempatan. Maka yang dilakukan adalah memantaskan diri, menyiapkan diri, selain itu kita harus aktiv untuk eksplore dan show off, untuk membuka hal-hal baru.

Kalau engkau menabur benih, ada benih yang langsung bersemi. Ada benih lain menunggu besok pagi untuk menggeliat. Ada yang beberapa hari, atau beberapa minggu baru memuai. Bahkan, ada pohon yang menunggu puluhan tahun sebelum orang mengetahui makna dan manfaatnya. Tuhan yang memberikan perintah dan Tuhan pula yang memberikan Hidayah. Kita bahkan akan merasa hampir selalu ditakdirkan oleh Tuhan untuk sering berada ditengah sesuatu yang tidak kita pahami. Jawaban itu semua sanggat mudah, diri ini hanyalah hologram, rekayasa ciptaan Tuhan, dan dari Tuhan yang nyata.

Diantara ribuan titik hujan deras yang sebagiannya menguyur kita, titik air mana yang kita perlukan? titik air mana yang membawa hidayah Tuhan kepadamu? Titik hujan mana yang harus menyentuhmu sehingga rezeki itu datang menghampirimu? Kalau engkau bersama-sama berdoa dengan setiap orang, dan ditutup amin, "amin" siapa yang Tuhan kabulkan? Amin yang kamu yakini, bahwa Dia tidak mengabulkan pun, Dia tetap mendengarnya.

Perubahan itu sangat mudah yang sulit itu adalah konsisten untuk tetap istiqomah. Untuk tetap Istiqomah temukan kenikmatan dalam setiap perubahannya, jangan lakukan itu ketika kamu terpaksa, karena pada sesuatu yang nikmat maka kamu tidak perlu usaha yang besar untuk melakukannya. Takdir itu ada konsepnya, yakni yang bisa diubah oleh manusia dan yang bisa diubah oleh Allah, kita tidak bisa sembarang merubahnya, tapi kita bisa melakukan yang terbaik melalui usaha, doa, dan harapan yang terbaik yang kita bangun dalam hidup kita.

Jadi apapun yg dianggap ketidak beruntung oleh manusia akan kalah dengan cinta yang Allah beri. Tidak semua harus taat dengan logika, hidup itu enak, tidak semua bisa kita pastikan benar-benar atau salah sekali pun, tapi kita bisa tahu pasti kebenaran hanya dan ada dari Allah, yang bisa kita pastikan adalah perubahan menuju hal yang lebih baik. Jadi lebih dekatlah dengan Allah, lebih dekatlah dengan kebaikan sesama, cinta Allah ada disitu. Semua yang diberikan Allah untuk kita pastilah bermanfaat. Pandailah bersyukur agar bisa menghadapi apapun yang Allah coba kasih ke kita.

Harapan lebih nikmat dari kenyataan

Kita berada pada momentum yang membutuhkan akumulasi dari akselerasi kasus-kasus yang memperlihatkan rempelo atinya realitas sejumlah yang sesungguhnya sampai pada akhirnya nanti waktu akan ada untuk terbitnya matahari yang baru meski belum jelas cahayanya.

Blessing

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu menyampaikan ; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku amatlah pedih". Sejatinya ketika kita semakin tua kita semakin mengerti sejatinya kecantikan itu. Berkah itu hal yang sedikit namun membawa banyak kebaikan, dan itulah makna syukur. Menjadikan kita untuk senantiasa cukup, keindahan yang tidak diukur oleh mata, tapi batin yang selalu berbicara, dan percaya bahwa cantik itu anugrah dari Tuhan.


 *Apabila mengutip tulisan ini, mohon sertakan sumber yang lengkap dari penulis, dan gunakan pengutipan yang baik dan benar, terima kasih.

 

 

 

 

 

 

 

 

Jumat, 26 Maret 2021

Opini_Manusia dan Dealektika Konflik

Manusia dan Dealektika Konflik

Oleh Aji Muhammad Said


(dok. pribadi)

Tajri min tahtihar anhar: kamu yang punya hak menentukan aliran kehidupanmu. Kompromi dengan diri sendiri itu penting, sehingga tidak memaksakan, jangan habiskan doa untuk sesuatu yang hanya ada di dunia. What is god give behind us, what is god plan when we didn't know the time is running. Bukan kita yang menghabisi waktu, tapi waktulah yang menghabisi kita. Yang membuat dirimu berhenti atau terus ya dirimu sendiri. Pas dan Benar kamu tidak akan pernah tahu hasilnya, yang bisa kamu lakukan adalah khusnuzon. Untuk tau pas dan benar maka kamu harus setia dengan langkahnya. 

Tuhan memasrahkan sesuatu pada dirimu untuk kamu perbuat dan kamu perbaiki. Namun ketika kamu memasrahkan sesuatu pada Tuhan untuk diperbuat dan diperbaiki, maka kamu harus menyediakan dirimu dengan baik, menjadi versi terbaiknya dirimu, dengan memperlakukan orang lain, seperti kamu ingin diperlakukan. Hidup adalah rekaat-rekaat yang kita harus sabar melalui dan menjalaninya. Dalam Maiyah pengelolaan hati dengan hati pikiran dengan pikiran, adalah dengan patokan Allah. Iman dan Taqwa tertaut dalam satu patokan yakni Allah. 

Mau cari yang enak atau baik. Seenak apapun kalau tidak baik jangan lakukan, tapi sebaik apapun kalau tidak enak maka lakukannlah. Waktasimu bisabilillah, konsep dasar penciptaan manusia adalah dealektika dan konflik. Kamu cari yang bahagia atau yang selamat, banyak orang yang termanggu-manggu dalam suatu keindahan, yang ada dalam halusinasi imajinasi atau harapan-harapan yang ia bangun sendiri. Carilah keselamatan dan kebahagiaan atas dasar Allah. Hidup itu mengendalikan. Maka jadikan diri untuk melakukan yang terbaik dalam hidup, mendeliver segala hal yang punya untuk orang yang disayangi, dengan tujuan utama untuk pulang, kembali pada Tuhan. 

Kita hidup dengan Tuhan, cara kerja Tuhan, Ia tak melihat tapi Ia bisa kita rasakan, Tuhan bekerja dalam hidupmu, ketika hidupmu mulai ada perubahan menjadi lebih baik maka Tuhan sedang bekerja, maka jadilah versi yang terbaik untuk Tuhan, agar ia tidak sia-sia menyambutmu untuk pulang. Tugas manusia adalah meningkatkan rohaniahnya, meningkatkan cara berpikirnya, logikanya, meningkatkan kejernihan pikirannya. Di dunia ini banyak sekali ketertipuan, hal yang seharusnya dianggap mulia dan bernilai dianggap biasa saja, namun hal yang tidak membawa nilai dan memuaskan nafsunya dianggap tinggi secara mata dan material. Sesungguhnya mereka semua telah tenggelam dalam ilusi semu, dan kebahagiaan yang bersifat sementara. 

 

Relasi dengan Manusia

Hidup bukan untuk membahagiakan atau menyenangkan orang lain, tapi hidup adalah untuk understanding orang lain. What make deferent people, everybody creat their valiue dan integrity. Hidup itu ambigu, jika kamu berusaha maka resikonya adalah berkorban. Pengertian untuk sebuah kesabaran, karena sudah ada usaha untuk memahaminya. Tapi itulah yang namanya relationship. Semua hal di dunia ini ada resiko kalau kita tidak siap menjalani resiko, jangan berangkat, itulah prinsip.

Setiap orang pernah memakan mangga dan pernah memakan jeruk, tapi tidak semua orang pernah menanam keduanya. Inti sebuah diskusi adalah sinau bareng (sharing), dimana setiap orang menjernihkan satu sama lain untuk bisa menanam kebaikan, tidak hanya menikmati kebaikan. Diskusi juga menjadikan seseorang paham membuat bangunan, bahwa ada komponen-komponen didalamnya yang harus dilengkapi, selain itu sebuah bangunan memiliki pondasi untuk bisa terbentuk.

Semua orang yang saya lihat buruk masih punya kemungkinan untuk menjadi baik. Sementara saya hanya melihat mereka, saya tidak pernah melihat diri saya sendiri, maka saya lah yang paling buruk, manusia tidak akan pernah bisa tahu, dan memiliki kapasitas untuk mengetahui sebuah nilai, itu hanya 0,01% dari yang terlihat secara nyata. Ada istilah bisa rumangsa dan rumangsa bisa, tahu diri dengan kapasitasnya, menganggap dirinya buruk dibanding yang lain. Setiap wali dan nabi tidak merasa dirinya paling baik, bahkan memiliki kecenderungan menyatakan dirinya buruk, "inkuntum minat dzolimin".

Setiap laki-laki harus mengerti bahwa setiap wanita memiliki rasanya mereka sendiri dan caranya berpikir, laki-laki tidak bisa mendominasi perasaan tersebut, tapi bisa meluruskan pikiran tersebut. Perempuan itu bukan pemimpin, tapi mereka perlu didengarkan, agar mereka bisa menganalisa apa yang mereka katakan, dengan miroring ke prianya. When u have problem face it, ada masalah dihadapi, jangan lari, lakukan sharing dengan orang yang tepat, there is no judgement, have a principle, tumbuh bersama dengan saling support. Memberi pengertian ketika opinimu lebih baik dan tepat dari pada opini orang lain. Terakhir trust adalah level yang tinggi.

Hidup tidak perlu uang tapi hati yang damai. Kita hidup dunia harus menderita kita harus salah, agar apa kita bisa tau mana yang benar, hal apa yang mesti dilakukan agar benar, agar kebahagiaan bisa kita buat bukan temukan. Keyakinan itu tumbuh dalam doa. Orang yang mengetahui nilai prinsip tersebut, merupakan satu dari sekian banyak orang yang terpilih. Be qadril yakin, yakin saja Allah bakal ngasih jalan.

Hidup itu dibangun dengan apa yang kamu percaya pada Tuhan. Ketika kamu berprasangka Tuhan baik maka hidupmu akan menjadi baik, thats life. Kalau Tuhan ada, ia tahu apa yang hambanya butuhkan. Berjalanlah lurus pada kebenaran, maka Tuhan akan kasih apa yang kamu butuhkan. Kunci hidup itu adalah terima kasih. Semakin banyak kita berterima kasih maka setiap hal itu menjadi sesuatu yang positif, perasaan pun akan berubah menjadi lebih baik. Seseorang memiliki kompetensi, ia adalah orang yang mengalami masalah, kesulitan, perjuangan. Hidup itu bukan dijalanin kedepan, tapi dijalanin sekarang. Masalalu biarlah jadi catatan, tapi jangan jadi masa depan. 

Bumi boleh hilang, langit boleh hancur, tapi Tuhan, jangan jauh dari saya. Jangan bersedih hati atau berbangga diri atas sesuatu. Terkadang Allah menyelamatkan kita dengan kebebasan, namun dilain sisi Allah juga menyelamatkan kita dari keterbatasan. Yang terbaik yang mana? itu bukan salah satunya, melainkan keduanya baik, terkadang bisa terbatasi, terkadang juga bisa bebas, bergantung pada waktunya yang tepat. Kebebasan juga ada batasannya, sehingga Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu jangan berlebihan, sehingga pilihlah yang cukup. Kita bertanggaung jawab atas hati pikiran dan perasaan kita, jangan biarkan dalam dirimu tumbuh amarah, kebenciam, bahkan dendam, karena one day itu akan memakanmu kamu hidup-hidup. Sesuatu yang sulit didapat itu akan dijaga baik-baik. Lebih baik terlambat tapi selamat. Bukan yang kamu inginkan tapi yang kamu butuhkan. Karena ketulusan tak pernah kembali sia-sia. Sesungguhnya Allah memang menyiapkan dirimu dengan baik, sampai kamu benar-benar siap. Mintalah padaku maka akan ku berikan, allah ngasih rezeki bukan hanya orang, melainkan orang yang paham akan dirimu juga merupakan rizki. 

 

Belum Paham

Jangan mengeluh jika kamu tidak memiliki previlage apapun, terkadang Allah menakdirkanmu dalam kondisi minus, sampai akhirnya kamu menjadi plus ketika tahu bahwa kamu telah lulus uji. Jangan membenci apa yang kalian belum paham. Orang yang kecil memakai kelincahan untuk mengalahkan orang yang besar. Pakailah keunggulan kecil yang kamu miliki untuk mengalahkan yang besar, karena yang dominan pada diri mengantarkan pada takdirmu. 

Cara kita mengetahui Allah adalah dengan mengenal ilmu-ilmu yang mempelajari tentang Allah, dengan begitu kita akan lebih dekat dengan Allah. Di dalam hidup yang hanya setarikan nafas, jangan kau tanam apapup selain cinta, jangan kau tanam apapun selain benih-benih kebaikan. Hanya orang-orang pilihan yang mampu mengetahui apa yang terkandung dalam Al-Quran tanpa menyentuh tulisan huruf dan suara. Takdir itu adalah pengelihatan Allah kita memilih apa. Kenyataan itu mengikuti Alquran. 

Ketika kamu memaksakan hal apapun sesuai kehendakmu, kamu melupakan satu hal yang sangat penting, yakni penerimaan. Value yang terpenting adalah bagaimana kita mampu menerima hal baik dan hal buruk yang Tuhan kasih, karena Tuhan yang kasih itu semua. Ketika kita mampu menerima maka hati kita akan dengan otomatis memahami hal yang baik dan hal yang buruk yang akan datang, sehingga secara tidak sadar terjadi penyeleksian dari hal-hal yang bersifat buruk, menjadi pemilihan hal-hal yang bersifat baik. Sehingga kita memahami cara menerima hidup, cara pandang hidup, bahkan bersikap terhadap hidup, sekalipun hal buruk datang. 

Jika kita memohon tibanya cahaya siang selama kian memekatnya malam, permohonan kita akan sia-sia. Akan tetapi, kepekatan malam kian memuncak hingga mendekati fajar, siang datang dengan kecerahannya, entah kita kehendaki atau tidak. Jika kita kehendaki kembalinya malam pada saat itu, doamu tidak akan dikabulkan. Sebab, kau meminta sesuatu yang tidak layak. Kau akan dibiarkan meratap, lunglai, jemu, dan enggan. Tingalkanlah semua ini, senantiasa beriman dan patuhilah kepada Tuhanmu dan bersabarlah. Maka segala milikmu tidak akan lari darimu dan segala yang bukan milikmu tidak akan kau peroleh. Demi imanku, begitulah, memohon pertolongan kepada Allah dengan memaa tuhi-Nya. "Mohonlah kepada-Ku, maka akan kuterima permohonanmu" (QS. Al Mu'min: 60). Kalau akalmu salah, hatimu salah, dan hidupmu juga salah. Putu asa boleh, itu menandakan kecintaan pada sesuatu, dengan putus asa kita paham bahwa sebuah keadaan tidaklah baik, untuk itu perlu diperbaiki untuk menjadi baik. Janganlah berpikir bagaimana hasil itu bisa tercapai, tapi berpikirlah apa yang bisa ditanam. 

Belajar

Dikiranya manusia punya keberuntungan atau kesialan, tentunya ada nasib yang Tuhan gariskan, sederhananya kita akan menuai apa yang kita tanam, dunia tidak hanya hari ini. Orang yang paham nilai, akan menghargai besar dan kecil sebuah nilai. Sedangkan orang yang tidak paham nilai hanya memberi kesan, tanpa memahami maknanya. Lebih lucu lagi orang yang tidak ingin tahu makna nilai tersebut. 

Pendidikan itu adalah cinta dan kebijaksanaan. No satu dalam pendidikan adalah hatimu bagaimana terhadap orang lain. Jadi menanam nilai itu harus dengan ikhlas, tumbuhnya seperti apa tidak usah dipikirkan, tapi yang utama kita memberikan nilai tidak hanya melalui kata-kata, tapi perilaku kita pada orang lain, setiap perilaku yang kita sampaikan itu akan menjadi hawa, itu menjadi gelombang, rasa dan karsa yang bisa tertanam dalam diri orang lain. Terpenting kita tekun dan istiqomah, hati pun juga demikian. Insyaallah nilai yang kita tanamakan akan menjadi seperti yang diharapkan, innama amruhu iddza aradha saiyan adyakulu lahu kun faya kun. 

Cara berpikir itu harus berkembang, tidak hanya setatis itu-itu saja, kita menjadi manusia dibekali akal untuk mengolah kehidupan, sehingga melihat sesuatu tidak hanya itu-itu saja, melainkan bisa berkembang dan bernalar. Dari blolok menjadi cengkir kemudian menjadi kelapa kemudian menjadi degan kemudian menjadi kerambil dan berahkir menjadi bathok. 

Pendidikan untuk menjadi manusia yang baik adalah nurani dan logika, kemudian dikembangkan untuk tahu asal-usulnya, nilai-noma, budaya. Kemudian berterima kasih dengan menaati aturan Tuhan sekaligus larangannya. Manusia itu diciptakan dengan kelengkapan al-qur'an. Manusia menjadi mukmin yakni manusia yang memiliki iman, adalah orang yang mampu menyelamatkan dunia. Maka Allah memberikan tawaran kepada manusia, yang mau beriman silahkan, yang mau ingkar juga silahkan, tetapi semua itu ada resikonya. 

Orang yang memiliki pengetahuan tentang Allah dan tanda-Nya, hatinya menyimpan pengetahuan yang langka tentang-Nya dan Ia menganugrahkan kepadanya rahasia-rahasia yang disembunyikan-Nya dari yang lain. Ia memilihnya, mendekatkannya kepada-Nya sendiri, membimbingnya, memperluas hatinya agar bisa menerima rahasia-rahasia dan pengetahuan-pengetahuan ini dan menjadikannya seorang pekerja di jalan-Nya. Penyeru hamba-hamba-Nya kepada jalan kebajikan. Pengingat siksaan perbuatan-perbuatan keji dan hujattullah di tengah-tengah mereka. Pemandu dan yang terbimbing, perantara, dan perantaranya yang diterima, seorang shiddiq dan saksi kebenaran, wakil para nabi, dan utusan Allah, yang bagi mereka limpahan rahmat Allah. 

Lebih baik memahami penalaran yang kita miliki sekarang dengan tindakan yang baik, dari pada memahami berbagai macam sudut pandang dan sekalanya yang bisa jadi menuntut kita untuk bertanggungjawab terhadap segala sesuatu yang memiliki keterjangkauan yang lebih besar dari kemampuan kita.

Puncak penelitian setiap orang dirumuskan "Man 'arafa nafsahu faqad 'arafa Robbahu". Barang siapa menemukan dan mengerti dirinya, maka dia menemukan dan mengerti Tuhan Pengasuhnya. Tentu saja itu dialektis dengan sebaliknya, " Man 'arafa Rabbahu faqad 'arafa nafsahu". Aku hidup bukan untuk memenuhi keinginanku. Bukan untuk melampiaskan nafsuku. Bukan untuk menggapai ambisi dan cita-citaku. Bukan untuk menempuh karir pribadiku. Bukan untuk memanjat kursi kekuasaan diatas manusia lain. Bukan untuk mendaki puncak gunung sukses dan kekayaan. Aku hidup untuk memastikan penyatuan kembali diriku dengan Diri Sejati, mata air ada-ku. 

Nalar bagian dari manusia. carilah jawaban disetiap saat hanya pada agama seperti tawadhu, taqwa, tawakal. Bergantung pada sesuatu yang tidak bisa dinalar itulah tawakal. Puncak dari Islam adalah sujud. Kepintaran, kekayaan, kehebatanmu tidak akan laku di hadapan Allah, yang hanya bisa laku adalah kerendahan hatimu, kebaikan hatimu yang tulus kamu sampaikan kepada Allah, itulah yang akan menyelamatkanmu. Cara mendekati nasib, cara mendekati takdir tidak dengan akal, tapi dengan Agama, dengan istilah Eling lan waspada.

 

 

 

Kebetulan

sebuah gelas akan terisi jika didalamnya di kosongkan dan tutupnya dibuka, seperti hidayah yg siap dituangkan, berarti siap menerima isi, lain cerita bila sudah terisi atau tidak ada upaya membuka tutupnya, hidup tidak hanya sekedar istirahat untuk minum, tapi berbagi disaat haus, Kanjeng nabi mencontohkan tidak hanya melalui lisan, tapi melalui sikap dan perbuatan juga, dan itu menjadi alasan mengapa Islam itu indah, karena Islam itu dirasakan

Keberuntungan adalah kesiapan yang bertemu dengan kesempatan. Maka yang dilakukan adalah memantaskan diri, menyiapkan diri, selain itu kita harus aktiv untuk eksplore dan show off, untuk membuka hal-hal baru. Tidak ada sesuatu yang kebetulan, semua karena kehendak Allah. Kita hanya lari dari satu takdir ke takdir lainnya. Apa yang bisa kita perbuat, kita tidak bisa merubahnya, lakukanlah inalillah, walhamdulillah maka akan ada ketenangan yang abadi, belajar berbaik sangka, berperasangka baik jangan berperasangka buruk, berlakulah baik jangan berlaku buruk, jika tidak bisa diam saja. Kemuliaan ahlak seseorang bukan pada saat dihisab, tapi ketika dirinya diuji. Lakukanlah sesutu yang bermanfaat, doakanlah segala hal yang baik, apalagi yang dicari di dunia ini, selain ridha Allah. Semua itu takdir Allah ada kalanya diberikan nikmat dengan syukur, ada kalanya diberikan ujian sebagai takdir.

Di dunia ini tidak ada yang benar-benar tidak tertipu. Manusia tengelam dalam ilusi, seperti rasa manis, yang belum tentu gula. Mereka dikesan-kesankan dengan make up yang rupa-rupa warnanya, padahal belum tentu itu warna aslinya. Ketertipuan terbesarnya, mereka merasa bahagia dengan angan-angannya, padahal belum terjadi. Kenyataannya banyak manusia yang hidup di masa lalu, dan menatap masa depan, padahal ia punya hari ini. Percayalah, kamu boleh punya harapan, doa, dan hal-hal baik, tapi iman diatas itu semua. Bahkan ketakutan juga bisa jadi bagian dari iman. Memang benar Tuhan memberikan cinta pada setiap manusia, tapi hidayah hanya diberikan pada orang-orang yang beriman. 

Jika sesuatu tidak ditentukan bagimu, Allah mencukupimu dan membuatmu ridha kepada-Nya meskipun kau miskin. Jikalau kau miskin dan sakit, dia membuatmu senang dengan kesulitan yang menimpamu itu. Jika berutang, Allah membuat hati si pemberi hutang lembut terhadapmu hingga kau lunasi hutang itu. Bila permohonanmu tidak dikabulkan di dunia ini, Allah akan memberimu di Akhirat. Allah tidak akan mengecewakan orang yang memohon kepadaNya di dunia dan di akhirat. Nabi bersabda bahwa si mukmin akan melihat pada catatan amalnya, pada Hari Pengadilan, amal-amal yang tidak dilakukan secara tidak sadar menjadi amal saleh. Untuk itulah, ada balasannya dari Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Agung. 

Allah mengkaruniakan sesuatu pada saat-saat yang telah ditentukan. Dengan demikian, Allah tidak memberi seseorang sesuatu di dunia ini karena doanya semata-mata. Begitu pula Ia tidak menjauhkan sesuatu darinya hanya karena doanya, Nabi saw bersabda bahwa “takdir tidak bisa dihindari, kecuali dengan doa tertentu. Juga tak seorang pun masuk surga melalui amal-amal salehnya semata, tetapi melalui kasih sayang Allah, dan hamba-hamba Allah akan diberikan kedudukan di surga sesuai dengan amal-amal mereka”. Aisyah r.a berkata, bahwa ia bertanya kepada Nabi saw., "Apakah seseorang masuk surga hanya karena amal-amalnya? Tidak, tetapi dengan kasih sayang Allah", jawab Nabi. 

Jangan meminta kepada Allah SWT, sesuatu pun, selain ampunan bagi dosa-dosamu, perlindungan dari dosa-dosa kini dan kelak, kemampuan untuk menunaikan perintah-perintah, untuk menghindari diri dari segala yang haram, untuk ridha dengan pahitnya ketentuanNya untuk bersabar dalam menghadapi pedihnya musibah, untuk mensyukuri limpahan karunia, dan akhirnya mati dengan khusnul khotimah bersama dengan para Nabi para shiddiq, dan para saleh. Jangan pula memohon kepada-Nya untuk menyingkirkan kemiskinan serta musibah dan untuk menganugrahkan kemudahan. Namun, mintalah kepadaNya keridhaan dengan ketentuan dan karuniaNya. Perlindungan abadi yang telah ditempatkanNya dari satu hal ke hal yang lain. Sebab sebagai manusia kita tidak akan pernah tahu letak kebaikan dalam kesulitan atau kemudahan. Dia telah menyembunyikan pengetahuan tentang hal-hal darimu. Dia sendirilah yang tahu baik dan buruk. 

 

 *Apabila mengutip tulisan ini, mohon sertakan sumber yang lengkap dari penulis, dan gunakan pengutipan yang baik dan benar, terima kasih.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sabtu, 21 November 2020

Opini_Kata-kata Yang Tak Dijelaskan

Kata-kata Yang Tak Dijelaskan

Oleh: Aji Muhammad Said

 

via unsplash

Allahul Kafi, Rabbunal Kafi

Allah yang mencukupi, Tuhan kita yang mencukupi

Qosodnal Kafi, Wajadnal Kafi

Tujuan kita adalah Allah yang mencukupi, dan kita menemukannya yang mencukupi

Likulli Kafi, kafanal kafi

Terhadap segala sesuatu Allah lah yang mencukupi, yang memenuhi segala kebutuhan kita adalah Allah

Wani’mal kafi, Alhamdulillah

Dan Allah itu sebaik-baik Zat yang mencukupi, segala puji bagi Allah.

 

Syekh Abdul Qadir Jaelani meriwayatkan bahwa manusia terbagi menjadi empat golongan;

Pertama, manusia yang tidak mempunyai lisan dan hati, senang berbuat maksiat, menipu serta dungu. Berhati-hatilah terhadap mereka dan janganlah berkumpul dengannya, karena mereka adalah orang-orang yang mendapat siksa.

Kedua, manusia yang mempunyai lisan tapi tidak mempunyai hati. Ia suka membicarakan hikmah dan ilmu, tapi tidak mau mengamalkannya. Ia mengajak manusia ke jalan Allah SWT, tetapi ia sendiri lari dariNya. Jauhi mereka agar tidak terpengaruh dengan manisnya ucapan, sehingga kalian terhindar dari panasnya kemaksiatan yang telah dilakukannya dan tidak akan terbunuh oleh kebusukannya.

Ketiga, manusia yang mempunyai hati, tapi tidak mempunyai ucapan (tidak pandai berkata-kata). Mereka adalah orang-orang yang beriman yang sengaja ditutupi Allah SWT., dari mahlukNya diperlihatkan kekurangannya, disinari hatinya, diberitahukan kepadanya akan bahaya berkumpul dengan sesama manusia dan kehinaan ucapan mereka. Mereka adalah golongan kekash Allah atau waliyullah yang dipelihara dalam tirai ilahiNya, dan memiliki segala kebaikan. Maka layanilah ia, cintaillah ia, cukupi kebutuhannya, maka engkau akan dicintai Allah.

Keempat manusia belajar mengajar dan mengamalkan ilmunya. Mereka mengetahui Allah ayat-ayatnya. Allah memberikan ilmu asing kepadanya melapangkan dadanya agar mudah menerima ilmu. Maka, takutlah untuk berbuat salah kepadanya, menjauhi serta meninggalkan segala nasihat yang ia berikan.

Allah Mahawadah, Mahagelembung, tempat apapun. Termasuk kita dan jagat raya yang terletak di dalamnya. Semua orang ingin tumbuh dengan jalannya sendiri, kadang ilmu dan hidayah bisa masuk ke dalam diri seseorang apabila orang tersebut telah siap menerima. Semakin kita siap semakin banyak kita menerima, dan akan semakin luas hati kita. Tentunya cinta pun bisa masuk dan menjadi bagian yang menguatkan dalam segala hal. Cinta memiliki dua dimensi yakni pertama adalah arrahman cinta yang memiliki makna yang meluas, kemudian arrahimmi yakni cinta yang memiliki makna mendalam. Alasan kita melakukan berbagai hal dan tindakan di bumi, adalah innaullaha fatta biunni, yakni mencintai Allah dan mengikuti Kanjeng Nabi. Allah berkata “apabila engkau mencintai kekasihku (muhammad) maka engkau akan ku ampuni, sederhananya ingatlah Allah dalam keadaan apapun, dan pakailah metode Kanjeng Nabi untuk menyelami kehidupan dengan sentuhan cinta.

Nabi Muhammad menjelaskan bahwa jalur cinta bisa tumbuh dengan mengikuti kata dan perilakunya. Nabi muhammad bersabda: “Berupaya adalah jalanku dan beriman kepada Allah adalah keadaanku”. Maka kita berada di antara upaya dan keadaan. Jika imanmu lemah, kamu mesti berupaya, dan jika imanmu teguh kamu mesti menggunakan keadaanmu, yakni kebergantungannya kepada Allah. Allah berfirman ”Dan kepada Allah-lah kamu mesti berharap”(QS. Al-Insyirah 8), “Barang siapa beriman kepada Allah, maka ia mencukupinya (QS.At-Talaq:3) ”Sesungguhnya Allah mencintai mereka yang beriman kepada-Nya”(QS. Al-Imran:158).

Mencari rezeki pun demikian, rezeki sudah ada yang menggariskan, namun sebagai manusia tentunya harus berusaha untuk menjemputnya. Ketahuilah, bahwa bagian yang diberikan kepada dirimu takkan lepas darimu dengan pengupayaanmu terhadapnya, sedang yang bukan bagianmu takkan kau raih walau kau berupaya keras. Maka dari itu, bersabarlah dan ridalah dengan keadaanmu. Jangan mengambil atau memberikan sesuatu pun sebelum diperintahkan. Demikianlah, barang siapa meninggalkan dunia, sibuk dengan ilmu dan bersabar dalam kesulitan, dia akan dicintai syariat, Allah SWT.

Jadikanlah kehidupan setelah matimu sebagai modal dan kehidupan duniawimu sebagai keuntungan. Jika masih ada waktu lebih, habiskanlah demi kehidupan duniawimu, yaitu dengan mencari nafkah. Jangan kau buat kehidupan duniawimu sebagai modalmu, dan kehidupan setelah matimu sebagai keuntunganmu, dan sisa waktumu kau habiskan untuk memperoleh kehidupan setelah mati dan memenuhi kewajiban salat lima waktu.

 

Sabar

Sebab, bagi segalanya ada pertentangan dan akhir. Maka, kesabaran adalah kuncinya, awalnya, akhirnya, dan jaminan kebahagiaannya. Inilah yang terungkap dalam sunah Nabi saw; “Kesabaran adalah keseluruhan Iman”. Hadiah tak selalu terbungkus dengan indah, kadang Tuhan membungkus dengan masalah tapi di setiap masalah pasti ada berkah.

Carilah cara agar kesabaran bisa dinikmati. Sengsara karena sabar hanya soal sudut pandang. Jika diakhiratkan akan menjadi membahagiakan. Sabar, sebab kita tidak pernah tahu, kejutan apa yang telah Allah persiapkan, di ujung jalan berliku yang di sebut kesabaran. Kita menderita karena mempunyai target yang tidak tercapai, maka dari itu jangan menargetkan sesuatu yang tidak abadi jika tidak ingin menderita.

Mengapa semua butuh proses? Karena di setiap peroses butuh pembelajaran, jika dipercepat, Allah ingin kita bersyukur, jika diperlambat Allah ingin kita bersabar. Nikmatnya makan ketika kamu lapar, nikmatnya tidur ketika kamu ngantuk, nikmatnya bertemu ketika kamu benar-benar rindu. Lakukan hal-hal dalam hidupmu, semampumu. Bukan lakukan segalanya semaumu, semua itu ada aturannya.

Jadikan ini prinsip hidupmu. Berbagilah, dan jangan mengharap agar engkau dibalas dengan yang lebih baik. Maafkanlah meski engkau dizalimi. Memberilah, dan jangan mengharap agar engkau diperlakukan sama.  

Dan jika sesuatu yang baik harus berakhir, percayalah yang lebih baik akan dimulai. Terkadang, mungkin Allah membuat hambaNya merasa kecewa, namun percayalah ia hanya ingin engkau kembali berharap hanya kepada-Nya.

Raga selalu berpisah namun doa selalu bertemu dan setiap doa semoga terkabulkan. Andai Allah tidak menghendaki untuk mengabulkan doamu, pastilah Allah tidak akan menggerakan hatimu untuk berdoa. Ya Allah jagalah hatiku dan apa yang ada di dalamnya. Yang baik akan datang, inilah keyakinanku terhadap Allah. Jangan khawatir tentang hari esok, karena segala yang terbaik telah Tuhan siapkan untukmu. Jangan Lelah, melangitkan doa, membumikan ikhtiar. Pasti ada titik bahagia jika kita mau bersabar. Bagian dari doa yang harus kita pahami adalah, kita sering lupa bahwa fungsi do’a itu untuk meminta, bukan memaksa.

 

Penerimaan

Ucapan alhamdulillah memenuhi timbangan, sedangkan subhanallah dan alhamdulillah memenuhi apa yang ada di langit dan di bumi. Salat adalah cahaya, dan sedekah adalah bukti. Sabar adalah pelita, Al-quran adalah hujjah yang membenarkan atau menentang kamu. Syukur adalah berupa hati yang tetap cinta kepada sang pemberi nikmat. Syukur terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu syukur dengan mulut, artinya selalu mengucapkan alhamdulillah, syukur dengan anggota badan, artinya selalu melakukan perintah-perintah-Nya, syukur dengan hati, artinya selalu menjaga iman kepada Allah.”Dan apa pun nikmat yang ada padamu, berasal dari Allah” (QS. An-Nahl :53).

Bukan hanya penerimaan apa adanya yang Allah anugrahkan, bahkan memaknai dirinya sendiri, menentukan batas yang rendah hati atas kehidupan. Hidup bukanlah mencapai apa yang ada di dunia, melainkan mencari dibukakannya ridha oleh Sang Maha Pencipta. Semua unsur dan peristiwa dalam kehidupan ini adalah embusan belaka dari kemauan Maha Pencipta. Semua daya upaya dan pencapaian manusia tetap berada dan patuh di dalam kuasa Tuhan, takdir, nasib, lahul Mahfudh, serta fenomena “hidayah” dan “amr”. Mahluk hidup adalah anak-anak panah yang diluncurkan oleh Maha Pemanahnya. Mahluk tidak berkuasa atas busurnya dan tidak pernah mengerti titik tempat ujung panahnya menacap. Allah mengajari langsung  kepada manusia, apa yang dia belum ketahui. “Allamal insana ma lam ya’lam”.

Ongkos paling mahal untuk mendapatkan sukses dari Allah adalah mensyukuri kehidupan dengan menikmati kerja, gerak, ilmu, segala pemandangan ciptaanNya, dari pagi sampai siang, dari siang sampai sore, dari sore sampai malam, dari malam sampai pagi. Seandainya langit tak menurunkan hujan, bumi tak menumbuhkan apapun. Lalu aku mencemaskan sesuatu dari rezekiku (yang sudah dijamin oleh Allah), sungguh aku khawatir jika aku sudah jatuh ke dalam lubang kufur nikmat

Dalam kesadaran, manusia bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk mencapai keselamatan di dunia dan akherat. Hal tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu bersemangat sesuai kemampuan, mensyukuri nikmat kemurahan Tuhan dalam bentuk apapun. Sikap dan perilaku yang diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Tuhan YME.

 

Pencarian Sejati

Perumpamaan kehidupan di dunia ini menjadikan bahwa tidak masalah mereka membanggakan jabatan dan kekayaan mereka. Tapi yang perlu kita sadari adalah kita adalah komponen dari suatu lingkaran cinta dengan fitri diciptakan oleh Allah. Kita hanya sebuah instrument dari orchestra kemesraan keluarga. Dalam tradisi budaya kebanyakan orang mencari setatus, padahal lebih mulia orang yang mampu memberikan manfaat.

Kesejatian itu viewnya adalah Tuhan. Apabila menjalani Idul Fitri dan mudik kepada Tuhan, satu-satunya jalan adalah memakai cara pandang Tuhan. Materi, Kekayaan, Kumpulan modal, citra, hamparan uang, pangkat, jabatan dan periode, semua yang tampak mata adalah mata uang yang tidak laku di dalam pola pikir Idul Fitri, yakni di hadapan Allah.

Hidup itu bagaikan daun yang hanyut di sungai. Daun itu adalah kita, dan sungai itu adalah takdir. Jangan banyak berharap, karena harap kita takkan mengubah takdir. Semakin harap, semakin banyak angan, hidup akan semakin sumpek, takut kehilangan, tidak kesampaian, takut keduluan orang. Tujuan benar itu harus dilakukan dengan baik, Tujuan yang baik harus dilakukan dengan benar. Ibadah, Ahlak, Ilmu, dan Pekerjaan adalah empat pilar kesuksesan dalam kehidupan manusia. Maka jangan sampai kita kehilangan salah satunya apalagi kehilangan semuanya. Bekerja dengan tulus lahir dan batin akan mendapatkan kebahagiaan walaupun hasilnya belum terlihat.

Orang hidup itu gampang, pokoknya membuat baik terus, dimana saja, sama siapa saja. Begitu kamu baik, Allah kasih hidayah kepadamu. Harus melakukan apa, melangkah kemana. Allah kasih panduan. Apabila Anda ikhlas menerima apapun yang ditentukan Allah, maka Allah tidak akan menghilangkan sesuatu yang engkau cintai. Justru Allah akan menambahnya dengan sesuatu yang lain. Allah itu Maha Unik dan Asyik, terkadang jika ia dimintai tidak dikabulkan, dan jika tidak dimintai tiba-tiba ada.

Agama itu dimulai dari kesenangan, bahagia, faroh dalam bahasa arab, karena agama sendiri adalah jalan dan ruang yang indah penuh dengan kedamaian. Jika memulai sesuatu karena Allah, maka jangan menyerah karena manusia. Berodoalah seperti ini, “Karuniakanlah kepada kami, kecintaan kepada-Mu, kecintaan kepada Rasul-Mu, juga kecintaan orang-orang yang mencintaimu. Selama kamu serius beribadah kepada Allah. Jangan khawatir, Allah akan menjamin segala hal yang ada di dalam hidupmu.” Cinta ialah ruh dari agama. Setiap yang mengaku beragama, pasti menebar cinta. Mereka yang menebar benci bagaimana mungkin dikatakan beragama. Kebahagiaan tidak dapat dilihat dari seberapa hartanya, seberapa kayanya. Melainkan dilihat dari rohaninya.

 

Katakan hati

Jika kebijaksanaan menunjukkan kebaikan. Maka kesucian menunjukkan hal yang indah. Bila mengenalmu adalah kebaikan. Maka, mencintaimu adalah anugrah terindah. Semakin Dewasa kehidupan kita semakin banyak urusan. Kita harus senantiasa menata berbagai hal, dari diri, pasangan, orang tua, hingga anak, melakukannya memang harus serius agar apa, agar tidak menimbulkan masalah atau membikin repot di kemudian hari.

Kebencian boleh membatu karang, namun cinta harus terus menetes yang kelak akan melubangi. Setia itu bukan rasa cinta yang meluap-luap, tapi bagaimana tetap bertahan di dalam naik turunnya kehidupan, kita kenal dengan istiqomah. Ada kalanya dalam setiap doa kita, tidak meminta siapa-siapa hanya minta diberi yang terbaik. Ketika ada dua pilihan, pilihlah yang baik. Ketika dua-duanya sama baik, pilihlah yang mau bersamamu. Saat dua-duanya ingin bersama, ketahuilah mana yang akan membuatmu lebih dekat kepadanya. Cinta itu bukan melepas tapi merelakan. Bukan memaksa tapi memperjuangkan. Bukan menyerah tapi mengikhlaskan. Bukan merantai tapi memberi sayap. Kau akan belajar dengan membaca tapi kau paham dengan cinta.

Cinta mungkin terkadang membuatmu rapuh, tapi berterima kasihlah kepadanya, karena cinta darinya bisa membuatmu lebih kuat dari sebelumnya. Cinta bukanlah bertahan seberapa lama. Tapi seberapa jelas dan arahnya kemana. Cinta adalah salah satu bunga yang tumbuh tanpa bantuan musim. Cinta bukan seberapa lama engkau mengenal seseorang. Tapi tentang seseorang yang membuatmu tersenyum, sejak pertama engkau mengenalnya.

Rahmat Allah SWT turun karena sebab ikhtiar. Sebagai contoh adalah mawaddah, rahmah, dan sakinah akan muncul ketika seseorang sudah ikhtiar untuk menikah. Mawaddah konsepnya adalah ketika dua insan memilih berpasangan maka, mawaddah adalah tempat untuk kembali, tempat untuk berteduh. Seperti rumah yang nyaman, teman berbagi cerita, bahu untuk bersandar. Kemudian ada rahmah, bagian dari Tuhan yang berupa kasih sayang, jika mencintai seseorang maka rahmah ini adalah, rasa yang dirasakan, seperti tempat meletakkan kebaikan dan keberkahan.  Mencurahkan perhatian cinta, rindu, dan kasih sayang. Ketika kekasih kita sakit kita yang menderita, ketika kekasih kita haus, kita yang sibuk mencarikan minum. Sedangkan sakinah adalah usaha, ikhtiar kita secara istiqomah agar cinta yang kita miliki itu menyatu, ada kalanya cinta itu berjarak, merengang, cara kita menjaganya dan mengusahakannya inilah yang disebut sakinah. Kesungguhan dari itu semua adalah cinta yang menghubungkan dengan Allah dan Kekasihnya Kanjeng Nabi Muhammad.

Kita sering diberi masalah oleh Allah yang tidak ada jalan keluarnya lagi. Maka sebenarnya Allah mendatangkan masalah itu untuk mendudukan diri kita kepada Rasa tidak ada lagi yang bisa menolong selain Allah. Rasa inilah anugrah dan nikmat yang luar biasa yang kita minta kepada Allah agar tidak dicabut rasa ini. Apabila kita mendapat masalah besar seperti apapun. Jangan bingung, karena ketika bingung itu berarti terbiasa mengandalkan yang lain daripada Allah, mengantungkan harapan kepada selain Allah. Cobalah belajar memiliki pengertian, karena dengan mengerti mulut ini akan mampu mengamalkan diam dan memahami bahwa dibalik hajat yang tidak qobul, pasti ada hikmah. Dibalik hajat yang tidak qobul, ada kasih sayang Allah kepada hambanya. Cintailah permasalahan yang kamu hadapi, karena yang memberi masalah juga mencintai kamu. Yakinlah bahwa yang menjamin semuanya itu adalah Tuhan, bukan logika. Carilah cara berdekatan dengan Tuhan, dengan caramu sendiri. Tuhan memberikan banyak cara dan banyak pintu, tinggal apa yang kamu pilih, dan apa yang kamu perjuangkan. Allah akan memberikan pertolongan pada hamba-Nya, selama hamba itu mau mau menolong saudaranya.

Nabi Musa pernah berdoa lama, namun tak kunjung dikabulkan. Namun ketika ia berkata ‘Masya Allah” seketika apa yang ia minta dalam doa sudah tersedia di depannya. “Gusti Allah, doaku itu sudah lama, namun kenapa baru dikabulkan sekarang?!” Allah berfirman: “Wahai Musa, aku merasa bangga ketika kau bilang masya Allah (semua hal atas restu Allah). Itulah yang membuat-Ku mengabulkan doamu.” Dia yang mencintaimu akan menemukan seribu cara untuk menjangkaumu. Hidup itu tidak berdasarkan seleramu, tapi hidup itu berdasarkan apa yang terbaik, tersehat, dan apa yang benar-benar kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.

Harta adalah rezeki yang paling rendah. Kesehatan adalah rezeki yang paling tinggi. Anak soleh adalah rezeki yang paling utama. Sedangkan mendapat ridho Tuhan adalah rezeki yang sempurna. Untuk kesehatan yang baik kendalikan makananmu, untuk jiwa yang baik kendalikan dosa-dosamu, dan untuk keimanan yang baik kirimkan sholawat kepada Nabi SAW. Disisi keinginanmu ada keinginan Allah atas hidupmu. Cara menempuh hidup terbaik adalah mengkerjasamakan antara keduanya. Penjelasan lisan membuat banyak hal menjadi jelas, namun cinta yang tak dijelaskan sungguh jauh lebih jelas.

 

 *Apabila mengutip tulisan ini, mohon sertakan sumber yang lengkap dari penulis, dan gunakan pengutipan yang baik dan benar, terima kasih.

Jumat, 22 Mei 2020

Opini_Ramadhan dan 30 Hari Puasa


Ramadhan dan 30 Hari Puasa
Oleh: Aji Muhammad Said

via: unsplash

#Ramadha1: Puasa dan Makanan Thoyyib
Apa saja yang dilakukan manusia adalah berpuasa. Adapun orang yang tidak mau melakukannya sama saja dengan ia bunuh diri. Sama halnya kita hidup ingin memenuhi segala bentuk hasrat dan keinginan kita, namun dengan adanya puasa kita paham kadar yang kita miliki, kecukupan yang kita rasa, dan menjadikan akibat rasa syukur dari apa yang Allah berikan. Puasa itu merupakan pekerjaan sehari-hari manusia, dan itu merupakan hakekat hidup bagi tiap manusia. Barang siapa paham dan melakukannya maka ia akan jaya dan selamat, dan barang siapa tidak paham dan tidak melakukannya, semakin cepat ia hancur dan semakin cepat dia tidak akan selamat. Maka dari itu setiap apa yang manusia lakukan ada sekala, waktu, dan ruangnya.
Menahan lapar tentunya penting dalam berpuasa, sama halnya memperhatikan makanan yang thoyib untuk berbuka puasa. Seperti yang dikatakan Al-Ghazali mengatakan : "Amma ba'du fainna maqshada dzawil albab... " Tujuan orang yang memilki pikiran adalah bertemu Allah, tidak ada jalan yang lain kecuali dengan ilmu dan amal. Sedangkan untuk mendapatkan ilmu dan melakukan amal, tidak mungkin tanpa kewarasan tubuh. Dan kewarasan tubuh tidak sempurna tanpa makanan dan memakannya dengan takaran yang cukup berulang-ulang. Oleh karena itu, ulama salaf menyampaikan: "Inna al-akla min ad-din". Sesungguhnya makanan itu termasuk agama. Terhadap ini Tuhan semesta alam telah mengingatkan dengan firmanNya; "Kulu min ath-thayyibathi wa'malu shalihan" Yang berarti "Makanlah dari makanan-makanan yang baik dan beramal salehlah".
Makanan yang baik yang menunjang-sempurnakan amal saleh, tentu tidak asal halal. Yang dianjurkan Al-qur'an sendiri adalah makanan yang halal dan yang thayyib. Yang paling tahu seluk-beluk halal-haram makanan mungkin ahli fiqih dan yang paling tahu seluk-beluk thayyib atau tidaknya mungkin ahli gizi, tapi kedua-duanya jelas adalah urusan dunia-akhirat. Adilnya kedua-duanya perlu mendapat perhatian yang sama. Sama-sama masuk kajian dan pengajian. 

#Ramadhan2: Puasa Tugas Manusia
Puasa Ramadhan merupakan sebuah kewajiban, yang sesuai dengan syariat dan rukun Islam. Maknanya manusia tidak bisa masuk surga dengan tiket berupa makan, tidur, dan berdoa. Ia adalah khalifah. Ia harus bekerja, mengolah hati akal dan pikiran, berpuasa. Ia harus sanggup memformulasikan dataran-dataran pekerjaan yang mana menjadi tugasnya, yang mana menjadi tugas alam, yang mana menjadi tugas binatang, serta tugas malaikat dan tugas Tuhan sendiri. Allah menugasi diriNya untuk menumbuhkan padi, dan kita sebagai manusia mengolahnya menjadi beras, kemudian beras kita olah menjadi nasi, nasi kita hidangkan pada waktunya kita makan, kita makan pada waktu berbuka puasa, kita menahan diri demi ketaatan kita kepada Tuhan.

#Ramadhan3: Beda Puasa
Berbeda dengan sholat maupun zakat, ibadah puasa lebih bersifat ‘revolusioner’, radikal, dan frontal. Pada orang sholat, dunia dibelakangnya. Pada orang berzakat dunia di sisinya, tetapi sebagian ia pilih untuk dibuang. Sementara pada orang yang berpuasa, dunia ada di hadapannya, tetapi tidak boleh dikenyamnya.

#Ramadhan4: Distorsi Rasa Puasa
Berpuasa tidak hanya menahan lapar dan haus, namun puasa memiliki makna yang dalam yakni melawan diri sendiri menahan nafsu yang bergejolak di dalam dada, keinginan yang kuat di dalam diri. Namun keinginan dan nafsu seperti distorsi bagi manusia. Manusia, pada dirinya masing-masing, tidak punya waktu untuk mengenali presisi batas antara kebutuhan dan keinginan, antara semangat dan nafsu, antara cinta dan rasa magnetik, antara cita-cita dan khayalan, antara waspada dengan curiga, antara hati-hati dengan paranoid, antara optimisme dengan terburu-buru, antara sabar dengan lemah, antara arif dengan lembek, antara progresivitas dengan keserakahan, antara zuhud dengan kemalasan, Bahkan dari semua kata yang disampaikan juga tidak benar-benar dipahami, atau setidaknya dicari kejelasan dari setiap satuan-satuannya.

#Ramadhan5: Puasa Berarti Sabar
Ibadah Puasa menjadi lantaran doa yang dilakukan untuk melatih kesabaran. Sama halnya seperti wujud sebuah doa yang dimunajatkan kepada Allah, sebagai manusia harus bisa membaca pahami doa kepada Sang pencipta, dengan menyisipkan sikap sabar. Kesabaran itu ada dua macam: sabar atas sesuatu yang tidak kita ingin dan sabar dari sesuatu yang kita ingini.
Sesudah sabar tentu saja ikhlas. Ikhlas adalah asal muasal kata yang memiliki makna dalam hidup bahwa apa yang ada, kita miliki sekarang kita terima apa adanya, bukan berpikir dan menghawatirkan esok, berharap sama seperti angan kita, dimana sebab akibatnya menyamakan apa yang kita pijak di masa yang lalu. Karena pada dasarnya hidup selalu dinamis, cuman hati dan raga kita juga harus siap menghadapi perubahan. Man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu, barang siapa mengenal dirinya, kelak akan mengenal Tuhannya. 

#Ramadhan6: Sebenar-benarnya Puasa itu Bukan Ilusi
Puasa menjadi wujud ketaatan kepada Tuhan, dengan puasa artinya kita memangkas ego kita sendiri untuk ketawaduan kepada Allah. Banyak orang mengetahu tapi tidak memahami. Seperti Makna membaca di mana membaca bukan hanya sekedar membaca (melafalkan) saja, melainkan membaca dengan mengamati, mencermati, menafisirkan, mencaci fakta, menganalisis, baru kemudian menyimpulkan apa yang ia baca. Namun kebanyakan manusia zaman sekarang sering kali lengah. Manusia zaman ini mudah sekali untuk mengagumi, mudah menjatuhkan. Cepat mencintai dan dengan  segera membenci. “Viral” secara instan, lalu menghilang dengan tiba-tiba. Entah mengapa, menebak isi hati manusia belakangan ini begitu sulit. Padahal orang-orang dengan gegap gempita membagikan cerita kesehariannya pada ruang-ruang publik. Semua yang kita kira transparan dan nyata, bisa jadi semu belaka. Begitu juga sebaliknya. Maka temukanlah bunyi, rasa, dan kesadaran sejati. Sebab kita hidup di tengah gemilang kepalsuan yang luar biasa menenggelamkan kita.

#Ramadhan7: Puasa itu Mengenali Batas
Puasa memberikan batasan menahan nafsu dan memberikan kebebasan tertentu saat berbuka. Seringkali kita merasa tidak sadar bahwa batasan dalam berpuasa itu mempunyai pengaruh dalam kadar iman. Kita seringkali ingin berusaha lepas dari batasan atas ketentuan Allah dengan melepaskan segala bentuk nafsu yang kita miliki, mulai dari keinginan yang berlebihan, syahwat yang gencar diglorakan, makan semua makanan yang enak-enak, melakukan segala hal yang disenangi, melakukan kegiatan keduniawian, tapi ingatlah itu semua tidaklah bernilai baik, karena segala sesuatunya itu memiliki batasan. Batasan sengaja dibuat oleh Allah sebagai pencipta kita, agar kita tidak hancur atau bahkan menjadi berantakan. Batasan mengajarkan bahwa berlebihan itu tidak baik. Batasan pula yang mengajarkan untuk senantiasa cukup dan bersyukur, sehingga hidup harus senantiasa seimbang, ada porsi dan waktunya, dan yang utama senantiasa mengikuti perintah Tuhan bersama ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad, mengenali halal-haram, mubah-makruh, wajib-sunah. Esensi hidup yang sebenarnya adalah keterbatasan. Dan keselamatan adalah kemampuan untuk mengelola keterbatasan.

#Ramadhan8: Puasa Itu Momen Puitik Dalam Hidup
Puasa Ramadhan itu moment 30 hari istimewa dalam satu tahun Hijriah. Adanya puasa melanggengkan momen sakral orang-orang terpilih yang terseleksi karena imannya. Kita harus senantiasa memahami mengenai getaran hati ketika kita mengingat ataupun menjalankan perintah Allah. Itu sebenar-benarnya menjadi momen puitik dalam hidup. Itu menjadi tanda-tanda Tuhan hadir bersama kita. Itu juga merupakan suatu kewajaran ketika kita menghadapi keputusan sakral. Momen tersebut bisa jadi merupakan peristiwa dalam keadaan yang bisa kita syukuri. Berpuasa itu merupakan seni dalam hidup.

#Ramadhan9: Puasa Mengenali Maksud Tuhan
Puasa mengajarkan banyak sekali ilmu yang memang diperuntukkan bagi manusia, tidak hanya menahan nafsu tapi bagaimana menahan diri, melawan diri sendiri,  memberikan ketegasan dengan menguatkan kepercayaan bahwa dunia itu hanyalah tipu daya atas kelezatan dunia (bersifat ilusi), di mana sebenar-benarnya kehidupan adalah di akhirat. Apa pun yang terjadi di dunia sifatnya sementara, baik rasa sedih maupun rasa senang. Tuhan senantiasa memberikan tajalinya kepada kita melalui kejadian maupun peristiwa. Sebagai mana contoh pelajaran, bahwa saat kita terjatuh. Tuhan mengajari kita untuk berhati-hati.  Mungkin saat kita gagal,  tuhan ingin kita sukses di belakang. Jangan hanya sabar, tapi khusnudzonlah. Sebagaimana kita paham maksud Tuhan.

#Ramadhan10: Berpuasa di Dunia dan Berbuka di Akhirat
In kuntum tuhibul naullaha fatabhiunni, bahwa sesungguhnya kedermawanan itu lahir dari rasa sayang, dan rasa sayang itu terlahir dari cinta. Seorang manusia memiliki hak tawar kepada Allah, dan perantaranya melalui kemesraan dengan doa, dan sholawat kepada nabi. Kekuatan manusia sebagai khalifah ia bisa mengalahkan waktu dan mengalahkan ruang. Kuncinya adalah jangan membebankan segala sesuatunya pada dunia, buat dunia ringan di tangan kita, berpuasa pada dunia, dan berbukalah di akhirat.

#Ramadhan11: Segala Sesuatu Itu Ada Rohaninya
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya, Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)
Pada titik ini kita akan mulai paham bahwa manusia tidak akan mampu menjamin apapun pada dirinya. Posisi manusia adalah pada posisi berdoa, dan berharap, posisi memohon kepada Allah. Mudah-mudahan Allah tidak memalingkan kita dari garis lurus shirathal mustakim, walapun sebagai manusia sulit untuk mempresisikan diri, yang bisa manusia lakukan adalah berusaha, berdoa, dan menjaga dirinya dengan berpuasa agar seimbang hidupnya.

#Ramadhan12: Nilai Sebuah Puasa

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (Terjemah Surat Al Baqarah Ayat 183)
Puasa itu memiliki nilai luhur. Barang siapa mampu menjalaninya ia akan menjadi seorang mukmin, dan barang siapa meninggalkannya dengan sengaja, ia menghancurkan dirinya sendiri. Jatuh bangunnya nilai, gelap terangnya keadaan, jauh dan dekatnya para hamba kepada Allah, naik dan turunnya keadaan, jauh dan dekatnya seorang hamba kepada Allah, berlangsung tidak pada ruang dan waktu yang bisa kita perhitungkan. Selalu saja Allah menanamkan sesuatu yang tidak pernah kita duga-duga, tidak pernah bisa kita tebak secara pasti, “Innaka la tahdi man ahbata, wa la kinallaha yahdi man-yasya”.

#Ramadhan13: Puasa dan Kesengajaan
Puasa merupakan bentuk kesengajaan yang diniatkan kita sebagai mukmin. Tapi pernahkah terlintas bahwa di setiap kesengajaan yang kita lakukan, Allah juga melakukan kesengajaan kepada kita. Ketika hati kita berdzikir dan melakukan konsentrasi penuh, pada fungsi kesengajaan Allah memenuhinya dengan kasih dan sayang atas nasib kita. Insyaallah yang terjadi selanjutnya adalah kita senantiasa diberikan bimbimngan untuk senantiasa berada di dalam atau dekat dengan kasih sayang-Nya. Setiap pikiran yang kita miliki dituntunnya untuk memasuki ide-ide berupa gagasan-gagasan dalam mengendalikan arah jalan yang akan kita tempuh, sesuai dengan kasih dan sayang-Nya. Baik kaki, tangan, alam pikiran, perasaan dan jiwa kita ikuti menyatu, insyaallah akan senantiasa masuk dalam cinta-Nya.
Jadilah seseorang yang mampu mengamati dengan baik. Melakukan penelitian, mengingat-ingat apa peran kesengajaan Allah atas hidup kita, kita akan menemukan berbagai “kebetulan” yang menjadikan pemaknaan yang bisa kita pahami sebagai sebuah kebenaran.

#Ramadhan14: Puasa itu Mendidik Manusia
Katakanlah: “Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri sendiri, jangan berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa seluruhnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. 39:53)
Puasa merupakan perintah Allah kepada manusia, namun itu juga merupakan cara agar manusia terdidik. Allah mendidik manusia dengan dua cara, yang pertama dengan kerinduan yang dahsyat atas harapan dan nikmat yang diberikan. Lalu kemudian yang kedua, adalah dengan ancaman yang keras melalui siksa yang mengerikan. Sedangkan orang berpuasa pada bulan ramadhan punya pilihan kedua-duanya, dan yang mampu berpuasa dengan cukup baik ia adalah mukmin pilihan.

#Ramadhan15: Bagian dari Kesungguh-sungguhan
Kehidupan yang kita jalani ini begitu luas, tidak membutuhkan kita untuk menjadi orang yang kuat, terkenal, pintar, melainkan membutuhkan kualitas kemanusiaan yang kita miliki, kualitas dari ahlak yang kita bangun kepada sesama. Melalui tambahan yang diperkaya dengan kenikmatan, keindahan, dan kesungguh-sungguhan dalam ber-Tuhan, bekerja mencari nafkah, berpuasa dari segala yang kita ingin, mengelola peradaban serta kejernihan hati nurani.

#Ramadhan16: Puasa Bukan Dunia yang Dicari
“Sibuk mencari dunia, sampai lupa mencari akhirat, hidup tidak hanya singgah untuk minum, tapi berbagi disaat haus”

#Ramadhan17: Puasa itu Istiqomah
Puasa menjadi laku ibadah yang senantiasa harus istiqomah. Ini menjadikan manusia tahan terhadap berbagai kondisi dan kesulitan yang dilaluinya. Seperti perumpamaan bahwa badai pasti berlalu, tapi hari yang cerah juga pasti berlalu. Intinya bukan mencari hari yang cerah terus-menerus, tapi menjaga ketangguhan badan, pikiran, dan hati untuk menghadapi cuaca apa pun.

#Ramadhan18: Bekerjasama dengan Allah
Seringkali pilihan Tuhan untuk kita tidak seperti yang kita inginkan. Baru kemudian kita ketahui bahwa pilihanNya lah yang terbaik. Kita sebagai manusia memiliki keinginan, namun di sisi lain Allah juga punya keinginan atas hidup kita. Cara menempuh hidup terbaik adalah memper kerjasamakan keduanya menjadi satu. Kita berpuasa untuk Allah, dilain sisi Allah menjaga kita karena puasa kita. Bersenang-senanglah dengan kesenangan yang disenangi Tuhanmu. Jangan tinggalkan puasa dan jam-jam untuk berdoa, meskipun keadaan yang nyaman/membaik, sebab segala sesuatunya terjadi karena Tuhan. Pahamilah bahwa, takdir merupakan apa yang sudah diputuskan kepada kita. Nasib adalah bagaimana keputusan kita menggunakan waktu.
Jika kita tidak mampu menahan lelahnya kesendirian, maka berpuasalah, karena dengan berpuasa kita menjadi tahu betapa nikmatnya sabar atas apa yang ingin kita miliki.

#Ramadhan19: Puasa itu Mengambil Jeda
Puasa memberikan jeda kepada kita dalam mengatur pola hidup, pola makan, dan mengatur nafsu kehidupan sehari-hari. Melalui puasa kehidupan kita dipaksa berhenti sejenak. Rutinitas makan sehari-hari memberhentikan kinerja metabolisme dan tubuh sejenak. Jeda ini menjadi penting, dan kita sebagai manusia membutuhkannya untuk mengatur dan menata kembali cara pandang kita, cara berpikir kita, keseimbangan diri kita dalam memantapkan hati sebelum memulai kembali kehidupan normal seperti sedia kala. Ketika kita tidak mampu mengambil jeda, maka tubuh kita akan dengan sendirinya berhenti atau memaksa mengambil jeda, semisal dengan sakit atau semisal dengan istirahat karena kelelahan. Tidak hanya pada tubuh manusia, ketika manusia tidak mampu mengambil jeda, maka alam pun mengambil sikap untuk memaksa manusia agar jeda sejenak.

#Ramadhan20: Fermentasi Hati 
Kita berpuasa memiliki tujuan untuk Allah, semakin sering kita berpuasa semakin kuat iman dan ketaqwaan kita kepada Allah. Puasa sebenar-benarnya adalah bentuk fermentasi mental dan hati. Jika kita sering berpuasa, maka yang ada dan hadir pada diri kita adalah kenyamanan, keluesan, kelembutan, kepresisian yang menjadikan kehidupan kita menjadi seimbang. Ketika kita berpuasa kita menjadi tidak gampang tertekan, tidak mudah untuk mengeluh, kehidupan kita menjadi lembut, ahlak kita semakin baik, dan membuat hati tidak keras, atau susah karena urusan dunia. Puasa menjadikan hidup untuk tidak pernah berputus asa, sekali pun hidup susah, kita harus senantiasai berusaha dengan baik.

#Ramadhan21: Wujud Terima Kasih
Puasa menjadi wujud tindakan syukur atas rahmat Allah yang tak terhingga. Kita berpuasa tentunya menyadari betul bahwa kita masih diberikan kesempatan untuk berpuasa, masih diberikan nikmat untuk hidup, masih diberikan rasa untuk memaknai ibadah kepada Tuhan. Berterimakasihlah kepada Allah yang masih mengizinkan kita untuk merasakan cinta, untuk berpuasa kepadaNya. Meski terkadang kita mengaharapkan pahala, kebaikan, dan doa-doa atas keinginan yang panjang terhadap kita, dan berbagai hal yang baik kita harapkan, tanpa disadari nikmat Allah lebih dari apa yang kita semogakan. Maka sebagai manusia kita jangan berlebihan mengharap kembalian, tapi yang kita lakukan adalah mengharap keridhoan.

#Ramadhan22: Bukan Sekedar Perintah
Kebanyakan manusia termasuk para muslim mungkin berpendapat bahwa hakikat dari puasa adalah perintah dan aturan yang harus ditaati, yang merupakan bagian dari rukun Islam. Karena melihat perintah bagi manusia secara umum, mempunyai kemungkinan untuk dilanggar. Allah memberikan jalan keluar “ Barang siapa yang mempercayai dan menjalankanNya, percayailah dan jalanilah. Barang siapa yang membangkang, membangkanglah”. Kita sebagai manusia jarang mengingat bahwa puasa itu merupakan prinsip menejemen manusia dalam mengelola kehidupan dan keselamatannya. Prinsip tersebut merupakan konsep Allah dalam menciptakan manusia. Tidak ada pilihan lain dari Allah, manusia tinggal menjalaninya menuju keselamatan dan ridha Allah. Atau menolak menuju kehancuran karena tidak akan sampai kepadaNya. Dilain sisi manusia pun mustahil, apabila membangkang dari pengendalian dan batasan, sepeti halnya sebuah perumpamaan bahwa, “wanita berpuasa dari seribu suami untuk menjadi istri, dan suami mengenakan satu saja dari seratus pakainnya.”

#Ramadhan23: Meninggalkan Dunia
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan hanyalah satu ilusi saja." (Qs. Al-Adid [57:20)". Sesungguhnya, jika seseorang itu dapat melihat kebenaran melalui mata hatinya, sama dengan yang dilihatnya masih hidup ataupun sudah mati, maka kebenaran itu tetap tidak akan hilang.
Syekh Abdul Qadir Jaelani berwasiat bahwa “apabila kamu belum bisa menjadi musuh terhadap kesendirianmu, janganlah kamu berharap menjadi orang yang saleh. Yang dimaksud dengan menjadi musuh terhadap kesendirianmu, yaitu bahwa kamu benar-benar melepas segala kemaujudan, baik gerak-gerikmu, diammu, pendengaranmu, pembicaraanmu, perilakumu, pikiranmu, dan segala sesuatu yang muncul dari dalam dirimu”.
Aji orang yang mencari derajat tertinggi dihadapan Allah. Dari kata kaji menjadi mengkaji. Hidup adalah bagaimana kamu memperlakukannya, bagaimana kamu menghadapinya. Take for granted, Allah senantiasa memberikan rahmat, tapi jangan jadikan itu otomatis, jika tidak diimbangi dengan baik. Jangan menunggu rahmat, tapi siapkan diri bahwa setiap kesempatan dan keadaan yang ada adalah rahmat, itulah yang disebut kesadaran rahmat. Puasa juga termasuk rahmat Allah.

#Ramadhan24: Membiasakan Puasa
Berbagai warna cahaya di dunia ini berasal dari cahaya matahari sebagai pusat cahaya dunia, sedangkan cahaya di dalam diri manusia itu berpusat di hati. Perhatikanlah dengan sungguh-sungguh bahwa kehormatan seseorang itu terletak pada ucapannya dan kebaikan raganya itu terletak pada kesopanannya dalam berbusana. Puasa tanpa sadar melatih itu semua, maka biasakanlah dengan baik.

#Ramadhan25: Mencari Nomor 
Hidup ada sekala prioritas, puasa pun demikian, kita menjadi kalah penting dari apa yang Allah inginkan, tentu saja perintah Allah yang utama. Puasa menjadi salah satunya, di mana puasa menjadi suatu proses seleksi pendewasaan pikiran agar kita menemukan perbedaan antara yang nomor satu dan yang bukan nomor satu, atau prioritas primer, sekunder, dan seterusnya.

#Ramadhan26: Puasa dan Keadaan
Adanya puasa manusia menjadi tersadar akan hakekatnya, puasa mengajari manusia untuk menghayati bahwa dalam kehidupan ini kita tidak hanya bergaul dengan hak, tapi juga dengan kewajiban. Manusia menjadi mengenal adanya Halal-Haram, Wajib-Sunnah, Makruh-Mubah, dan lain sebagainya.
Semesta dan hidup menyadarkan keadaan yang kita punya. Pada sekala yang luas, kita berpuasa dari hak untuk punya uang sebanyak-banyaknya. Kita membatasi tingkat kepemilikan, lalu kita memberikan bagian yang kita miliki kepada yang berhak, kepada yang kekurangan. Sebaliknya, kita juga bisa melakukan puasa dari kemelaratan, sehingga kita menjadi manusia yang rajin mencari rizki dan uang sebanyak mungkin. Karena bagaimana pun ketika kemelaratan melanda maka akan berkembang menjadi kefakiran, akan membahayakan iman, mental, serta kepercayaan terhadap diri. Jalan tengahnya jadilah kalifah yang seimbang mampu berada di tengah keseimbangan, melakukan perannya dengan baik.

#Ramdhan27: Ramadhan
Bulan untuk tidak memiliki dunia, ketika dunia di hadapan kita. Ramadhan merupakan bulan untuk mempuasai dunia. Bulan dimana kita mengambil jarak untuk berpuasa dari gemerlapnya dunia, menjauhi dunia. Adanya puasa membuat kita untuk tidak pernah kalah oleh dunia dan segala isinya. Ramadhan menghadirkan bagian untuk memperoleh kemenangan atas nafsu-nafsu dunia, nafsu yang ada dalam diri kita, yang memperbudak untuk menyembah dunia.

#Ramadhan28: Mengislamkan Diri
Ramadhan menjadi bulan yang suci untuk menunjukkan eksistensi diri sebagai seorang muslim. Bulan yang memang ada untuk berlomba-lomba menunjukkan kepada dunia sebagai mukmin yang terpilih. Seleksi yang terpilih dengan kategori iman karena mampu untuk melawan diri, lebih dekat kepada Tuhan. Semuanya serba Islami, menunjukkan rajin-rajinnya beribadah, rajin-rajinnya bersodaqoh, rajin-rajinnya berpuasa. Namun Puasa tidak sekedar perlombaan yang dilihat secara mata, tapi kenikmatan sebagai muslim untuk berpuasa.

#Ramadhan29: Tharikat Laku 
Puasa menjadi langkah dan tata cara model (tharikat) yang menentukan bagi manusia untuk keselamatan bagi dirinya, selamat atau tidak dirinya di dunia maupun di akhirat. Kadar keberhasilan dalam menjalankan puasa bukan pada saat ia berpuasa, melainkan setelah ia tidak berpuasa, karena bisa jadi iman seseorang semakin membaik, atau malah sebaliknya.

#Ramadhan30: Wujud Penerimaan atas Kemenangan
Tidak ada kemenangan yang lebih Indah dari kata ‘Lebaran’ suka cita yang diharapkan ketika sebulan penuh berpuasa. Puasa menjadikan penerimaan bahwa pada dasarnya manusia itu memiliki batasan, dan memiliki kelemahan. Manusia tidak serta merta superior ketika berpuasa maupun tidak berpuasa. Puasa menjadi cermin bagi manusia, untuk tahu diri sebagai mahluk Allah, bahwa ia tidak pernah kuat, dan betah menahan nafsu. Maka dari itu yang manusia lakukan adalah berpuasa dan menerima dirinya bagian dari Allah, dan itu wujud kemenangan yang nyata.

*Apabila mengutip tulisan ini, mohon sertakan sumber yang lengkap dari penulis, dan gunakan pengutipan yang baik dan benar, terima kasih.