7 Tradisi dalam Dunia Ilmu Komunikasi
oleh: Aji Muhammad Said
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam
Teori Komunikasi dijelaskan mengenai beberapa tradisi, menurut Robert Craig
mencoba menyebut adanya tujuh tradisi dalam kajian komunikasi yaitu semiotik,
fenomenologi, cybernetik, psikologi sosial,
sosial budaya, kritis, dan retorika. Beberapa tradisi komunikasi ini
bertentangan dengan yang lainnya, sementara yang lainnya saling melengkapi.
Sebagai sebuah kelompok tradisi-tradisi tersebut memberikan hubungan yang cukup
untuk memperkenankan kita melihat teori-teori secara bersamaan serta memahami
persamaan dan perbedaan mendasar mereka.Kajian Komunikasi tersebut akan dibahas
dalam Makalah ini.
B. Tujuan
Tujuan dalam
penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat bagi kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Landasan Teori
Komunikasi merupakan sebuah proses
sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan
menginterprestasikan makna dalam sebuah lingkungan. Melalui sebuah teori,
komunikasi berusaha dijelaskan dan dipahami.
Suatu bentuk komunikasi memerlukan
beberapa elemen dalam pengertian komunikasi.
Ini akan tercipta melalui makna, lingkungan, proses, sosial, dan simbol.
Suatu bentuk komunikasi yang efektik akan dipengaruhi oleh pemahaman dasar akan
proses komunikasi, dan bagaimana teori komunikasi berfungsi dalam kehidupan
sehari-hari. Cara kita berkomunikasi dengan orang lain yang akan membuat
pengalaman yang berbeda dalam kehidupan kita.
Menurut Robert Craig mencoba
menyebut adanya tujuh tradisi dalam kajian komunikasi yaitu semiotik,
fenomenologi, cybernetik, psikologi sosial,
sosial budaya, kritis, dan retorika.
B. Isi Materi
1. Retorika
Istilah retorika dari bahasa Latin
rhetorica yang berarti ilmu bicara atau ilmu pidato. Yaitu suatu penggetahuan
untuk meingkatkan kemampuan berbicara didepan umum, orang yang mahir pidato
disebut orator.
Georgias yang dianggap sebagai
guru Retorika pertama menyatakan bahwa kebenaran suatu pendapat hanya dapat
dibuktikan dapat dibuktikan jika tercapai kemenangan dalam pembicaraan.
Sedangkan Protagoras menentang pendapat tersebut, ia berpendapat bahwa
kemahiran berbicara bukan demi kemenangan, melainkan demi keindahan bahasa.
Penentang lainnya adalah Socrates yang menyatakan Retorika adalah demi
kebenaran.
Dalam
berpidato perlu berpegang pada ethos, pathos dan logos. Ethos artinya
kredibilitas sumber, yang ditunjukkan oleh orator yang pakar dalam bidangnya
sehingga patut dipercaya. Pathos adalah imbaun emosional, yang ditunjukkan
orator membuat khalayak bergairah dengan semangat yang berkobar. Logos berarti
imbauan logis, yang ditunjukan oleh orator bahwa uraiannya masuk akal sehingga
patut diikuti dan dilaksanakan.
Pada abad ke-17 tercatat orator
atau tokoh retorika dari inggris Oliver Cromwell dan Lord Bollingbroke. Ketika
mengajarkan teknik retorika Cromwell mengatakan bahwa dalam melaksanakan
retorika harus menggulangi hal-hal penting, menyesuaikan diri pada sikap lawan,
membiarkan hadirin menarik kesimpulan sendiri dan menunggu reaksi khalayak.
Aplikasi
retorika
a.
Gaya Pidato
Khalayak
Mikro, homogen menggunakan sifat yang rasional (ditujukan kognisial/pikirannya)
agar dapat diterima, Khalayak Makro, heterogen menggunakan sifat
afeksional(kasih sayang).
b.
Kenalilah Khalayak
bukan
namanya namun field of experience
atau frame of reference (status
sosial, norma kehidupan).
c.
Binalah kontak pribadi
dengan
cara menatap hadirin sesering mungkin.
2. Fenomenologi
“Dunia Kehidupan (lebenswelt) adalah dasar makna yang
dilupakan oleh ilmu pengetahuan”, begitulah ujar hussrel, pencetus filsafat
fenomenologi. Maka Fenomenologi menyerukan zuruck
zu de sachen selbst (kembali kepada benda-benda itu sendiri), yaitu upaya
untuk menemukan kembali dunia kehidupan.
Pertama dan prinsip paling dasar
dari fenomenologi-yang secara jelas dihubungkan dengan idealisme Jerman dalam
bab ini- adalah bahwa pengetahuan tidak dapat ditemukan dalam pengalaman
eksternal tetapi dalam kesadaran individu. Jadi fenomenologi ini lebih
mengitari penelitian untuk pemahaman subjektif ketimbang mencari objektivitas
sebab akibat dan penjelasan universal. Kedua,
makan adalah deriviasi potensialitas sebuah objek atau pengalaman yang khusus
dalam kehidupan pribadi. Esensinya, makna yang berasal dari suatu objek atau
pengalaman akan bergantung pada latar belakang individu dan kejadian tertentu
dalam hidup. Ketiga kalangan fenomenolog percaya bahwa duniadialami-dan makan
dibangun-melalui bahasa.
Pembahasan mengenai
Fenomenologi meliputi dua garis besar, yaitu fenomenologi transedental (oleh
Edmund Hurssel 1859-1938) fokus perhatiannya adalah tesis bahwa dalam
keseharian hidup kita, esenis dari objek dan pengalaman menjadi kabur dengan
konsep yang diterima begitu saja (taken
for granted) yang kemudian menjadi sebuah kebenaran umum. Misalnya makan
malam, kita melakukannya tapi tidak tahu arti dar makan malam itu sendiri.
Hurssel percaya “Inti usaha feneomenologi adalah untuk memurnikan sikap alamiah
kehidupan sehari-hari dengan tujuan menerjemahkan sebagai sebuah objek untuk
penelitian filsafat secara cermat dan dalam rangka menggambarkan serta
memperhitungkan struktur esensialnya”(Natanson; 1966, hal.3). Sedangkan
Fenomenologi Sosioal menurut Alferd
Schutz (1899-1959) lebih menitik beratkanpada itensitas pembelajaran tentang lebenswelt, bukan pada prinsip pemberian
tanda kurung atasnya (penundaan makna dan definsi kita atas realitas). Menurut
Schutz, keseharian kehidupan dunia ini dapat dipahami dalam term term yang
kemudian disebutnya sebagai perlambangan/penipean (typications) yang digunakan
untuk mengorganisasikan dunia sosial.
3. Kritis
Teori Kritis lahir sebagai koreksi
dari pandangan konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan
reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun isntitusional. Analisis
teori kritis tidak dapat dipusatkan pada kebenaran/ketidak benaran struktur
tata bahasa atau proses penafsiran seperti pada konstruktivisme. Analisis
kritis menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi
dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang
bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, Karena sanggat
berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada di masyarakat. Bahasa
komunikasi tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si
pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang
berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun
strategi di dalamnya. Oleh karena itu, analisis dipakai untuk membongkar kuasa
yang ada dalam setiap proses komunikasi: batasan-batasan yang diperkenankan,
perspektif yan mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan.
Teori
Kritis dapat dianggap sama dengan paradigma kontruktivisme dengan alasan:
1. Teori
ini meyakini bahwa ilmu penggetahuan dikonstruksikan atas dasar kepentingan
manusiawi.
2. Dalam
praksis peneltian dibuat berdasarkan nilai-nilai peneliti
3. Standar
penilaian ilmiah berdasarkan konteks sosial historis serta kerangka pemikiran
yang digunakan ilmuwan.
4.
Simiotik
Konsep dasar yang menentukan
tradisi ini adalah tanda yang
didefenisikan sebagai stimulus yang menandakan atau menunjukkan beberapa
kondisi lain- seperti asap menandakan adanya api. Konsep dasar kedua adalah
simbol yang biasanya menandakan tanda yang komplek dengan banyak arti, termasuk
arti yang sanggat khusus. Beberapa ahli memberikan perbedaan yang kuat antara
tanda dan simbol-tanda dalam realitasnya memiliki referensi yang jelas terhadap
sesuatu, sedangkan simbol tidak. Para
ahli lainnya melihatnya sebagai tingkat-tingkat istilah yang berbeda dalam
kategori yang sama. Dengan perhatian tanda dan simbol. Simiotik menyatukan kumpulan
teori-teori yang sanggat luas yang berkaitan dengan bahasa, wacana, dan
tindakan nonverbal.
Kebanayakan pemikiran semiotik
melibatkan ide dasar triad of something yang
menegasakn bahwa arti muncul dari hubungan di antara tiga hal: benda (atau yang
dituju), manusia (penafsir), dan tanda. Charles Saunders Pierce, ahli semiotik
modern pertama, dapat dikatakan pula sebagai pelopor ide ini. Pierce
mendefenisikan ide ini sebagia hubungan di antara tanda, benda, dan arti. Tanda
tersebut mempresentasikan benda atau yang ditunjuk di dalam pikiran si
penafsir. Sebagai contoh, diasosiasikan di dalam pikiran anda dengan binatang
tertentu. Kata itu bukanlah binatang, tetapi sebagai ganti dari pemikiran,
asosiasi, atau interprestasi yang menghubungkan kata dengan benda yang nyata
menurut anda. Seseorang yang mencintai anjing dan memilikinya sebagai bintang
peliharaan akan mendapatkan pengalaman yang berbeda dengan orang yang pernah
digigit anjing. Ketiga elemen tersebut membentuk elemen segitiga semiotik,
seperti yang telah diberi nama C.K Ogden dan Richard.
5. Sibernetika
5. Sibernetika
Sibernetika merupakan tradisi
sistem-sistem kompleks yang di dalamnya banyak orang saling berinteraksi,
mempengaruhi satu sama lainnya. Teori-teori sibernetika menjelaskan bagaimana
proses fisik, biologis, sosial, dan perilaku bekerja. Dalam sibernetika,
komunikasi dipahami sebagai sistem bagian-bagian atau variabel-variabel yang
mempengaruhi satu sama lain, membentuk, serta mengontrol karakter keseluruhan
sistem dan layaknya organisme, menerima keseimbangan dan perubahan.
Ide sistem membentuk pemikiran
sibernetika. Sistem merupakan seperangkat komponen-komponen yang saling
berinteraksi, yang bersama-sama membentuk sesuatu yang lebih dari sekedar
sejumlah bagian-bagian. Kompleksitas keluarga yang telah kita bahas sebelumnya
menjadi contoh ideal sistem komunikasi.Anggota keluarga tidak terpisah satu
dengan yang lainnya dan hubungan mereka harus diperhitungkan, supaya keluarga
dapat dipahami dengan baik sebagai sebuah sistem. Layaknya keluarga, semua
sistem adalah unik, yang kesemuanya diberi ciri oleh sebuah bentuk hubungan.
Bagian apapun dari sebuah sistem selalu dipaksa oleh ketergantungan
bagian-bagian yang lainnya dan bentuk ketergantungan inilah yang mengatur
sistem. Namun sistem tidak akan bertahan tanpa mendatangkan asupan-asupan baru
yang berbentuk input. Oleh karena itu, sebuah sistem mendapatkan input dari
lingkungan, memproses dan menciptakan timbal balik berupa hasil kepada
lingkungan. Input dan Output terkadang berupa materi-materi nyata: atau dapat
berupa energi dan informasi.
6. Sosiopsikologis
Bagian yang masih populer dari
pendekatan Sosiopsikologis adalah teori sifat, yang mengidentifikasikan
variabel kepribadian serta kecenderungan-kecenderungan perilaku komunikasi yang
mempengaruhi bagaimana individu bertindak dan berinteraksi.
Saat ini, kebanyakan teori
komunikasi sosiopisikologis lebih berorientasi pada sisi kognitif, yaitu
memberikan pemahaman bagaimana manusia memproses informasi. Dalam area ini,
tradisi sibernetika dan sosiopsikologis bersama-sama menjelaskan sistem
pemrosesan informasi individu manusia. Input
(Informasi) informasi merupakan bagian dari perhatian khusus, sedangkan output (rencana dan perilaku) merupakan
bagian dari sistem kognitif. Pertanyaan-pertanyaan penting dalam peneleitian
area ini, termasuk bagaimana persepsi dipresentasikan secara kognitif serta
bagaimana representasinya diproses melalui mekanisme yang memberikan perhatian,
ingatan, campur tangan seleksi motivasi, perencanaan, dan pengorganisasian.
Banyak karya dari tradisi ini
berasumsi bahwa mekanisme-mekanisme pemrosesan informasi manusia berada diluar
kesadaran kita. Sebagai pelaku komunikasi, kita mungkin disadarkan akan
aspek-aspek sepesifik dari proses, seperti perhatian dan ingatan kita akan
sangat sadar akan output tertentu, seperti rencana dan perilaku, tetapi proses
internal tersebut berada di belakang layar. Para ahli berusaha mencari dan
menjelaskan sistem-sistem ini.
7. Sosiokultural
7. Sosiokultural
Pendekatan sosiokultural terhadap
teori komunikasi menunjukan cara pemahaman kita terhadap makna, norma, peran,
dan peraturan yang dijalankan secara interaktif dalam komunikasi. Teori
tersebut mengeksplorasi dunia interaksi yang dihuni oleh manusia, menjelaskna
bahwa realitas bukanlah seperangkat susunan di luar kita, tetapi dibentuk
melalui interaksi di dalam kelompok maupun komunitas, dan budaya.
Tradisi ini memfokuskan pada
bentuk-bentuk interaksi antar manusia dari pada karakteristik individu atau
model mental. Interaksi merupakan proses dan tempat makna, peran, pertuaran
serta nilai budaya yang dijalankan. Meskipun Individu meproses informasi secara
kognitif, tradisi ini kurang tertarik pada komunikasi tingkat individu.
Malahan, para peneliti dalam tradisi ini ingin memahami cara-cara yang di dalamnya
manusia berusaha menciptakan realitas kelompok sosial mereka, organisasi, dan
budaya, Tentu saja, kategori yang digunakan oleh individu dalam memproses
informasi diciptakan secara sosial dalam komunikasi, berdasarkan tradisi
sosiokultural.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konteks-konteks
komunikasi-dari pelaku komunikasi hingga masyarakat-saling mempengaruhi satu
sama lain. Sebagai contoh, hubungan kita didefinisikan (melaluin 7 tradisi
komunikasi) diatur dalam pertukaran pesan dalam percakapan. Para pelaku
komunikasi mengambil keputusan mengenai pesan, tetapi pesan disusun kedalam
percakapan, mempengaruhi pelaku komunikasi. Kebudayaan dibangun melalui
komunikasi, tetapi jenis-jenis pesan yang kita kirimkan, bagaimana kita
memahami pesan-pesan tersebut, dan hasil dari hubungan tersebut ditentukan
dalam banyak cara oleh kebudayaan dan masyarakat tempat kita hidup.
Daftar Pustaka
Richard West,
Lynn H. Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi : Analisis dan
Aplikasi (Buku 1) . Jakarta: Salemba Humanika.
Mulyana, Deddy.
2005. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Cangara, Hafied.
2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Effendy, Onong
Uchjana. 1994. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Ardianto,
Elvinaro & Q. Annes, Bambang. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung :
Simbiosa Rekatama Media.
Sri
Sanityastuti, Marfuah. 1997. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jogjakarta : Gunung
Pesagi.
W. Stephen,
Littlejohn & A. FossAll, Keren. 2009. Teori
Komunikasi : Theories of Human Communication, edisi 9. Mohammad Yusuf
Hamdan. Jakarta : Salemba Humanika.
*Apabila
mengutip tulisan ini, mohon sertakan sumber yang lengkap dari penulis, dan
gunakan pengutipan yang baik dan benar, terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar