Menonton Sinetron
Oleh: Aji Muhammad Said
Sumber ilustrasi gambar:https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaV7AeOV3kd4ifYQR8eiVjE0C-ntIqyMPu4bqe_UGpJ0MDgstuG_1XuY2FZoZqb1zHLIAmslp7oWD5JkpnvpACb8ZHTEpx8h1-sQUghs0bTMtXDsTVA3YDFOPgxCN01nDcYu7Pc4-fuLVL/s1600/Diam+Diam+Suka.JPG
Jam tayang : 18:20 - 19:25 WIB
Tanggal/ episode : Selasa, 10 juni 2014
Ringkasan cerita :
Diceritakan dalam sinetron Diam-diam
Suka terdapat pemeran utama yaitu seorang gadis manis dan lugu berkaca mata.
Gadis tersebut bernama Sri, Ia menyukai
seorang bernama Dafa. Pada episode ini diceritakan bahwa Sri ingin mendekati
orang yang ia suka melalu audisi pencarian personil band. Pada episode kali ini
Sri menyamar sebagai laki-laki agar bisa berdekatan dengan Dafa.
Disaat bersamaan kampus Screen Sun
tempat dari Sri belajar, mengadakan lomba dance. Lomba ini diikuti oleh oleh
dua tim dance yang saling bermusuhan yaitu Cyber dan Screen Sun. Sebelum adanya
dance ini, kedua tim dance tersebut bersitegang, satu sama lain saling
meremehkan dan memandang rendah keduanya. Terdapat juga konflik dengan
menggunakan kata-kata kotor dari masing-masing tim. Tokoh perempuan disini juga
melakukan tindakan tidak baik yaitu sering membuli satu sama lain dan
menjelek-njelekan satu sama lain.
Kembali kepada audisi pencarian
personil band oleh dafa. Pada kesempatan ini Sri menyamar sebagai seorang
laki-laki bernama Dhimas yang jago bermain gitar. Dhimas alias Sri berusaha
menunjukkan bakatnya didepan Dhimas. Sri berjuang sanggat keras hingga ahkirnya
ia diterimas sebagai personil bandnya Dafa. Sri begitu senang karena ia
berhasil menjadi bagian dari timnya Dafa. Saking senangnya karena ia berhasil
menjadi bagian group band Dafa, penyamarannya hampir terbongkar. Akan tetapi ia
berhasil menutupi penyamarannya.
Setelah Sri diterima sebagai bagian
dari band. Dafa menyuruh Sri mengasah bakat bermain Gitarnya supaya nanti bisa
lebih baik saat menggung bersama. Untuk itu Sri berusaha berlatih gitar setiap
malam dengan kerja keras, agar terus bisa bersama dengan dafa. Ia terus
berjuang untuk membuktikan cintanya pada Dafa, walaupun teman-teman Dafa
mengejeknya kampungan dan cupu, tapi Sri tidak patah semangat, tidak menyerah.
Iklan yang ada pada Sinetron:
1. Top Coffee
2. Aspira Spare part motor
3. Debat Capres 2014
4. Timnas U-19 tour nusantara
5. Honda vario one hart
6. So Nice Sozzis
7. Mizone Fresh
8. Top White Coffe
9. Iklan Capres Prabowo-Hatta
10. Sirup ABC coco pandan great fresh
11. Keju Craft Cheddar
12. Berniaga.com
13. Konser Wali
14. So Klin deterjen
15. So Klin liquid cair
16. Biskuit Roma Kelapa
17. Attack Jaz1 sabun Colek
18. Cornetto blackforest
19. Sleek sabun tangan
20. Timnas Indoneis Vs Semen Padang
21. Tabungan Bank Danamon
22. Adem Sari panas dalam
23. Indonesia Got talent
24. Ultraflu
25. Wardah
26.Citra
27. Vitkom
28. Dove Sabun
29. Mie Sedaap baso
30. Mie gelas
Alasan tidak
layak tonton oleh KPI:
Dalam
tayangan program acara televisi ini terdapat tindakan tidak baik yaitu dengan
mengucapkan kata-kata kasar dan tindakan bullying kepada pemeran utamanya yaitu
Sri. Selain itu selalu saja digambarkan bahwa gadis lugu dan pendiam tidak bisa
apa-apa, namun apabila dicermati tidak semua orang didunia nyata seperti itu.
Dalam film ini juga mungkin terlalu mendramatisir yaitu dengan cerita agak
disedih-sedihkan, dipaksakan. Sehingga menurut saya langkah atau tindakan KPI
memberikan pernyataan bahwa tayangan ini tidak layak tonton sanggatlah tepat
karena memberikan dampak negatif bagi remaja yaitu tindakan bullying.
Acara Tv yang mempunyai rating tinggi, minim edukasi
“Tukang Bubur Naik Haji”
Sumber ilustrasi: http://sidomi.com/wp-content/uploads/2013/02/Tukang-Bubur-Naik-Haji.jpg.
Layak atau tidaknya suatu program Televisi di Indonesia cenderung berkiblat pada perolehan rating dan share. Rating menjadi faktor utama yang menentukan definisi selera audiens, mutu acara, serta menentukan keputusan strategi televisi. Baik-buruk atau nilai kepatutan menjadi nomor sekian dari hal-hal yang harus diperhatikan di luar pertimbangan rating. Namun diluar dari hal tersebut sistem rating mendapat kritikan tajam, karena memiliki kelemahan-kelemahan praktik meteodologis maupun teknis penyelenggaraan survei yang dilakukan. Secara mendasar rating tidak mampu menggambarkan perilaku menonton secara mendalam, seberapa fokus pemirsa menonton acara tersebut, representasi penonton Indonesia hanya diukur dari sepuluh kota, teknik pengambilan sampel, dinamika pergantian responden, dan sebagainya.
Masyarakat pun mengalami distorsi makna mengenai hal tersebut, hal ini dikarenakan Media yang menonojolkan sudut pandang rating dan share untuk menilai kesuksesan atau keberhasilan acara Tv, juga bisa dikarenakan oleh penyusunan jadwal siaran oleh programmer, praktisi sales marketing yang menjual durasi acara kepada pengiklan.
Di Indonesia banyak stasiun televisi swasta yang terkena sindrom snobisme, yaitu suatu keadaan yang terjebak dalam selera pasar dengan mendasarkan pada rating acara. Semakin tinggi rating acara, semakin besar pula minat para pengiklan menseponsori acara meskipun dengan harga yang tinggi. Akibatnya semua stasiun TV berlomba-lomba membuat acara semenarik mungkin dan bisa menyedot sebanyak mungkin pengiklan.
Dalam Kondisi demikian, sulit diharapkan media menjadi bagian dari pembentuk karakter bangsa yang sehat karena institusi media lebih memilih-meminjam istilah Ashadi siregar-semata-mata menjadi pemasok industri kultural. Bayangkan saja penonton kita mengalami cultural brain wash dengan dicekoki kebutuhan-kebutuhan palsu dengan membentuk tontonan yang gersang, tidak edukatif-inofatif, serta lebih banyak menonjolkan melankolisme kehidupan. Contohnya saja seperti; Sinetron “Tukang Bubur naik Haji”.
Kebanyakaan Sinetron indonesia bersifat epigon(mengekor), menjiplak, episode yang dipanjang-panjangkan, sekuel yang dipaksakan berlanjut, sekenario monoton, adopsi mentah dari luar, menjual wajah tampan/cantik, berkedok religius yang mengarah kepada kesyirikan, memaksakan lagu hits menjadi tema/daya tarik, banyak hal-hal klise yang ditampilkan, jam tayang yang cenderung seragam, menampilkan unsur sara, jakarta sentris, bias gender,stereotipe yang berlebihan, mengumbar makian dan umpatan, eksploitasi tubuh perempuan, kekerasan sadistis, mistik, dan sebagainya.
Sinetron “Tukang Bubur Naik haji” yang sekarang sedang tenar dan terkenal misalnya. Dalam sinetron ini ceritanya agak sedikit aneh karena Konflik terus-menerus yang menampilkan sisi negative dari tokoh-tokoh antagonis, cerita yang “yang seolah-olah” mengambarkan kebiasaan kebanyakan masyarakat Islam. Dimana sering pemeran protagonis benar-benar tersudutkan dan sulit sekali mengubah mindset mereka berpikir/berperilaku tidak baik, hal ini tergambar pada awal cerita, yang berawal dari saling ejek-mengejek Haji Muhidin dengan Haji Sulam, sampai konflik yang berkempanjangan antar keluarga masing-masing. Sinetron ini merupakan salah satu dari sekian banyak sinetron Indonesia yang berkarakter sama, yaitu cerita kehidupan di lingkungan keluarga betawi yang katanya islami tapi punya tingkah laku tidak Islami. Sinetron lain yang hampir mirip dengan ini yaitu Haji medit(SCTV), Islam KTP(SCTV), Ustad Foto Copy (SCTV).
Sinetron-sinetron tersebut telah merendahkan salah satu Agama, yaitu Agama Islam, dengan menempatkan Islam sebagai “tersangka” kejelekan. Tayang-tayangan tersebut telah memunculkan persepsi buruk terhadap tokoh panutan dalam Agama Islam, contohnya saja pada sinetron tersebut dipertontonkan karakter ustad dan haji yang seharusnya menjadi panutan masyarakat, namun digambarkan seseorang yang dengki dan iri terhadap orang lain. Pun dengan Judul-judul sinetron yang mencantumkan judul terminologi Islam, namun isi dan jalan ceritanya tidak mencerminkan perilaku Islami. Hal ini sanggatlah merugikan dan meresahkan masyarakat Indonesia, karena tayangan tersebut sama sekali tidak membangun kepribadian masyarakat.
Tayangan sinetron “Tukang Bubur Naik Haji” sekranang ini memunculkan banyak respon dari banyak masyarakat kepada KPI(www.kpi.go.id/lihat-aduan), salah satunya kritikan tersebut menjelaskan bahwa serial sinetron”Tukang Bubur naik Haji” sudah tidak jelas arah ceritanya, sebelum menjadi serial sinetron, kisah tukang bubur naik haji ini, menceritakan bahwa kita sebagai sesama manusia haruslah saling berbagi dengan yang lain, sampai cita-cita yang tinggi yaitu naik haji pun dapat terkabul, naik haji dapat tersampaikan bagi orang yang tidak mampu karena dia mau bersedekah dan berbagi terhadap sesamanya. Tapi sinetron Tukang Bubur Naik Haji versi sekarang ceritanya tidak tentu arahnya,tidak membangun dan tidak ada inspiratif bagi masyarakat.
Tokoh antagonis seprti Haji Muhidin ini mungkin merupakan realitas yang ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Namun menurut saya tidak semua Ustadz, Ustadzah dan Haji berperilaku sama dengan Haji Muhidin. Hal ini tentu saja tidak bisa digeneralisasikan sama dalam kehidupan sehari-hari, hanya berdasarkan sebuah sinetron. Tayangan ini banyak ditonton oleh anak-anak, remaja, yang dikhawatirkan akan membuat sebuah mindset di kalangan penonton bahwa umat Islam itu sama seperti tokoh yang ada di sinetron tersebut.
Bagi masyarakat pun sebaiknya lebih selektif dalam memilih tayangan Televisi, tidak asal menonton tayangan yang tidak bermanfaat. Sebenarnya suatu tayangan itu akan laku apabila ditonton, jadi apabila tayangan-tayangan seperti Sinetron ini tidak ditonton maka ratingnya akan turun, jika rating turun maka terjadi keuntungan menurun, acara tersebut tidak akan laku, dan yang terjadi adalah pihak setasiun Tv tidak lagi menayangkan acara-acara tersebut. Jadi semuanya itu kembali lagi kepada masayrakat yang mengkonsumsi acara-acara Televisi di Indonesia. Kendali itu semua ada pada mereka.
Mungkin hanya itu saja yang dapat kita lakukan. Karena kita tidak bisa berbuat banyak untuk mengatur acara Tv tersebut, tapi Allah maha kuasa, hanya kepada-Nyalah kita memohon dan meminta pertolongan agar tayangan seperti itu segera diluruskan atau pun menghilang, dan tidak merugikan banyak orang.
Banyak Sinetron Indonesia yang bernuansa negative tentang umat Islam dan dapat merusak ahlak seorang muslim. Namun di luar itu semua, kita haruslah menelaah secara positif. Mengambil sisi positif dari sinetron tersebut. Kita sebagai Umat Islam pun harus sadar dan bercermin, apakah memang sekarang Kondisi Umat Islam memang seperti itu. Mempunyai sifat yang kurang baik, dan bahkan mungkin menjadi contoh yang buruk bagi orang lain. Jika memang seperti itu, bersegeralah beristigfar dan berusahalah untuk menjadi pribadi yang baik dalam kehidupan ini.
Pustaka:
www.kpi.go.id/lihat-aduan, 19 mei 2013.
sinetron 'Tukang Bubur Naik Haji the series'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar