Jumat, 16 November 2018

Catatan_Skala Prioritas



Skala Prioritas Sebagai Sebuah Pilihan

Oleh : Aji Muhammad Said

via unsplash

Kebutuhan akan sesuatu ini merupakan hasrat alami manusia sebagai makhluk sosial dan tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan sumber daya lain sebagai pendukung untuk bisa bertahan hidup, karena kebutuhan pun akan terus meningkat. Meskipun kebutuhan manusia tidak terbatas, solusinya hanya ada satu yang bisa membatasinya, yaitu alat pemuas kebutuhan. Sehingga manusia diharuskan untuk memiliki sikap rasional dalam menentukan berbagai pilihan kebutuhan.
Rasional disini adalah melakukan tindakan dengan menentukan sebuah pilihan yang sesuai dengan kebutuhan hidup dan tentu saja menghindari sifat konsumtif. Kemudian muncul yang namanya skala prioritas kebutuhan untuk membantu manusia dalam melakukan sebuah pilihan mana yang memang terbaik untuk dirinya.
Kebutuhan yang tersusun dalam daftar berdasarkan tingkat kebutuhan seseorang yang dimulai dari kebutuhan paling penting sampai kebutuhan yang bersifat bisa ditunda pemenuhannya. Hal ini juga ditegaskan oleh Merriam Webster, menurutnya, Skala Prioritas adalah sesuatu yang dirasa lebih penting daripada yang lain yang harus dikerjakan atau diselesaikan terlebih dahulu. Maka dengan adanya skala prioritas, manusia diharapkan mengetahui mana kebutuhan yang harus didahulukan dan mana kebutuhan yang harus ditunda. Dengan begini, pemenuhan kebutuhan yang kurang tepat dan juga kecenderungan bersifat konsumtif dapat dihindari.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Skala Prioritas
1.      Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan sangat berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk bisa membayar atau memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk dalam hal konsumsi. Jika semakin tinggi pendapatan individu, maka akan semakin luas alternatif pilihan kebutuhan hidupnya.
2.      Status Sosial (Kedudukan Didalam Masyarakat)
Tentunya status sosial seseorang di dalam masyarakat bisa mempengaruhi prioritas kebutuhan individu. Sebagai contoh, seorang kepala desa akan lebih memprioritaskan kebutuhan di lingkungan tempat memimpinnya dibandingkan dengan pilihan lainnya.
3.      Lingkungan Sosial
Pada prinsipnya, untuk memenuhi kebutuhan individu, maka dia akan mendahulukan kebutuhan yang dianggap lebih penting, pokok, dan juga mendesak. Setelah kebutuhan-kebutuhan penting tersebut terpenuhi, maka seorang individu akan memenuhi kebutuhan pada prioritas berikutnya agar bisa mencapai kepuasan yang maksimal.

Menyusun Skala Prioritas, ada  4 hal yang harus kita pertimbangkan
1.      Tingkat Urgensi
Dikaitkan dengan skala prioritas, tingkat urgensi merupakan tingkat kepentingan pada suatu kebutuhan yang harus dipilih (didahulukan).
Contoh: Seorang Ibu yang pergi ke pasar untuk membeli sarapan keluarganya dan bumbu dapur. Namun ia lupa membawa uang lebih, uang tersdebut hanya bisa digunakan untuk membeli salah satu dari hal-hal tersebut. Maka yang didahulukan adalah membeli sarapan terlebih dahulu karena kebutuhannya saat itu juga (diberikan sebelum keluarganya beraktivitas), sedangkan bumbu dapur bisa dibeli setelah pulang ke rumah dan sarapan yang telah diberikan.
2.      Kesempatan yang Dimiliki
Kesempatan sulit hadir, maka tindakan yang dihalukan adalah mendahulukan pada kebutuhan tersebut. Berlaku sebaliknya, jika kesempatan sangat sering muncul, maka tinjau kembali yang kesempatannya sedikit.
Contoh: Seorang atlit akan mengikuti Asian Games yang diadakan hanya 3 tahun sekali. Pada jadwal yang bersamaan dengan hari lomba, dia ada kesempatan berlomba tingkat kabupaten setiap 6 bulan sekali. Jika melihat tersebut yang didahulukan adalah kesempatan yang jarang didapat, dan tingkat kesempatan meraih dalam sekala yang besar. Asian Games yang didahulukan, baru kemudian lomba tingkat kabupaten pada periode berikuitnya.
3.      Pertimbangan Masa Depan
Manusia seringkali dihadapkan pada pilihan yang sulit dimana terdapat tuntutan untuk mengurangi rasa menyesal di masa yang akan datang atas pilihan yang kita dahulukan. Sehingga, di dalam menentukan skala prioritas, maka pertimbangan masa depan akan menjadi hal yang sangat penting dan perlu untuk dipikirkan.
Contoh: Dalam menentukan pendidikan setelah lulus SMA. Pemahaman mengenai jurusan kuliah dan reputasi Universitas penting. Alasannya ini mampu menampilkan prospek kedepan. Apabila menghadirkan prospek yang baik, maka masukan daftar list, tapi jika tidak, maka tidak usah dimasukkan.
4.      Kemampuan Diri
kemampuan diri merupakan sebuah tolak ukur seberapa besar kemampuan manusia untuk mendapatakan pilihan yang telah ditentukan, baik dari segi keahlian, ekonomi, usaha yang akan dilakukan, berbagai hal lain.
Contoh: Seseorang dihadapkan pada suatu kebutuhan kendaraan untuk transportasi kerja. Dia berniat untuk membeli sebuah sepeda motor yang sudah model terbaru , tapi keadaan ekonominya tidak memungkinkan membeli itu karena mahal. Jika dihadapkan pada keadaan ini maka sebaiknya membeli sepeda motor model biasa saja karena pada dasarnya fungsinya sama dan kebutuhannya juga hanya untuk transportasi kerja saja.

Sedikit tips dalam melakukan perbelanjaan, dan ini bisa menjadi pedoman dalam berbelanja; tempat yang tepat, waktu yang tepat, harga yang tepat, mutu yang tepat, jumlah yang tepat. Jangan pernah berbelanja melebihi jumlah yang diperlukan.

*Apabila mengutip tulisan ini, mohon sertakan sumber yang lengkap dari penulis, dan gunakan pengutipan yang baik dan benar, terima kasih.


Catatan_SWOT


Strategi pengambilan keputusan dengan SWOT
Oleh: Aji Muhammad Said

via unsplash

Problem atau masalah dalam setiap manusia hadir sebagai tantangan maupun ujian yang harus dihadapi. Manusia hidup secara sosial memiliki tata nilai-norma, maupun aturan yang ditaati bersama. Adanya poin-poin tersebut menjadikan kehidupan manusia lebih sistematis dan tertata. Kesepakatan, kesepahaman menjadikan laku bersama, dengan tujuan menghargai setiap tindak berupa hak dan kewajiban individu dalam ranah sosial.
SWOT yang terdiri dari S = Strength (kekuatan), W = Weaknesses (kelemahan), O = Opportunities (Peluang), T = Threats (hambatan), merupakan sebuah bentuk pemikiran analisis perencanaan dalam sebuah kelompok maupun organisasi. Kehadiran SWOT ini menjadikan perencanaan yang matang dalam upaya menyelesaikan masalah atau mencapai tujuan. Hasilnya bisa berupa perencanaan jangka pendek maupun perencanaan jangka panjang.
Analisis SWOT ini mampu menganalisa situasi dan kondisi kelompok atau organisasi yang dapat digambarkan secara deskriptif. Penyusunannya dapat dikerjakan secara sistematis dan perencanaan yang cukup matang. Manfaat yang diunggulkan dari analisis ini adalah memberikan bahan evaluasi dan masukan bagi individu untuk berperan dan berkontribusi secara baik. Analisis SWOT memiliki tujuan menjabarkan kondisi situasi dan kondisi yang terjadi.
Komponen yang pertama dalam analisis SWOT ini adalah (S) yakni Strength (kekuatan). Maksudnya adalah suatu kelompok melihat sendiri secara intern kekuatan, kemampuan yang dipunyai. Salah satu caranya adalah melalui komparasi dengan kelompok atau organisasi yang lain. Ada beberapa aspek yang bisa dilihat misal secara teknis adalah kemampuan individu, ketrampilan, maupun aspek  teknologi peralatan yang dimiliki.
Kedua adalah Weaknesses (W) atau disebut sebagai analisis kelemahan. Sama halnya dengan aspek kekuatan, aspek ini dilihat secara internal dari kelompok. Kelemahan ini merupakan sebuah kendala yang benar-benar serius untuk dicermati. Ini berkaitan dengan kemajuan sebuah kelompok atau organisasi. Misal sebuah kelompok sering terjadi miskordinasi, beban kerja yang menumpuk atau tidak tertangani, maka sebagai sebuah kelompok yang dilakukan adalah meneliti apa yang menjadi sebab-akibat, dan kelemahan apa yang terjadi yang berhubungan dengan komunikasi dan koordinasi tersebut.
Ketiga adalah Opportunity (O) atau disebut sebagai analisis peluang. Berbeda dengan kemampuan dan kelemahan, analisis berdasar pada peluang ini, mengedepankan kondisi eksternal. Pembacaan terhadap peluang yang ada, dapat menjadi jalan masuk berkembangnya kelompok. Hal ini meningkatkan alternatif, trobosan, dan cara-cara yang baru dalam mencapai keberhasilan.
Keempat adalah Threats (T) atau disebut sebagai analisis ancaman merupakan suatu kondisi eksternal yang menghambat keberhasilan pencapaian tujuan kelompok. Ancaman ini bisa dibaca melalui kondisi lingkungan keadaan sekitar. Ancaman ini apabila tidak diatasi, bisa mengakibatkan penghalang maupun hambatan. Ancaman pun bisa dilihat dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Secara sederhana ada 2 faktor inti yang mempengaruhi ke-empat dari komponen dasar analisis SWOT yakni;

Faktor Internal (Strength dan Weakness)

·     Sumber daya yang dimiliki,
·     Keuangan atau Finansial,
·     Kelebihan atau kelemahan internal organisasi,
·     Pengalaman-pengalaman organisasi sebelumnya (baik yang berhasil maupun yang gagal).

Faktor Eksternal (Opportunities dan Threats)

·     Tren,
·     Budaya, Sosial Politik, Ideologi, perekonomian,
·     Sumber-sumber permodalan,
·     Peraturan Pemerintah,
·     Perkembangan Teknologi,
·     Peristiwa-peristiwa yang terjadi,
·     Lingkungan.
Dalam analisis SWOT ini memiliki manfaat sebagai sebuah metode analisis yang mendasar dengan 4 faktor yang berbeda. Kesimpulan akhirnya menjadi sebuah bentuk keputusan berupa arahan ataupun rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari segi peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan yang dimiliki dan juga menghindari berbagai ancaman yang mungkin akan terjadi. Jika digunakan dengan baik dan  benar, maka analisis ini melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tak terlihat selama ini. Analisis ini merupakan strategi yang tepat guna dan mampu menjadi metode dalam menerapkan kebijakan. Namun dalam analisis ini, bukan memberikan sebuah jawaban pasti solusi pada tiap masalah yang sedang dihadapi, namun minimal akan memecahkan persoalan yang ada dengan mengurainya menjadi bagian-bagian kecil yang lebih sederhana.

*Apabila mengutip tulisan ini, mohon sertakan sumber yang lengkap dari penulis, dan gunakan pengutipan yang baik dan benar, terima kasih.

Rabu, 07 November 2018

Opini_Risallah Cinta Insan Kamil



Risallah Cinta Insan Kamil
Oleh: Aji Muhammad Said




ilustrasi gambar: Aji Muhammad Said





Dalam hidup ada banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan cinta. Sebagai insan kamil itu menjadi puncak tertinggi dari rasa yang diberikan sang Kholik. Alasannya karena cinta menghadirkan rindu, romantisme, ketaatan, kangen, pembuktian, dan berbagai peristiwa tentang cinta. Kehadiran cinta dalam hati menghadirkan sesuatu yang logis menjadi tidak logis, menghadirkan hal yang bernalar rasional menjadi tidak rasional. Cinta bisa membutakan segala sesuatu.
Manusia tidak pernah lepas dari cinta. Adanya cinta membuat manusia mengingat, menyembut-nyebut nama, memberikan apresiasi, mematuhi segala tindak dan perkataan. Cinta seperti menjatuhkan diri tanpa pilihan demi memberikan kenyamanan, kesenangan, kebahagiaan untuk hal yang dicintai. Namun cinta itu ada beberapa tingkatan kelevelan. Jika masih menjatuhkan cinta pada mahluk saja itu belumlah lengkap. Kesadaran diri akan ciptaan dan sang pencipta bisa menjadi jembatan memahami konsep cinta (Man 'arafa nafsahu faqad' arafa Rabbahu).
Cinta juga dapat berarti pilihan. Terkadang kamu harus meyakini apa yang kamu pilih atau memilih apa yang kamu yakini. Bahwa apa yang menjadi pilihanmu itu kamu harapkan benar, dan berharap benar juga pada apa yang orang lain pilih.  Bergeraklah dengan dasar semoga apa yang kita lakukan itu benar.  Jadilah subyek dari dirimu sendiri jangan gantungkan segala sesuatu atas dasar yang lain. Hidup itu la'ala’kum tatakum, yakni (siapa tahu). Sampaikan cinta kepada manusia melalui munajat dan yang hal disenangi Allah.
Syekh Abu Yazid al-Bushthami pernah berkata "jika semua yang wujud di dalam dan di sekitar 'Arasy (Luasnya Mahluk-mahluk Allah) diletakkan di sudut hati Insan Kamil, maka insan kamil itu tidak akan merasakan berat karenanya." Melihatnya adalah anyawiji awujudiah satu yakni hanya Allah Keesaan itu sendiri. Demikian keadaan para Kekasih Allah.
Manusia yang meletakkan risalah cintanya pada Allah dan Rasulullah, pasti akan tumbuh rasa cinta pada orang tua, guru, anak, sahabat, suami dan kepada sesama mahluk Allah, sebagai bagian buah dari cinta  Allah dan Rasulnya. Jika itu terjadi maka kemulian, ketenangan, kebaikan akan selalu menyelimuti hatinya setiap saat.
(Qul in kuntum tuhibbunallah,fattabi 'uni yuhbib kumullah, wayagh fir lakum dzunubakum wallahu ghafurur rahim)

" Katakanlah: “Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku (Nabi Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian”,dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(QS Ali’Imrân : 31).
Setiap keadaan itu perlu keajaiban dari Allah. Bagaimana caranya adalah dengan proses jual beli yang ada pada hidup. Setiap manusia adalah manusia yang tidak berdaya. Beli itu dengan prihatinmu, beli itu dengan imanmu, beli itu dengan usahamu. Agar Allah membeli semua itu. Dekati ia, sapa ia, dan selami ia dalam hidupmu. Doa besar dan kecil itu tiada maknanya. Yang paling penting adalah doa yang makbul dan tidak makbul. Agar makbul maka lengkapilah dengan bersholawat. Jadikanlah sebuah ketulusan dalam berlaku karena semua itu melahirkan hal yang tidak disangka-sangka. Inilah letak cinta kepada Allah.
Allah selalu menawarkan kemesraan kepada kita manusia karena didalamnya ada cinta untuk kita. Urusannya adalah cinta. Letakkan segalanya atas cinta pada Allah. Hati memang naik turun tapi kalau manusia sudah tahu apa yang ia cintai, maka kemesraan Allah itu yang akan ada. Temukan Allah dalam hal apapun. Terpesonalah dengan cinta Allah, jangan hanya akibatnya surga, pahala, atau kenikmatan. Caranya Allah hadir dalam hidup kita itu harus dikira-kira, ditandai, agar kita paham bahwa hidup ini adalah dalam kesenangan yang ditemukan dalam kondisi yang Allah hadapkan. Manusia tidak bisa memberikan petunjuk kepada orang lain sekali pun ada orang lain yang sangat dicintai, kecuali Allah menghendaki orang tersebut mendapat hidayah yang memang diberikan kepadanya.
Berbagai cara Allah hadirkan adalah dengan, memerintah, menguji, menyesatkan, mengingatkan, menegur, sampai melarang. Sibuklah ridho pada yang Allah harapkan, bukan yang kamu harapkan. Ilmu itu berbahaya, cinta pun juga. Disana harus ada jalan tengah memilih cinta melalui ilmu. Hiduplah pada semestaa Allah jangan hidup dalam egomu.


*Apabila mengutip tulisan ini, mohon sertakan sumber yang lengkap dari penulis, dan gunakan pengutipan yang baik dan benar, terima kasih.